Ustadzah zaenab POV
Aku baru pulang dari masjid, ketika di pertengahan perjalanan ku. Di depan kamar mandi santriwati aku melihat Haikal dan Auliya sedang berduaan. Aku yang mengetahui itu aku pun menghampiri nya, agar tak menjadi omongan para santri yang lain, karena di pondok kami sudah ada peraturan bahwa santri wan tidak boleh berduaan dan mengobrol dengan santri Wati. Karena berduaan itu tidak di perbolehkan dalam agama karena nanti yang ke 3 nya adalah setan.
"Haikal.... Auliya...." Teriak ku tegas dan menghampiri mereka. "Ustadzah..." Ucap mereka berbarengan.
"Ngapain kalian berduaan disini?" Ucapku. "Kalian sudah tau kan peraturan di pesantren ini, apakah kalian lupa" lanjut ku. "Maaf ustadzah, ini tidak yang seperti ustadzah lihat" ucap Haikal.
"Apaan sih lu, ngagetin gue ajah, nanti kalo gue jantungan gimana" ucap Auliya yang tak ada sopan santun nya. "Saya seperti ini, karena saya tidak ingin anak anak santri saya melakukan zina, kalian tau zina kan" tegasku kepada mereka.
"Iya, ustadzah ana paham dengan hal itu, tapi saya dan Auliya hanya ngobrol biasa dan tidak melakukan hal hal lain, dan itu pun kami tidak sengaja bertemu disini" jelas Haikal dengan menunduk.
"Apa itu benar Auliya" tanyaku pada Auliya yang sedari tadi tak menghiraukan diriku. "Iya lah, emang gue gak ngapa ngapain sama si Haikal, gue tadi mau ke kamar kecil terus ketabrak dia" jelas Auliya dan ku balas anggukan.
"Baiklah ustadzah maafkan kesalahan kalian, tapi kalo kalian ulangi lagi kesalahan yang sama seperti ini, ngobrol berdua ustadzah akan bawa kalian ke ruangan pak kyai, biar kalian kena hukuman. Paham" tegasku kepada Haikal dan Auliya.
"Paham ustadzah" balas Haikal. "Kalo gitu ana pergi ke kamar dulu, assalamualaikum" pamit Haikal. "Waalaikumsalam" jawabku. "Kenapa kamu diam saja, jawab salam itu hukumnya wajib" tegur ku kepada Auliya yang sedari tak menjawab salam Haikal. "Iya iya, waalaikumsalam" ucapnya. Dan ku balas senyuman.
"Nanti kalo mau pergi ke sekolah, mampir ke ruangan pak kyai dulu, kamu pamit sama orang tua kamu dulu, soalnya mereka mau balik ke Jakarta hari ini juga" ucap ku dengan hati hati.
"Apa?" Kaget Auliya. "Iya, kamu jangan lupa nanti datang ya Auliya" ucap ku. "Kalo gitu ustadzah pergi dulu, assalamualaikum" lanjut ku dan aku pamit ke Auliya untuk pergi ke ruangan ku untuk mempersiapkan pelajaran mengajarku nanti.
🍃🍃🍃
Auliya yang mendengar ucapan ustadzah zaenab itu masih saja berputar di pikiran nya. Apa benar orang tua nya akan meninggalkan dirinya sendiri disini? Apakah mereka tega melihat anak nya sensara disini? Pertanyaan itulah yang muncul di pikiran Auliya, sehingga Syifa datang dan membuyarkan lamunan nya.
"Liya, kamu ngapain ngelamun Mulu" tanya Syifa dengan rasa penasaran dengan Auliya. "Hee-m gak kok, gue gapapa" ucap Auliya dan melihat ke luar jendela kamarnya. "Oh, kirain kamu mikirin apaan" ucap Syifa dan di balas gelengan kepala dengan Auliya.
"Yaudah kalo gitu kamu siap siap dulu, setelah ini kita antri mandi" ucap Syifa. "Apa? Mandi juga harus ngantri?" Kaget auliya. Lalu di balas anggukan oleh Syifa.
Auliya yang melihat Syifa menganggukkan kepalanya, Auliya membulatkan matanya, rasa nya malas, untuk mandi saja harus ngantri, seburuk ini kah hidup jadi anak pesantren? Batin Auliya.
"Yaudah yuk" ajak Syifa. "Lu duluan ajah sana, nanti gue nyusul" ucap Auliya. Lalu Syifa pergi keluar dari kamar nya dan mengambil antrian untuk mandi.
