Langit masih mendung dan jam menunjukkan pukul 10:20. Kami sudah berada di kafe setelah membereskan semua barang-barang yang ada di event tadi. Kak Ditto juga bersama kami saat ini, tadi dia juga ikut membantu beres-beres barang.
"Hari ini kafe akan buka setelah jam istirahat siang. Kalian bisa merapikan meja dan kursi seperti biasanya, juga mempersiapkan bahan-bahan seperti biasanya. Setelah selesai, kalian boleh beristirahat. Aku ucapkan terima kasih banyak atas kerja keras kalian hari ini."
"Sama-sama pak!" jawab kami serentak.
"Akhirnya dapat lemburan!" teriak Kak Andi.
Semua tertawa mendengar teriakan Kak Andi.
"Tenang saja, upah lembur akan di bayarkan bebarengan dengan upah gaji minggu ini." kata Pak Nando.
"Yeaaah..." teriak mereka kegirangan mendengar ucapan Pak Nando.
Aku hanya tersenyum melihat tingkah mereka saat kegirangan.
"Nanti, tolong buatkan mochachino sama French fries ya! Tolong antarkan ke atas!" kata Pak Nando.
"Siap, Pak!" jawab Kak Dimas.
"Tolong buatkan aku latte ya! Nanti tolong antar bareng sama pesanannya Nando."
"Baik, kak." kata Kak Dwiki.
Pak Nando dan Kak Ditto pergi ke atas. Kami membersihkan kafe dan mempersiapkan segala sesuatunya seperti biasanya. Setelah semua selesai, kami duduk bareng di front desk.
"Vin, kamu mau ikut ke kosannya Dwiki nggak? Kita mau istirahat ngumpul bareng di sana." kata Kak Andi.
"Nggak, kak. Aku di sini saja. Aku nanti sudah janji sama Kak Ditto, mau makan siang bareng."
Semua melihatku penuh dengan tanya. Begitu pula dengan Kak Dwiki yang sedang membuat kopi pesanan Pak Nando dan Kak Ditto.
"Ehhmm... Ehmm.. Ada berita apa nih dengan Kak Ditto?" tanya Kak Dimas.
"Sejak kapan kamu dekat dengan Kak Ditto?" sahut Kak Andi.
"Kamu sedang kencan sama Kak Ditto?" tanya Kak Dwiki menimpali.
Aku melihat wajah mereka satu persatu. Semua mata penuh tanya tertuju padaku. Aku sangat bingung harus menjawab seperti apa.
"Eh.. Eh.. K-kita tidak s-seperti yang kalian pikirkan." jawabku dengan terbata-bata. " A-aku dengan Kak Ditto membuat persetujuan karena tadi Kak Ditto mau membantuku membagi-bagikan selebaran. Jadi sebagai balasannya, aku harus mau menemani dia makan siang. Gitu ceritanya."
"Terus, kalian sejak kapan mulai dekat? Sampai diajak makan bareng loh!" kata Kak Andi.
"Ehmm... Kita baru saja dekat, tapi ya sebagai teman kok gak lebih. Hanya beberapa kali chatting di WhatsApp." kataku sedikit berbohong. Padahal hampir setiap hari setelah aku pulang kerja kita chattingan.
"Masak cuma begitu saja? Pasti pernah keluar bareng, kan?" Kata Kak Dimas.
Dalam hatiku, "Duh... Pertanyaan ini bagaimana aku menjawabnya? Jujur saja kali ya? Toh kita juga keluar berempat."
"Ehm... Iya pernah sekali, aku di ajak ke Surabaya North Quay." kataku jujur.
"Wah... Rupanya benar pernah keluar bareng. Padahal tadi aku hanya menebak saja loh!" Kata Kak Dimas dengan suara yang agak keras. "Kalian kencan berduaan saja?" tanya Kak Dimas lagi seakan-akan mau menginterogasiku.
"Nggak, kok kak. Kita kesana berempat dengan Pak Nando dan pacarnya." jawabku.
"Wah... Kalian seperti sedang double date deh." sahut Kak Andi.
