Udara laut yang sangat sejuk, deburan ombak yang yang saling menderu. Membuat pikiran benar benar terasa tenang. Terhampar pemandangan laut yang sangat luas, ditambah kapal-kapal yang berlayar lalu lalang menghiasi lautan dengan lampu yang terang. Terkadang terdengar suara klakson kapal yang memecahkan keheningan malam.
Tak kalah indahnya, sinar lampu yang berwarna-warni dari jembatan Suramadu sangat memanjakan mata. Jembatan yang membelah lautan dan menghubungkan pulau Jawa dengan pulau Madura, berdiri megah di atas permukaan laut.
Serta patung monumen Jalesveva Jayamahe yang berdiri gagah. Monumen ini berupa perwira TNI AL dengan pakaian seragam lengkap sambil memegang pedang. Arah pandangan matanya tertuju ke arah laut dan jembatan Suramadu. Karena monumen ini mempunyai arti "di lautlah kita berjaya".
Surabaya North Quay ini adalah wisata outdoor yang berada di rooftop pelabuhan Tanjung Perak. Tempatnya yang bersih dan cukup luas, dengan alas rumput sintetis dan banyak meja kursi yang di atas nya terdapat payung. Suasananya seperti di Hongkong. Hanya saja terdapat perbedaaan, yaitu di kawasan Avenue of Stars Hongkong setiap malamnya diramaikan dengan pertunjukan laser yang digelar oleh hotel-hotel sekitarnya. Saat ini di Surabaya North Quay belum ada hal tersebut.
Beruntungnya kita hari ini, karena kunjungan kita ke sini bertepatan dengan adanya jadwal kapal pesiar yang bersandar. Kapal pesiar mewah asal Italia, AIDAvita. Banyak orang yang datang berswafoto dengan background kapal pesiar tersebut.
"Kak tolong dong ambilkan aku foto dengan kapal itu!" pintaku sambil memberikan HP ku.
"Hasil fotonya burik, kurang bagus. Nih...!" katanya sambil mengembalikan HP ku.
"Hmm.. Iya deh.. Yang HP nya mahal dan kameranya bagus." kataku sambil cemberut.
"Udah.. Udah... cepet pose yang bagus, agak geseran dikit. Lebih bagus kalau pas di bawah tulisan nama kapalnya."
"satu... dua... tiga.. (cekrek) Nah bagus nih fotonya. Yang bagus cuma kapalnya, yang di foto mah jelek." Kak Ditto tertawa terbahak-bahak.
"Oh.. Gitu yaa!!" kataku sambil manyun. "Coba lihat fotonya kak."
Kak Ditto menghampiriku dan menunjukkan gambar hasil foto yang barusan diambilnya.
"Wah.. beneran bagus. Modelnya juga ganteng gini loh!" kataku protes.
"Haha.. Iya... Iya.. Memang ganteng, terlebih lagi banyak manisnya." katanya sambil menekan kedua pipiku sampai bibirku maju seperti ikan.
"Aduh.. Sakit kak!" kataku sambil menepuk tangan nya.
"Maaf.. Maaf.. Cuma bercanda. Ayo kita foto selfie bareng. Buat kenang-kenangan pernah kesini berdua."
"Hmm... Boleh."
Kak Ditto menggelantungkan tangannya di atas pundakku. Sedangkan tangan yang satunya memegang HP di depan kami. Tubuh kami saling berdempetan dan tidak ada jarak.
Sebenarnya aku masih canggung dengan hal yang beginian. Mataku tidak henti-hentinya melirik kesana kemari. Aku takut dengan apa yang dipikirkan orang-orang tentang kami. Aku takut mata mereka melihat dengan rasa jijik pada kami. Itu semua yang terlintas dalam benakku.
Dalam hatiku, aku bertanya-tanya. Apa Kak Ditto selalu seperti ini dengan cowok? Meskipun dengan orang yang baru kenal?. Apa dia selalu ramah seperti ini? Tidak ada rasa canggung dengan orang baru?. Apa dia tidak takut dengan persepsi orang ketika melihat kita sekarang?. Apa... Apa... Dan apa. Semua pertanyaan-pertanyaan itu menumpuk, menindih satu sama lain. Seperti lembar-lembar soal yang di tumpuk di atas sebuah meja.
"Ayo kita selfie satu kali lagi." katanya yang membuyarkan kebingunganku.
Aku hanya terdiam tanpa jawab. Ku anggukkan kepalaku sebagai tanda persetujuan untuk ajakannya. Kali ini dia mengacak-acak rambutku.
"Kak... kok rambutku di acak-acak sih!! Kan jadi berantakan nih rambutku. Pasti jadinya jelek fotoku."
"Hahaha... Iseng aja!" katanya tanpa rasa bersalah. "Lihat nih fotonya, kamu kelihatan lucu." Tawanya pun pecah.