Setelah semua sudah siap siap Auliya dan Syifa memilih untuk pergi ke sekolahnya yang ada di seberang pesantren mereka, mereka memang tidak berangkat bareng sama Dhiva karena Dhiva masih menyiapkan barang sekolahnya yang belum kelar.
Ketika Syifa dan Auliya mau keluar dari gerbang pesantren tiba tiba langkah mereka terhenti karena Auliya mengingat sesuatu di pikiran nya, tentang yang di omongkan ustadzah zaenab tadi pagi.
"Ehh, bentar bentar, gue lupa" ucap Auliya secara mendadak. "Kenapa ya" tanya Syifa. "Gue di suru si ustadzah lampir ke ruangan pak kyai" ucap Auliya. "Ustadzah lampir siapa? Perasaan di pesantren sini nggak ada yang namanya ustadzah lampir" tanya Syifa bingung. "Jangan sok polos lu, ustadzah lampir siapa lagi kalo bukan si zaenab tuh, ustadzah paling galak tuh" ucap Auliya.
"Oh..! Ustadzah zaenab, gaboleh ngomong gitu Liya, dia kan guru kita" saran Syifa kepada Auliya. "Lahh... Gue mah bodo amat" jawab Auliya simpel langsung meninggalkan syifa. "Ehh liyaa,, aku ikut" teriak Syifa ketika sadar bahwa ia ditinggal oleh Auliya.
Ketika Auliya dan Syifa sudah di depan ruangan pak kyai. Auliya pun masuk pertama dan mata nya tersorot kepada orang tua nya yang sedang duduk di sofa panjang dan berbincang bincang dengan kyai Yusuf.
"Ehh sayang, sini nak Abi sama umi mau pamit pulang ke Jakarta" ucap Farah yang mengetahui keberadaan Auliya dan Syifa. Auliya yang mendengar itu pun langsung mendekat ke orang tua nya dan di susul oleh Syifa di belakang nya.
"Eh, om.. Tante perkenalkan nama ana Syifa azahra, Tante sama om bisa panggil ana Syifa ajah" ucap Syifa sambil menyalami tangan Farah dan Bahir. "Iya Syifa, kamu teman sekamar Auliya iya" tanya Bahir pada Syifa. "Iya om" jawab Syifa dengan senyum.
"Oh iya nama tante, Farah dan ini suami Tante namanya Bahir, kami orang tua nya Auliya" ucap memperkenalkan diri dan suaminya, dan di balas anggukan oleh Syifa.
Auliya yang menyaksikan semua itu pun angkat suara. "Mi, bi Liya gamau tinggal di sini" ucap Auliya merengek. "Enggak Liya, ini yang terbaik buat kamu" ucap Bahir.
"Emang bener, Abi sama umi hanya sayang sama kak Gibran dan nggak sayang sama liya. Liya kecewa sama kalian" ucap Auliya dan tak kuat lagi menahan air mata nya. Kini air matanya benar" sudah meluncur di atas pipi mulus milik Auliya.
"Hustt, Auliya kamu gk boleh bilang seperti itu kepada orang tua kamu, mau bagaimana pun mereka mau yang terbaik buat kamu" ucap ustadzah Maria yang tiba tiba datang karena mendengar suara Auliya.
"Iya sayang, kami sayang sama kamu, kami juga sayang sama kakak kamu, kami ingin kamu menjadi anak yang shaleha dengan nya kamu disini nak, umi gamau kamu jadi seperti anak anak yang diluaran sana" ucap Farah sambil mengelus pucuk kepala Auliya yang tertutup dengan hijab.
"Iya Liya, Abi juga sayang sama kamu, Abi ingin yang terbaik buat kamu" ucap Bahir lirih. "Kalo emang kalian sayang sama liya, kenapa kalian tinggalin Liya disini, Liya gamau disini bi, Liya janji, Liya akan jadi anak yang baik, tapi tolong keluarin Liya dari sini" ucap Auliya di tengah sesenggukan nya.
"Buktikan janji mu disini nak, ini tempat yang terbaik buat mendidik kamu kedepan nya" balas Bahir dan meneteskan air mata nya.
"Iya nak, kamu disini juga nggak sendirian kok, kamu disini di temani sama kyai Yusuf dan ustadzah Maria dan teman teman kamu yang lainya" ucap Farah.
"Tapi mi, Liya tetep gamau,. Liya nggak betah tinggal disini" ucap Auliya. "Nanti lama lama kamu pasti betah disini nak, sama seperti kakak kamu dulu" ucap Farah.
Memang kakak Auliya Muhamad gibran Al basil dulu pernah ada di pesantren ini, tapi sekarang dia sudah kuliah di Al Azhar Kairo Mesir.
