Ketika Auliya masih berada di alam mimpinya, sampai waktu semakin cepat berjalan, dan akhirnya para santriwan dan santriwati pulang dari sekolahnya.
Ketika Syifa dan Dhiva pulang dari sekolahnya, dan mau menuju kamar mereka, "ehh dhiv, Auliya kenapa ya, kok hari ini dia nggk masuk kelas" tanya Syifa yang berhasil memecahkan keheningan di antara mereka.
"Tau ahh! Gue capek, gamau bahas yang gapenting" jawab Dhiva cuek, Syifa yang mendengar balasan Dhiva pun mulai kesal, "kok kamu gitu sihh dhiv sama Auliya, emang nya Auliya selama ini salah apa sama kamu, sampe sampe kamu begitu membenci dia?" Tanya Syifa dengan sedikit meninggikan suara nya.
"Apa, kamu tanya kenapa? Iya? Kamu tanya kenapa aku selama ini begitu membenci dia, iya" bentak Dhiva kepada Syifa, dan membuat Syifa tak menyangka bahwa sahabat nya sudah membentak dirinya. "Asal kamu tau ya Syifa, semenjak ada dia, sifat kamu ke aku itu berubah, apa gara gara dia sudah menghasutmu agar kau menjauhi aku? Dimana Syifa yang aku kenal ha? Dimana Syifa yang selalu ada buat Dhiva? Mana?" Ucap Dhiva dengan senyum paksa, dan tak di pungkiri air mata Syifa menetes dari pelupuk mata nya.
"Bukan begitu dhiv, ini aku, ini aku Syifa yang kau kenal, kamu sudah salah mengartikan semua ini" ucap Syifa lirih dan mengambil tangan Dhiva dan menggenggamnya, namun genggaman itu sudah di hempaskan oleh Dhiva. "Aku benci kamu Syifa, kamu egois, kamu lebih memilih si Auliya itu, daripada sahabatmu ini yang menemani kamu dari awal kamu masuk sini, kamu bukan Syifa. Kamu bukan Syifa yang aku kenal dulu, kamu berubah!" Ucap Dhiva langsung meninggalkan Syifa dan berlari ke kamarnya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Dhiva tunggu..." Teriak Syifa, namun sama sekali tak di hiraukan oleh Dhiva, Dhiva malah melajukan larinya. "Maafin aku Dhiva, maafin aku" batin Syifa dan melanjutkan perjalanan nya.
Ketika Dhiva sampai di depan kamarnya Auliya mengetuk pintu kamar nya, karena terkunci dari dalam, namun tak ada yang membukakan pintu nya, Dhiva mengeluarkan kunci serep di dalam tas nya, dan membuka pintu nya.
Dhiva masuk ke dalam kamarnya dan sudah nampak Auliya yang tertidur pulas, namun tak di hiraukan oleh Dhiva, karena Dhiva hari ini merasa hatinya sangat sakit dan kacau karena Syifa, Dhiva memilih untuk duduk di kasur miliknya dan menatap cermin yang ada di seberang kasurnya, dan mengeluarkan air mata yang sedari tadi ia tahan.
Namun Auliya yang terganggung dari tidurnya karena isakan tangis Dhiva, Auliya pun bangun dari tidurnya dan memilih duduk di atas kasur nya, "oii, ngapain sih lu? Pakek acara nangis segala lagi, berisik tau nggak" ucap Auliya kesal.
Namun tak di hiraukan oleh Dhiva, tetapi Dhiva hanya melirik sekilas ke arah Auliya lalu melanjutkan isakan tangis nya.
"Oii, gue nanya gadijawab, lu pikir gue tembok apa" kesal Auliya karena tak mendapatkan respon dari Dhiva.
"Bisa diem nggak?" Ucap Dhiva di tengah isakan tangis nya. "Lu ngapa?" Tanya Auliya pelan. "Gue benci kamu Syifa, aku benciiii....." Teriak Dhiva sambil meremas seragam sekolah nya. Auliya yang melihat Dhiva merasa bingung sendiri dan menggaruk bagian belakang kepala nya yang tak gatal.