"Sudah... Sudah... Kalian jadi ke kosanku gak? Malah asyik menggoda si Davin?" kata Kak Dwiki .
Aku melihat Kak Dwiki dengan rasa kagum karena ucpannya yang menyelamatkanku dari interogasi mereka. Dalam hatiku, "Wah... Kak Dwiki menyelamatkanku. Terimakasih banget kak, kamu pahlawanku."
"Jadi dong!" kata Kak Vendi.
"Vin, ini pesanan Pak Nando dan Kak Ditto tolong antar ke atas ya! Sekalian kasih tau Pak Nando, kita pergi ke kosanku." kata Kak Dwiki sambil memberikan ku nampan yang diatasnya terdapat 2 cangkir kopi dan kentang goreng.
"Iya, baik kak." jawabku.
"Kalau begitu ayo kita berangkat. Ini sudah jam sebelas pas." kata Kak Dwiki.
"Nanti dilanjut lagi ya ceritanya." kata Kak Andi sambil menepuk pundakku.
"Selamat kencan dengan Kak Ditto." kata Kak Dimas menggodaku.
"Kak....! Ini cuma makan bareng biasa kok, bukan kencan."
Semua tertawa terbahak-bahak sambil berjalan meninggalkanku.
"Baiklah, sampai nanti." Kata Kak Dwiki yang sudah di ujung pintu.
Aku mengambil nampan dan aku berjalan ke atas menaiki tangga. Aku membuka pintu ruangan Pak Nando. Pak Nando sedang duduk di sofa dengan memandangi laptopnya di meja. Sedangkan Kak Ditto sedang tiduran di sofa panjang sambil memainkan ponselnya.
"Permisi pak! Ini pesanan Pak Nando dan Kak Ditto." kataku sambil masuk ke ruangan Pak Nando.
"Tolong taruh di meja Vin!" kata Pak Nando.
Kak Ditto bangun dari posisi tidurnya. "Sini... Sini... Duduk disini!" kata Kak Ditto sambil menepuk-nepuk sofa di sebelahnya.
Aku menaruh kopi dan kentang goreng di meja, dan kemudian duduk di samping Kak Ditto.
"Oh iya pak, tadi yang lain ke kosannya Kak Dwiki. Saya disuruh menyampaikan ke Pak Nando."
" Oh iya." Jawab Pak. Nando singkat.
"Kita makan di Tunjungan Plasa saja ya, Vin! Ada beberapa barang yang mau aku beli disana." kata Kak Ditto.
"Aku terserah Kak Ditto saja mau dimana makan siangnya."
"Oke, kita bentar lagi berangkat ya! Aku minum dulu kopiku." kata Kak Ditto. "Kamu sudah selesai apa belum, Ndo?" tanya Kak Ditto pada Pak Nando yang sibuk dengan laptopnya.
"Bentar lagi selesai kak." kata Pak Nando.
"Lho... Pak Nando ikut juga?" tanyaku.
"Kenapa? Gak boleh?" tanya Pak Nando sedikit sewot.
"Ahh... Bukan begitu maksud saya, pak! Saya kira cuma saya dan Kak Ditto saja. Saya senang kalau bisa rame-rame." kataku.
"Tadi Nando merengek kayak anak kecil. Dia gak mau kalo ditinggal sendirian." kata Kak Ditto. "Kamu mau berpakaian seragam pelayan seperti ini?" tanya Kak Ditto padaku.
"Ohh... Nggak kak. Aku ganti kaos dulu ya!" kataku.
"Okay...!"
Aku berdiri dan berjalan keluar menuju lokerku dan mengambil kaos ganti yang aku taruh di dalam tas. Setelah mengganti pakaianku, aku keluar dari ruang karyawan. Rupanya Pak Nando dan Kak Ditto juga baru keluar ruangan. Aku turun bersama mereka menuju mobil Kak Ditto. Aku duduk di kursi tengah, Pak Nando duduk di depan dan Kak Ditto yang mengemudi.
*****
Jam menunjukkan pukul 12 tepat. kami sudah selesai makan di food court Tunjungan plaza Surabaya.
