Chereads / Bossku Is My Boyfriend / Chapter 18 - BUNGA YANG LAYU KINI TELAH MEKAR KEMBALI

Chapter 18 - BUNGA YANG LAYU KINI TELAH MEKAR KEMBALI

Masih seperti ini. Masih dalam keadaan dimana sang waktu terasa berhenti di kehidupanku. Semua terlihat menjadi putih, dunia menjadi tanpa warna. Hanya ada aku, kamu, serta pohon besar ini yang memayungi. Senyumanmu yang ku lihat sekarang, memberikan warna layaknya matahari yang bersinar.

Hatiku yang telah kehilangan cahaya dan kehilangan sebuah harapan. Kehilangan semua yang ku punya dan sudah tak mempunyai apa-apa. Hatiku benar-benar sudah layu dan mati. Bagaikan bunga yang baru mekar di pagi hari, kemudian di cabut dari tanah sampai ke akar-akarnya. Tergeletak tak berdaya, mati rasa, hanya menunggu waktu sampai mengering dan mati. Seperti itulah hatiku.

Namun, saat kau hadir di depanku, kau memberikan harapan hidup pada bunga yang telah mengering ini. Menancapkan setiap akar yang tercabut, mengembalikan rasa yang dulu telah hilang. Perhatianmu yang kau tujukan kepada ku, bagaikan tetes air yang menyirami bunga yang telah kering ini. Senyuman mu yang hangat, bagaikan sinar matahari yang memberikan kehidupan. Dan dirimu, layaknya musim semi yang datang setiap tahun.

Seperti musim semi yang datang setelah musim dingin, cinta juga akan datang kembali. Begitulah yang aku rasakan.

Aku masih memandangi kedua manik kecoklatan milikmu, yang selalu memancarkan kilauan cahaya. Apa kau tahu Pak Nando?. Apa sebutannya matahari yang menyinari permukaan air yang bergelombang?. Gemerlap matahari. Aku menyebutnya seperti itu.

Aku juga ingin seperti gemerlap matahari itu, memberikan kilauan cahayanya kepada sepasang mata yang melihat kilau itu. Seperti dirimu yang memberikan sinar kepadaku. Aku pun juga ingin sepertimu, memberikan sinarku kepadamu. Saling menyinari dan saling memberikan kebahagiaan satu sama lain.

Saat ini, tiba-tiba aku merasa berani. Aku tidak ingin melewatkan kesempatan ini dan gagal seperti sebelumnya. Aku ingin mengungkapkan perasaanku kepadamu. Ingin ku ungkapkan bahwa aku menyukaimu sejak saat kita pertama bertemu. Aku ingin menunjukkan perasaanku kepadamu. Seperti orang lain, seperti semua orang, seperti orang normal pada umumnya. Aku ingin mencintai dan dicintai. Aku ingin kau melihatku seperti orang normal, dan menerimaku dengan apa adanya. Menerima diriku yang seperti ini.

Tapi, di samping keberanian itu muncul juga rasa takut. Rasa takut yang menyeruak keluar dari dalam hatiku. Lebih besar dari keberanianku, rasa takut akan kehilangan itu menyudutkan keberanian ke sudut yang paling gelap di dalam hatiku. Aku yang pernah merasakan kehilangan, aku yang pernah merasakan keterpurukan, aku yang pernah merasakan sakitnya perasaan yang di hancurkan. Oleh sebab itu, aku mengurungkan niatku, aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Sampai aku benar-benar memastikan bahwa dirimu juga ada rasa padaku meskipun hanya sedikit. Untuk saat ini, aku yakin kau tak menyukaiku, meski aku tahu kau tak membenci orang yang dari golongan sepertiku.

Aku selalu memikirkan tentang ucapannya yang dia katakan saat mengetahui perasaanku. Memikirkan ucapan tentang pikiranku yang sakit, yang membuatku seperti hewan yang menjijikkan karena menyukai sesama jenis. Seandainya dia juga bisa berfikir, aku. atau orang lain yang sepertiku, tidak bisa mengendalikan perasaan yang muncul. Apa salahnya kalau mengikuti kata hati?. Seandainya aku bisa memilih, aku tak akan pernah memilih menjadi seperti ini. Atau pun dilahirkan menjadi seperti ini. Seandainya aku bisa berteriak kepada Tuhan dan memberontak kepadaNya, serta mengeluh tentang hidupku. Aku ingin Dia merubah, dan membuat ulang diriku, aku harap Dia menciptakanku seperti ciptaanNya yang lain.