"Akuu bencii....-" pyyaarrr! Pecahan beling di mana mana, Auliya yang melihat itu pun kaget dan lari menuju tempat Dhiva yang pingsan karena habis menghantam cermin berukuran sedang di dinding nya, dan banyak darah bercucuran yang keluar dari tangan nya, mungkin Dhiva shock karena melihat darah yang keluar dari tangan nya dan pingsan.
Auliya yang bingung melihat Dhiva yang pingsan dan banyak darah di sekeliling mereka. Auliya ingin membawa tubuh Dhiva ke UKS namun tak mungkin juga jika Auliya menggotong tubuh Dhiva sendirian, meskipun tubuh Dhiva tak terlalu berat, tapi tetep saja tidak mungkin.
Auliya pergi keluar dari kamarnya berharap ada orang yang bisa ia minta tolong, tapi hasilnya nihil. Tidak ada seorang pun yang ada di luar sana karena semua santriwan dan santriwati sedang melaksanakan shalat dhuhur berjamaah di masjid.
Auliya pergi ke koridor depan kamarnya dan melihat ke bawah, dan berharap Auliya bisa melihat seseorang dari atas kamarnya yang bisa ia minta tolong.
Ketika Auliya sudah merasa sangat panik dengan keadaan Dhiva yang pingsan tapi tak ada seorang pun di sana, Syifa pun tidak ada, entah dimana Syifa berada tapi saat ini Dhiva lebih penting bagi Auliya.
Saat Auliya melihat ke samping kanan Auliya, Auliya melihat Haikal dan ustadzah Maria yang sedang menuju ke arah Auliya, tapi Auliya terlebih dulu menghampiri mereka.
"Auliya kenapa kamu tidak shalat Dzuhur?" Tanya ustadzah Maria. "Ustadzah.... Ustadzah, untung ustadzah datang, bantu Liya ustadzah, bantu Liya" ucap Auliya tanpa tanda petik dan koma. "Ada apa Auliya, coba bicara pelan pelan, ada apa" tanya Haikal.
"Dhiva ustadzah, Dhiva...." Ucap Auliya namun bagi Auliya tidak ada waktu untuk menjelaskan, Auliya menggandeng tangan ustadzah Maria dan menariknya menuju kamarnya.
Ustadzah Maria yang melihat keadaan Dhiva yang tergeletak tak berdaya di lantai pun kaget. "Astagfirullah, Dhiva" kaget ustadzah Maria. Haikal yang melihat itu pun langsung bertindak, Haikal mendekat ke arah ustadzah Maria dengan kepala Dhiva yang berada di pangkuan ustadzah Maria.
Haikal mendekat ke arah tubuh Dhiva, dan menggendong tubuh Dhiva, "maaf ustadzah, tidak ada cara lain" ucap Haikal, "iya, iya gapapa, bawa Dhiva ke UKS cepat!" Balas ustadzah Maria panik.
Haikal keluar dari kamar Auliya menuju ke UKS dengan Dhiva di gendonganya dan di susul oleh ustadzah Maria dan uliya di belakangnya.
Entah mengapa di hati dalam Auliya merasa perasaan yang mengganjal di dalamnya, namun Auliya bingung, rasa apa itu. Namun Auliya tak mempermasalahkan hal itu, yang di pikiran nya sekarang adalah Dhiva, meskipun Dhiva tak suka kepada Auliya, tapi di masalah ini Auliya ada di dalamnya dan menjadi saksi mata.
Saat Haikal sudah sampai di UKS dan ada ustadzah Yoyoh di dalam, dan menyuruh haikal membaringkan tubuh Dhiva di ranjang yang ada di dalam UKS.
Saat Dhiva sedang di periksa oleh ustadzah Yoyoh di dalam, Auliya dan ustadzah Maria menunggu di luar UKS dengan perasaan panik.