"Hapus dong kak..!!" pintaku. "Jelek tuh akunya." sambil sedikit merengek.
"Gak mau. Lucu kok, aku suka."
"Terserah kakak saja deh." kataku sambil cemberut.
"Iya.. Iya.. nanti aku hapus."
"Udah dong... Jangan ngambek lagi ya.. Ayo duduk di sana. Ada meja yang kosong." katanya sambil menunjuk ke arah meja tersebut.
"Ayo...!!"
Kak Ditto meraih tanganku dan menggeretku. Aku masih merasa kurang nyaman dengan situasi ini. Perasaan ini masih was-was dengan keramaian disini. Otomatis akan banyak sepasang mata yang akan memandang. Entah apa yang akan mereka pikirkan.
Sejujurnya aku tidak masalah dengan apa yang sedang dilakukan Kak Ditto terhadapku sekarang. Bisa dibilang, aku bahagia saat ini. Karena mungkin dengan perlakuan Kak Ditto padaku sekarang, aku merasa seperti memiliki seorang kakak. Dalam pikirku, "Senangnya bisa di perhatikan. Mungkin gini ya rasanya memiliki seorang kakak. Bisa bercanda seperti ini adalah sesuatu yang aku impikan dari dulu."
"Kak... Kak Ditto, jangan seperti ini. Aku bisa berjalan sendiri." kataku sambil mencoba melepaskan genggaman tangannya. Mataku melirik ke orang-orang yang sedang memperhatikan kami.
Dia menoleh kebelakang, ke arahku.
"Oh.. Maaf ya!! Tadi kamu cuma mematung saja sih." katanya. "Ayo cepat kesana, keburu mejanya ada yang memakai."
Dari matanya aku bisa melihat rasa kecewa jarena ucapanku. Tapi dia memilih bersikap dewasa dan mengalah. Dalam katanya yang cuma mematung saja, aku yakin itu adalah alasan yang diucapkan untuk menegarkan dirinya sendiri dari rasa kecewa. Dalam hatiku aku berkata, "Maaf Kak Ditto, bukannya aku tidak mau dengan keinginan Kak Ditto untuk menggandengku. Tapi disini terlalu ramai. Aku masih belum terbiasa dengan mata orang yang memandang."
Sebagian besar orang pasti akan berfikir aneh dengan adegan seperti ini. Dua orang laki-laki saling bergandengan tangan. Bagaimanapun juga, skin ship antara dua orang laki-laki adalah hal aneh di mata mereka. Karena gay adalah hubungan yang sangat tabu di negara ini.
Kita berdua duduk berhadapan di meja. Dengan payung yang menutup karena ini sudah jam malam.
"Kita duduk disini saja ya. Sambil menunggu Nando dan pacarnya datang."
"Iya, kak."
Suasana mulai canggung. Pandangan mata kita saling bertemu. Tapi dia membuang muka dan menoleh melihat ke arah lautan.
"Kak.. Katanya kakak juga main game Mobile Legends ya?" tanyaku untuk mencairkan suasana. "Main bareng yuk kak, push rank. Main game dulu sebelum Pak Nando datang."
"Ayo..!!" katanya dengan semangat. Tadi wajahnya sangat datar, untunglah sekarang ceria lagi karena sebuah game.
"Kakak sekarang mencapai divisi apa sekarang?" tanyaku.
"Masih di duvisi legend 1 bintang 3. Kalau kamu?"
"Wah... sama. Cuma, sekarang aku bintang 5. Menang sekali akan berubah ke mythic."
"Wihh.. Hebat... Ayo di mulai!! Kamu pakai apa?"
"Aku biasanya pakai mage. Aku pakai Aurora saja deh. Sekali kena kombo freeze nya, bakal mati tuh musuh. Kalau Kak Ditto pakai apa?"
"Aku pakai fighter atau tank. Mmm... Aku pakai Franco saja deh."
"Okay. Minta nomor ID kakak. Biar aku add ke friendlist. Follow back ya kak."
Kak Ditto memberiku nomor ID nya. Dan kami memulai gamenya. 15 menit kemudian dan kita masih bermain game, Pak Nando dan pacarnya datang.
"Ndo... Nando... Sebelah sini!" teriak Kak Ditto sambil mengangkat tangannya memanggil Pak Nando.
Aku menoleh kebelakang melihat Pak Nando yang berjalan kemari. Dengan tangan pacarnya yang melingkar ke tangan kiri Pak Nando. Hatiku sedikit tersayat melihat hal tersebut. Iri rasanya melihat tangan Pak Nando yang sedang menggandeng tangan pacarnya. Andai itu tanganku.
Aku kembali melihat layar HP ku yang sedang memainkan game. Aku berdiri dan beranjak dari tempat dudukku semula. Aku berpindah ke kursi di sebelah kiri Kak Ditto. Dan tidak lama setelah aku pindah duduk, mereka berdiri tepat di hadapan kami.
.
.
*****