"Kalo gitu, Abi sama umi pamit dulu ya nak" pamit Bahir. "Nggak bi, Liya gamau tinggal disini, Liya mau ikut sama abi" ucap Auliya menangis dan memegang erat tangan Bahir.
"Maaf sayang, Abi sama umi harus pergi" ucap Bahir dan melepas genggaman Auliya. "Suf, Maria dan kamu Syifa saya titip anak saya disini, tolong didik dia ya, saya percaya sama kalian" ucap bahir. "Iya, insyaallah kami akan didik anak bapak seperti bapak percaya kan kepada kami" balas ustadzah Maria.
"Yasudah kalo gitu saya dan istri saya pamit dulu, assalamualaikum" ucap Bahir. "Waalaikumsalam" balas mereka serompak. Auliya yang melihat punggung orang tua nya yang semakin lama menjauh dari hadapanya, Auliya hanya bisa menangis seperti anak kecil yang tak mau di tinggal oleh orang tuanya.
"Sudahlah Liya, kami disini selalu bersama mu" ucap ustadzah Maria yang di samping kanan Auliya dan di susul Syifa disamping kiri Auliya yang menenangkan diri Auliya.
"Yaudah ustadzah, kalo gitu ana dan Auliya pergi ke sekolah dulu ya, nanti takut telat, assalamualaikum" ucap Syifa dan menyalami tangan ustadzah Maria dan kyai Yusuf. "Waalaikumsalam" jawab ustadzah Maria dan kyai yusuf kompak.
Auliya yang masih menangis pun berusaha agar memberhentikan air mata nya, Auliya pikir air mata tidak bisa bikin Auliya terbebas dari pesantren ini yang di sebut penjara bagi Auliya.
Setelah Syifa dan Auliya memasuki kelasnya, mata Auliya melihat sekeliling ruang kelas yang akan di tempatnya buat belajar, "masih bagus an sekolah gue di Jakarta" gumam Auliya yang masih bisa di dengar oleh Syifa Yang ada di sampingnya.
"Yaudah liya, kita masuk yuk bentar lagi pelajaran di mulai" ajak Syifa dan menuntun Auliya masuk kedalam kelasnya.
Syifa mengajak Auliya duduk di sampingnya dan Dhiva tidak mau berdekatan dengan Auliya, Dhiva memilih duduk dengan Nadia yang ada di seberang bangku Syifa dan Auliya.
Pelajaran kini sudah di mulai ustadzah Tiara guru agama yang sudah berada di ruangan kelas Auliya dan menerangkan pelajaran yang akan dibawakan. Kini ustadzah Tiara menjelaskan adab kepada kedua orang tua.
Auliya yang mendengar ustadzah Tiara terangkan dan tak disadari air mata Auliya menetes perlahan karena Auliya merasa sudah berdosa kepada kedua orang tua nya.
Di tengah ustadzah Tiara menerangkan ada salah satu santriwati di kelas Auliya yang di ketahui namanya adalah putri, putri bertanya "ustadzah bagaimana kalo kita menyangka bahwa orang tua kita tidak sayang lagi ke kita" tanya putri.
"Itu namanya su'udzhon, kalian sudah tau kan kalo bersu'udzon itu tidak diperbolehkan di agama Islam, karena itu sama saja perbuatan tercela" jelas ustadzah Tiara.
Setelah sekitar 2 jam pelajaran ustadzah Tiara, dan akhirnya pelajaran agama telah selesai. Dan di lanjut pelajaran selanjutnya, sampai pukul shalat Dzuhur sekolah pun usai
Santriwan dan santriwati ditegaskan melaksanakan shalat Dzuhur berjamaah di masjid, setelah itu mereka bisa istirahat dan makan siang di kamar mereka masing masing, masalah makan siang ada Bu Hani yang akan mengantarkan nya ke kamar para santriwati.
Setelah Auliya makan siang di kamarnya bersama Syifa dan Dhiva, Auliya memilih untuk merebahkan tubuhnya di atas kasur miliknya dan memikirkan apa yang di jelaskan ustadzah Tiara tadi di sekolah.
Auliya pikir dia sudah berdosa kepada orang tua nya, dan tidak pernah mematuhi perintah mereka, padahal ridho orang tua adalah ridho Allah juga.
Auliya merasa menjadi anak yang durhaka karena sikap nya kepada orang tua nya ketika berada di rumah, Auliya tidak bisa membahagiakan mereka, tapi malah hanya bikin mereka sensara.
Ditengah pemikiran Auliya dan tak terasa Auliya pun tertidur dan masuk ke alam mimpi nya.
Bersambung.....