"Sebenarnya ada apa ini Auliya" tanya ustadzah Maria. "Gue nggak tau ustadzah, yang jelas gue denger tadi Dhiva ngomong kalo dia tuh benci sama Syifa, tapi gue nggak tau karena apa penyebab nya" jelas Auliya, "trus tiba-tiba Dhiva mecahin cermin miliknya, dan sampai dia pingsan" lanjut Auliya.
Ustadzah Maria yang merasa bingung dengan masalah ini, ustadzah Maria memijat perlahan kepala nya yang terasa pusing. "Heum! Ustadzah, kali gitu biar Haikal yang ngecek lemari rusak sendiri di kamar Dina ya, biar ustadzah disini ajah" ucap Haikal, Haikal yang tadi sama ustadzah Maria ingin mengecek ke kamar Dina yang katanya ada lemari rusak, karena ustadz Efendi tidak ada, maka ustadzah Maria minta tolong sama Haikal yang kebetulan Haikal sedikit paham tentang masalah ini.
"Iya, maaf ya kal, ustadzah gabisa nemenin kamu" balas ustadzah Maria. "Iya ustadzah gapapa, kalo gitu ana duluan ya ustadzah, assalamualaikum" pamit haikal dan menyalami tangan ustadzah Maria. "Waalaikumsalam" balas Auliya dan ustadzah Maria kompak.
"Ngomong-ngomong Syifa mana? Bukanya dia sering sama kamu?" Tanya ustadzah Maria sambil tengok sana tengok sini seperti mencari keberadaan Syifa. "Gue gatau ustadzah, dari tadi gue ga liat keberadaan Syifa" jawab Auliya.
"Liya, kalo ustadzah boleh menyarankan ke kamu, kalo bisa kamu rubah basa kamu, seperti bahasa biasa kamu menyebut diri kamu sendiri jangan dengan sebutan 'gue' jika kepada orang yang lebih tua atau kepada sesama, karena itu kurang sopan" ucap ustadzah Maria pelan.
"Tapi gue udah biasa pakek bahasa gituan, trus kalo gue gaboleh pakek basa gituan, gue pakek basa apa" tanya Auliya serius. "Kan kamu bisa menyebut diri kamu dengan nama kamu, Auliya, aku atau dengan bahasa Arab yaitu 'ana', dan dengan untuk kamu manggil seseorang jangan pakai bahasa 'lu' kamu bisa ganti dengan kamu atau dengan bahasa Arab yaitu antum" jelas ustadzah Maria.
"Okelah ustadzah, nanti gu...- ehhh! Maksudnya okelahh nanti Liya usahain" balas Auliya dengan kekehan. "Nahh gitu dong" balas ustadzah Maria sambil memeluk tubuh Auliya.
Saat Auliya dan dan ustadzah Maria sedang berpelukan, tiba-tiba ustadzah Yoyoh keluar dari dalam UKS dan berhasil mengkagetkan ustadzah Maria dan Auliya.
"Gimana ustadzah, keadaan Dhiva" tanya ustadzah Maria sambil berdiri dari duduknya. "Dhiva gapapa, tapi dia kekurangan banyak darah, dan sebab itu dia tidak sadarkan diri" ucap ustadzah Yoyoh prihatin.
"Astagfirullah...! Truss gimana ustadzah?" Tanya ustadzah Maria, dan Auliya hanya diam saja. "Dhiva memerlukan perdonor darah, dan kebetulan darah nya AB" ucap ustadzah Yoyoh.
"Darah AB ustadzah?" Tanya Auliya dan di balas anggukan oleh ustadzah Yoyoh, "saya ajah ustadzah, kebetulan darah saya AB" jawab Auliya yakin. "Kamu serius ya" tanya ustadzah Maria, "iya ustadzah, serius" jawab Auliya yakin.
"Kalo gitu, kita harus cepat cepat bawa Dhiva ke rumah sakit, karena di UKS ini tidak memiliki alat nya" ucap ustadzah Yoyoh. "Baiklah, kalo gitu kita pakai mobil pesantren ajah" ucap ustadzah Maria. "Tapi siapa yang bisa nyupirin mobil nya? Para ustadz lagi shalat dhuhur di masjid" ucap ustadzah Yoyoh. Auliya ingin menjawab nya kalo sebenernya dia bisa menyupirnya, kan biasa nya di Jakarta Auliya pergi ke mana-mana selalu pakai mobil. Tapi ucapan Auliya tak terungkapkan karena ustadzah Maria terlebih dahulu mengucapkan. "Haikal...., Iya, Haikal, kebetulan dia sudah shalat dhuhur duluan tadi" ucap ustadzah Maria.