"Aku akan membeli beberapa barang. Kalian mau ikut atau bagaimana?" kata Kak Ditto.
"Aku akan ke toko buku." Kata Pak Nando.
"Hmm... oke. Kalau kamu bagaimana Vin? Ikut aku yuk!" tanya Kak Ditto sambil memelas.
"Nggak deh Kak. Kak Ditto pasti muter-muter beli barangnya. Aku anti yang namanya belanja-belanja. Hehe." kataku sambil tertawa. "Aku ikut Pak Nando saja ke toko buku. Maaf ya kak!"
"Yahh..!" Kak Ditto menghela nafas. "Kalau begitu, aku tinggal dulu. Nanti aku samperin kalian ke toko buku, kalau aku sudah selesai. Ketemu disana saja ya!" kata Kak Ditto kemudian berlalu pergi meninggalkan kami.
"Yuk Vin, kita ke toko buku sekarang."
"Baik pak!"
Kami berjalan menuju menuju toko buku.
"Kamu mau beli buku apa?" tanya Pak Nando.
"Saya tidak beli pak. Cuma mau lihat-lihat saja. Kalau Pak Nando mau beli buku apa?" tanyaku.
"Aku juga belum tau mau beli buku apa. Tapi kalau ada yang menarik, aku akan membelinya." kata Pak Nando.
Sampai di toko buku, Pak Nando menuju ke tempat buku bisnis dan ekonomi. Aku melihat-lihat buku di bagian novel romance dan fiksi.
Aku mengambil buku dengan judul 'When The Weather is fine'. Sepertinya ini buku yang menarik.
"Aku akan membelimu nanti, setelah aku punya uang. Tunggu aku ya buku!." kataku pada buku yang sedang aku pegang saat ini.
Pak Nando datang dari arah sampingku.
"Kamu mau beli itu?" kata Pak Nando.
"Oh... Tidak pak. Saya cuma melihatnya saja. Pak Nando sudah dapat buku yang ingin bapak beli?" tanyaku.
"Iya, sudah. Kalau kamu mau itu, ambil saja." katanya.
"T-tapi pak...!"
"Udah ambil aja, pakai uangku."
"T-terima kasih banyak pak. Nanti akan saya kembalikan uang Pak Nando saat saya sudah ada uang." kataku dengan wajah yang berseri-seri.
"Baiklah. Kalau sudah ayo ke kasir."
"Baik pak."
Kami berjalan menuju kasir. Aku berjalan di depan Pak Nando. Saat aku berjalan, aku merasa menginjak sesuatu yang licin, sehingga membuatku hilang keseimbangan.
Buk... Suara buku yang ku bawa terjatuh dari genggamanku. Tubuh ku yang akan jatuh kebelakang, di tangkap oleh Pak Nando. Semua mata melihat kearah kami.
"Kamu tidak apa-apa, Vin?"
"Iya, tidak apa-apa pak. Terimakasih sudah menangkap saya." kataku. Aku cepat-cepat berdiri memposisikan tubuhku.
"Kenapa kamu bisa sampai mau terjatuh?"
"Saya tidak tahu pak. Sepertinya saya menginjak sesuatu yang licin." kataku.
Aku mengangkat kakiku, dan aku lihat alas sepatuku kemudian melihat lantai. Rupanya aku menginjak sisa jelly yang tergeletak di lantai.
"Oh.. Ada jelly yang jatuh di lantai pak." kataku.
"Sepertinya jelly anak kecil di depan itu terjatuh." kata Pak Nando sambil menunjuk ke anak kecil yang sedang makan jelly di tangannya. "Untung kamu gapapa." tambahnya. Pak Nando membungkukkan badannya dan mengambil buku yang aku jatuhkan. "Nih bukumu!" kata Pak Nando sambil memberikan bukuku.
"Terima kasih pak!" kataku.
Kami mengantri di depan kasir dan membayar buku kami. Setelah itu kami menunggu Kak Ditto sambil duduk di kursi dan memesan minuman.
.
.
.
*****
Hai, para readers. Jangan lupa rate, vote, comment, kritik dan sarannya.
See you di next chapter.