Meskipun aku hidup dengan memiliki rasa yang seperti ini, rasa ke sesama jenis. Bukan berarti aku orang yang tidak pantas untuk dicintai. Ataupun dilarang untuk menyukai bahkan mencintai seseorang. Apakah ada peraturan seperti itu?. Tidak ada satu orang pun yang berhak menertawakanku, menghakimiku atas perasaanku. Aku katakan sekali lagi, jika menyukai seseorang, semua orang pasti tidak akan bisa mengendalikan perasaan mereka. Begitu pula dengan diriku.

Di setiap aku berjalan, bahkan di setiap hari selama aku hidup sampai saat ini. Aku selalu berpikir tentang apa arti hidupku. Apa sebenarnya arti hidupku yang menjadi seorang penyuka sesama jenis ini?. Apa ada yang bisa memberikanku jawaban?. Apa semua orang bisa menunjukkan kepadaku?. Apa kalian semua bisa mengatakan kepadaku, apa tujuan Tuhan menciptakanku seperti ini?. Tidak. Kalian tidak bisa kan?. Aku rasa kalian semua dan semua orang yang hidup di atas bumi ini tidak akan pernah bisa menjawab tentang arti hidupku. Semuanya hanya bisa melihat dan menghakimi atas perbedaanku. Atas perasaanku yang berbeda dari orang-orang biasa yang yang ditakdirkan menjadi sempurna.

Tapi, dalam pikiranku dulu tentang inti dari kehidupanku. Aku berpikir inti dari hidupku yang seperti ini ialah tentang menemukan tempatku. Tempat dimana aku boleh berada, dan diterima. Tempat dimana tak ada yang menggangguku, atau menghakimi diriku. Menemukan tempat dimana aku tak ditolak oleh siapapun. Itulah inti dari hidupku.

Namun kini pikiranku berubah. Dimana pun tempat aku berada saat ini, aku pikir ini adalah tempatku, tempatku yang semestinya. Aku juga ciptaan Tuhan, seperti yang lainnya. Dunia ini diciptakan untuk dihuni oleh ciptaanNya. Dan aku pun juga termasuk ciptaanNya, seperti yang lainnya. Aku tak ingin mempedulikan apa yang orang lain katakan dan pikirkan. Aku berfikir aku juga berharga untuk diriku sendiri. Aku juga berhak berada disini. Selama aku bisa hidup sebagai diriku sendiri. Aku rasa tak apa jika menjadikan ini tempatku. Menjadikan dunia ini tempatku untuk berada juga. Disini saja, tak apa. Jika tidak diperbolehkan disini, aku mungkin mau menyerah dari hidupku, dan berhenti dari segalanya.

Aku mendongakkan kepalaku, melihat pohon yang daunnya meneduhkan kita. Pohon tempat dimana kita duduk bersama, mengobrol dengan senyum dan tawa. Pohon ini menjadi saksi bisu dimana kita pernah melalui masa seperti ini. Pohon ini menyerap nafas kita, tawa kita, suara kita dan kisah kita. Semuanya terserap. Jadi kita lupa bagaimana kita mengobrol dengan senyum di bawah pohon ini. Sampai musim terus berganti, semua yang ia serap akan menjadikan sebuah kenangan. Pohon ini akan menjadi pohon kenangan kita. Pohon ini akan menceritakan tentang kenangan kita. Mengeluarkan semua yang ia serap ketika kita melihat pohon ini kembali. Kisah kita, suara kita, tawa kita, dan nafas kita, akan ia tunjukkan berbentuk sebuah memori. Apa kau setuju Pak Nando?. Pohon ini akan menjadi pohon kenangan kita saat kita melihat pohon ini lagi suatu saat.

Aku mengembalikan kembali posisi kepalaku semula. Aku melihat bunga Krisan yang tumbuh di belakang kursi tempat kita duduk. Aku memetik setangkai bunga Krisan yang berwarna ungu itu. Aku berikan kepada Pak Nando.

Bunga ini aku berikan sebagai tanda bahwa, bunga di dalam hatiku kini mulai mekar kembali. Terimakasih. Aku benar-benar sangat berterima kasih kepadamu. Bunga yang telah layu kini dapat bermekar kembali.

Air mata pun menetes dipipiku.

.

.

*****

---------------------------

Hai, para readers, mungkin di chapter ini banyak yang tidak setuju dengan tulisan author. Author disini sangat meminta maaf pada kalian bila itu benar terjadi. Ini hanya tulisan dan opini yang aku buat.

Sekali lagi author minta maaf yang sebesar-besarnya.

See ya d next chapter.