"Dimana Haikal sekarang?" Tanya ustadzah Yoyoh karena tak melihat Haikal di sana. "Haikal lagi di kamar dina, lagi benerin lemari" Jawab ustadzah Maria. "Kalo gitu, Liya cepat kamu panggil Haikal" ucap ustadzah Yoyoh.
Auliya yang mendengar itu pun kaget, apa iya Auliya yang harus memanggil Haikal? Sepertinya tidak mungkin. Tapi Auliya memikirkan nya lagi bahwa situasi ini harus segera di tangani oleh dokter di rumah sakit.
"Heumm... Baik ustadzah" ucap Auliya langsung lari menuju lantai 2 kamar Dina. Ketika Auliya sampai di depan kamar dina, mata Auliya langsung tersorot kepada Haikal yang sedang memeriksa bagian lemari.
"He..-um... Assalamualaikum" ucap Auliya gugup. Haikal yang mendengar salam Auliya pun menoleh ke arah Auliya dan membuat Auliya mengeluarkan keringat dingin, Auliya pun bingung dengan dirinya sendiri.
"Waalaikumsalam, Auliya? Ada apa" tanya Haikal. "Lu di suruh ustadzah Maria nyupirin mobil ke rumah sakit, soalnya Dhiva membutuhkan pendonor darah secepatnya" ucap Auliya dan berhasil mengkagetkan Haikal. "Astagfirullah, kalo gitu ayoo cepat" balas Haikal tanpa aba aba Haikal menggenggam tangan Auliya dan membawanya lari.
Auliya yang melihat Haikal menggenggam tangan nya membuat hati Auliya merasa ada yang mwngkuatkan hatinya. Dan saat Haikal dan Auliya menuruni anak tangga dan menjadi sorotan para santri sepulang menunaikan shalat Dzuhur. Namun Haikal tak menghiraukan nya.
Saat Haikal dan Auliya sampai di depan kantor pak kyai Haikal menatap mobil yang ada di luar kantor pak kyai yang sudah ada ustadzah Maria dan ustadzah Yoyoh di dalam nya, "Haikal cepat kamu ambil kunci mobilnya" teriak ustadzah Maria dari dalam mobil. "Baik ustadzah" ucap haikal dan melepas genggaman nya dan berlari masuk ke dalam untuk mengambil kunci mobil.
Saat Auliya ingin menghampiri ustadzah yang sudah ada di dalam mobil, mata Auliya melihat orang yang dari tadi ia cari yaitu syifa. Auliya yang melihat Syifa seperti sesudah menangis itu Auliya memanggilnya. "Syifa..!" Teriak auliya. Syifa yang mendengar nama nya di panggil pun menoleh kearah sumber suara itu, ternyata Auliya yang memanggil nya.
"Ada apa Liya....?" Tanya Syifa ketika m nghampiri Auliya dengan mata betam seperti sehabis menangis. "Dhiva pingsan" ucap Auliya dan berhasil mengkagetkan hati Syifa. "Apa..?" Kaget Syifa. Saat Haikal keluar dari kantor pak kyai dan membawa kunci mobil. "Ayoo Liya,, cepat" ucap haikal lalu masuk ke dalam mobil. "Panjang cerita nya, sekarang kamu ikut aku" ucap Auliya sambil menarik tangan Syifa dan masuk kedalam mobil.
Syifa dan Auliya memilih duduk di bagian belakang, dan di bagian tengah ada ustadzah Yoyoh dan ustadzah Maria dengan Dhiva yang ada di pangkuan nya. Dan di bagian depan Haikal yang menyopirinya.
Saat mobil yang di kendarai oleh Haikal berada di depan gerbang pesantren dan di stop oleh pak kyai. Haikal yang melihat pak kyai menyetop nya, Haikal pun berhenti "mau kemana kalian? Dan kenapa dengan Dhiva" tanya pak kyai saat melihat Dhiva dari cermin mobil yang setengah terbuka.
"Kami mau ke rumah sakit Bi, Dhiva membutuhkan pendonor darah secepatnya" balas ustadzah Maria. Syifa yang mendengar itu lebih kaget. "Kalo gitu Abi ikut" ucap kyai Yusuf. "Boleh pak kyai" ucap haikal sambil membukakan pintu untuk pak kyai dan duduk di bagian depan samping Haikal.
"Liya, sebenarnya apa yang terjadi, sampai Dhiva membutuhkan pendonor darah?" Tanya Syifa dengan mata yang berkaca-kaca. "Dhiva tadi mecahin cermin di kamar miliknya dengan tangan nya sampai pingsan, tapi sebelum itu, Dhiva bilang kalo dia benci sama lu" jelas Auliya dan Syifa yang sedari tadi menahan air mata nya kini pun berhasil meluncur juga.
"Maafin ana Dhiva" ucap Syifa lirih. Auliya yang merasa bingung dengan masalah mereka. "Ada masalah apa kau dengan Dhiva, sampai Dhiva seperti itu" tanya Auliya. "Dhiva sudah salah faham, Dhiva pikir aku selama ini berubah bagi dia semenjak ada kamu, tapi itu tidak benar, aku sayang sama Dhiva seperti saudaraku sendiri, gak mungkin kalo aku berbuat seperti itu" jelas syifa.
"Sabar ya syif" ucap Auliya sambil mengelus pundak Syifa seperti m ngkuatkan nya. "Semoga... Ada orang yang mendonorkan darahnya dengan ikhlas untuk Dhiva, amin" Do'a Syifa dalam hati.
🍃🍃🍃🍃
Setelah mereka sampai di rumah sakit dan Dhiva sudah di bawa ke ruangan nya, "Liya, kamu ikut ustadzah untuk mengecek kesehatan kamu dulu" ucap ustadzah Yoyoh. "Baik ustadzah" jawab Auliya. "syif kamu disini dulu ya, aku mau ikut ustadzah" ucap Auliya kepada Syifa. "Kamu mau kemana Liya" tanya Syifa namun tak di hiraukan oleh Auliya, Auliya memilih untuk mengikuti ustadzah Yoyoh menuju ruangan cek kesehatan.
"Ustadzah, sebenarnya Auliya sama ustadzah Yoyoh mau kemana" tanya Syifa polos. "Auliya mau mendonorkan darah nya untuk Dhiva" jawab ustadzah Maria. Syifa dan haikal yang mendengar itu pun kaget, mereka tidak menyangka bahwa Auliya mau membantu orang yang selama ini jahat sama dia. "Apa..?" Kaget Haikal dan Syifa.
Entah mengapa di hati kecil Haikal merasa sangat khawati dengan Auliya, meskipun Haikal tidak kenal betul dengan dengan Auliya tapi kini entah mengapa Haikal sangat menghawatirkan Auliya.
Sama seperti Syifa, Syifa dari tadi terus memanjatkan doa nya kepada sang ilahi agar menyelamatkan dua sahabatnya yang sedang ada di dalam ruangan rumah sakit itu.
Namun ustadzah Maria dan kyai Yusuf kini sedang melaksanakan shalat dhuhur di musalah rumah sakit.
1 jam Haikal,Syifa ustadzah Maria dan ustadzah Yoyoh menunggu agar dokter keluar dari dalam ruangan dan membawa kabar baik. Namun tidak dengan kyai Yusuf, kyai Yusuf pamit pergi dulu ke pesantren karena ada sedikit masalah di pesantren.
"Semoga Auliya dan Dhiva gapapa ya kak" ucap Syifa. "Iya, kamu yang sabar ya syif" balas Haikal menenangkan Syifa, Haikal tau masalah yang sedang di hadapi adek sepupunya itu, maka haikal harus mengkuatkan adek sepupu yang ia sayangi itu.
"Dengan keluarga pasien?" Tanya dokter yang baru saja keluar dari dalam ruangan Dhiva dan Auliya. "Iya dokter, saya yang akan tanggung jawab di sini" ucap ustadzah Maria.
"Pasien gapapa dan orang yang mendonorkan darah nya juga sehat, sekarang tinggal nunggu mereka sadar saja" ucap dokter cantik itu, "Alhamdulillah" rasa syukur di panjatkan oleh Syifa,Haikal dan ustadzah Maria.
"Kalo gitu saya permisi dulu" ucap dokter itu. "Baik dok, terimakasih" jawab ustadzah Maria "sama-sama" jawab dokter itu dan meninggalkan mereka.
Beberapa saat kemudian syifa yang dari tadi duduk di samping ranjang Dhiva namun Dhiva belum sadarkan diri juga.
"Ustadzah....-" ucap Auliya yang terbangun dari pingsan nya. "Auliya..?" Ucap ustadzah Maria langsung pergi ke ranjang Auliya. "gimana keadaan kamu Liya" tanya ustadzah Maria, "aku gapapa kok ustadzah, Dhiva gimana" tanya Auliya lemas. "Dhiva juga gapapa kok, oh iya, ustadzah sangat berterima kasih sama kamu Liya, kalo tidak ada kamu ustadzah nggak tau lagi apa yang akan terjadi" ucap ustadzah Maria.
"Iya ustadzah, selama saya mampu membantu pasti saya akan melakukan nya" balas Auliya dengan senyum. "Syifa...-" panggil auliya, Syifa pun menghampiri Auliya. "Iya Liya, aku disini" balas Syifa dan menggenggam tangan Auliya. "Kamu lain kali jangan bikin hati Dhiva sakit lagi yha? Kamu harus bisa adil buat Dhiva" ucap Auliya. "Iya Liya aku janji" balas Syifa langsung memeluk Auliya.
"Gimana keadaan kamu Liya" tanya Haikal. Auliya melepaskan pelukan Syifa dan melihat ke arah Haikal, apa dari tadi ia nunggu disini? Hati Auliya masih bertanya-tanya. "Aku gapapa kok" jawab Auliya. "Syukurlah" ucap Haikal.
Kini Auliya sudah merasa cukup dengan istirahat nya, Auliya memilih untuk beranjak dari ranjangnya dan menuju ke ranjang Dhiva yang ada Syifa, Haikal, ustadzah Maria dan sudah ada kedua orang tua nya di sisinya.
"Gimana keadaan Dhiva?" Tanya Auliya. "Belum sadarkan diri sampai sekarang" balas ibu Dhiva yang di ketahui nama nya Maya. "Iya, sebenarnya ada apa ini, kok sampai Dhiva masuk rumah sakit" tanya fajar, ayah Dhiva. "Sebenarnya ini salah Syifa, om, Tante" ucap Syifa lirih. "Syifa yang sudah buat Dhiva iri, dan Syifa juga yang bikin Dhiva kesal dan mecahin kaca pesantren dan masuk ke sini" lanjut Syifa sambil menunduk.
"Maafin Syifa om, Tante" ucap Syifa dan meneteskan air mata nya. "Gapapa nak, mungkin ini semua sudah takdir Allah" balas maya. "Iya, lagian kamu kan nggak berniat ngelakuin itu kan" lanjut fajar. Dan di balas anggukan oleh Syifa.
Dan nggak lama kemudian Dhiva yang dari tadi yang menutup mata kini mata itu perlahan sudah membuka, Ya! Dhiva sudah sadar.
Ketika Dhiva membuka matanya dan sudah melihat kedua orang tua nya di sampingnya. "Ayah...,Bunda..!" Ucap Dhiva lemas. "Alhamdulillah" ucap seluruh orang yang ada di ruangan Dhiva. "Iya sayang, bunda disini" ucap Maya bunda Dhiva. "Kamu kenapa nak? Mana nya yang sakit" tanya fajar ayah Dhiva. "Ak..u dimana" ucap Dhiva dan melihat sekeliling nya. "Kamu di rumah sakit dhiv" ucap ustadzah Maria.
Dhiva melihat ke atap ruangan nya seperti memikirkan sesuatu yang ia ingat. "Ka..-mu... Kamu... Aku benci kamu Syifa" ucap Dhiva dan mendorong pundak syifa sampai Syifa terdorong kebelakang.
"Sayang.... Kamu gaboleh seperti itu, bukanya Syifa ini sahabat kamu, kenapa kamu membenci dia" ucap Maya. "Dia bukan sahabat ku Bun, dia bukan Syifa yang aku kenal, dia sudah berubah semenjak ada dia" balas Dhiva sambil menunjuk Auliya. "Ta...-pi.." ucap Syifa yang terpotong oleh Auliya. "Sudahlah... Memang disini yang salah Liya, gara gara Liya Dhiva sampai berbuat nekat seperti ini, dan gara gara Liya juga persahabatan Dhiva dan Syifa berantakan" ucap Auliya sampai meneteskan air mata.
Tapi Auliya tak kuat lagi dengan kesalahan nya, Auliya memilih pergi keluar dari ruangan Dhiva dan menenangkan diri nya.
"Dhiva... Kamu gaboleh seperti itu sama Auliya, apalagi kamu harus membenci dia" ucap Haikal yang tak akan diam jika Auliya di benci oleh sahabatnya sendiri, entah mengapa Haikal bisa membela Auliya. "Kenapa, kamu juga membela dia iya?" Sentak Dhiva namun Haikal hanya menggeleng kan kepala nya tak nyangka.
"Emang ya, semua orang disini berubah semenjak ada dia, sahabat aku, bahkan orang yang aku sayang berubah" ucap Dhiva dengan setetes air mata. Syifa yang mendengar itu seperti terpukul sekali dengan ucapan Dhiva. "Dhiva... Asal kamu tau ya... Kamu bisa sadar seperti ini berkat siapa? Berkat bantuan Auliya, jika Auliya tidak mendonorkan darah nya untuk kamu, mungkin kamu tidak akan sadar saat ini" ucap Haikal dan berhasil membuat hati Dhiva terpaku dan tak percaya, bahwa Auliya sudah mendonorkan darah nya untuk dirinya. "Maaf om, Tante, saya harus nyusul Auliya" ucap Haikal dan keluar dari ruangan Dhiva.
"Bunda.. Bun jelasin pada Dhiva kalo yang di omongin Haikal tadi gak bener, iya kan Bun? Bukan Auliya yang ndonorin darah nya buat Dhiva kan Bun tapi bunda" ucap Dhiva sambil menggoyangkan tangan bundanya seperti ingin mendapatkan jawaban nya.
"Iya sayang,, yang di omongin Haikal tadi benar" ucap Maya lirih. "Apa..?" Kaget Dhiva. "Iya Dhiva, Auliya sudah ngedonorin darah nya buat kamu, karena hanya darah Auliya yang cocok buat kamu, waktu itu bunda kamu belum datang jadi dokter menyarankan bahwa Auliya yang menjadi pendonornya" jelas Syifa.
"Gamungkin.....-!" Teriak dhiva, "ini beneran Dhiva, orang yang selama ini kamu jahatin dia malah nyelamatin nyawa kamu, apakah kamu masih membenci nya" tanya Syifa pelan, Dhiva yang mendengar pertanyaan Syifa itu tak menjawabnya melainkan hanya diam.
Haikal yang dari tadi mencari keberadaan Auliya di rumah sakit ini tak menemukan keberadaan Auliya, Haikal sudah menelusuri seluruh rumah sakit ini tapi hasil nya nihil.
Saat Haikal sampai di sebuah taman rumah sakit, Haikal melihat orang yang ia tengah cari dari tadi sedang duduk di bangku taman.
Haikal yang melihat Auliya dengan tatapan kosong, Haikal pun menghampiri nya.
"Liya...?"
Bersambung.......