Angin malam yang sepoi-sepoi. Masih dengan suara ombak air laut. Dan dengan kapal pesiar yang berdiri megah di atas laut. Aku masih memainkan game dengan Kak Ditto. Sedangkan Pak Nando dan pacarnya yang semula berdiri, kini mulai duduk. Pak Nando duduk di sebelahku, dan pacarnya duduk di depanku.
"Vin!! Ini Nathalie pacarnya Nando. Aku sudah bercerita kepadamu kan tadi? Dan Nath, ini Davin." Kata Kak Ditto memperkenalkan kami
"Selamat malam, Kak Nathalie. Namaku Davin."
"Selamat malam juga Vin! Panggil aku Nath aja ya biar akrab panggilnya." kata Kak Nath.
"Baik, kak." jawabku.
"Yess... Akhirnya kita menang." teriak Kak Ditto bahagia memenangkan game yang kami mainkan. "Wah kamu hebat pakai Auroranya, well played." kata Kak Ditto sambil mengelus-elus rambutku kemudian mengacak-acaknya.
"Ahh... Kak Ditto suka sekali deh acak-acak rambutku. Jadi berantakan nih." gerutuku. "Kak Ditto juga bagus main pakai Franco, terima kasih ya sudah menjaga Aurora ku."
"Yah tentu saja, aku juga akan menjagamu layaknya seorang kakak menjaga adiknya. My sweety." kata Kak Ditto sambil mencubit pipiku.
"Aww... Sakit kak!" kataku. "Kakak gak malu apa di lihatin Kak Nath sama Pak Nando?" kataku sambil melihat Kak Nath yang cuma tersenyum melihat tingkah laku Kak Ditto.
Kemudian aku melihat ke arah Pak Nando. Mata kita saling bertemu. Tapi apa yang ku lihat membuatku sedikit merasa takut. Wajah datar tanpa ekspresi Pak Nando serta matanya yang melihatku dengan tajam. Membuatku langsung menundukkan kepalaku. Dalam hatiku, "Kenapa Pak Nando melihatku seperti itu? Kali ini sorot matanya berbeda dari yang kemarin. Aku tak bisa menebaknya."
"Hei... Kenapa kamu menundukkan wajah? Apa kamu malu?" tanya Kak Ditto sambil mengangkat daguku. "Tenang saja, mereka berdua sudah terbiasa melihat tingkahku seperti ini."
"Wah... Wah... Kalian mesra banget, iya gak, yank?" kata Kak Nath bertanya pada Pak Nando.
"Ini pacar baru kamu Kak? Yang kemarin-kemarin di kemanain? Kalian sudah kenal lama? Akrab banget." tanya Kak Nath beruntun kepada Kak Ditto.
"Bukan!! Davin ini pegawai cafe nya Nando. Kamu belum diberi tahu Nando dengan siapa aku kemari? Dan juga kita baru kenal kemarin." jawab Kak Ditto
"Nggak kak." kata Kak Nath, kemudian dia menoleh ke Pak Nando. "Apa benar begitu, yank?" tanyanya.
"Iya." jawab Pak Nando singkat.
"Kalian lihat kan!! Dia mana pernah cerita. Orangnya hemat kata banget sih. Kalau bukan hal penting tidak akan mau bicara dia. Dia dari dulu seperti itu, bahkan julukannya saat masih kuliah adalah 'Frozen Prince'. Banyak cewek yang mau mendekatinya. Tapi dianya ogah. Seperti alergi dengan cewek, bahkan banyak yang mengira kalau Nando itu gay. Untung saja ada aku yang menyelamatkan image buruknya." Kata Kak Nath sambil tertawa. Dan kami pun ikut tertawa dengan perkataannya. Tentu saja kecuali Pak Nando.
"Aku kira kalian berpacaran!!" tambah Kak Nath.
"Bukan kok kak!" jawabku dengan cepat.
"Iya bukan!! Tapi sebentar lagi. Hahaha." kata Kak Ditto menyambar jawabanku dengan tawa keras.
"Hmm... Kode keras nih." kata Kak Nath sambil melihat ke arahku.
"Apa Kak Nath pikir aku orang yang seperti Kak Ditto?" tanyaku untuk mempertahankan jati diriku.
"Aku kira iya!! Ternyata bukan ya?! Aku pikir kamu laki-laki yang berwajah cantik dan manis juga pasti seorang gay. Maaf yaa!!"
"Iya gapapa kok kak, gak perlu minta maaf. Aku bukan cantik kak, tapi ganteng. Camkan itu." kataku dengan mulut yang mengerucut.
"Iya.. Iya.. Haha."
Semuanya tertawa kecuali Pak Nando. Tapi aku melihat senyumnya yang merekah. Dalam pikirku, "Nah.. Pak Nandi kalo senyum terlihat manis. Dari tadi kek kayak gitu. Biar aku gak takut melihat wajahnya."
Drrrt..drrtt... suara HP Kak Nath bergetar. Kak Nath mengambil HP nya.
Aku melihat semua bagian Kak Nath yang sedang sibuk dengan HP nya. Saat aku melihatnya berjalan tadi, dari atas sampai bawah menurutku dia orang yang sangat sempurna. Rambut hitam panjang dan lurus, dengan di ikat kuncir kuda. Menandakan dia orang yang simple dan tidak suka berbelit-belit. Orangnya juga cepat akrab dengan orang lain.
Wajah berkulit putih dengan alis tipis dan panjang, hidung kecil dan mancung. Memancarkan aura kecantikannya. Pipi yang terlihat merona natural tanpa blush-on. Bibir tipis yang diberikan sentuhan lipstik berwarna coral. Menambah indah bagi yang melihatnya. Semua laki-laki pasti tertarik kepada Kak Nath, kecuali Kak Ditto yang sudah terang-terangan mengatakannya.
Seperti yang dikatakan oleh Kak Ditto, Kak Nath mempunyai bentuk payudara yang besar dan kencang. Dengan tubuh yang ideal, bisa dibilang cukup langsing dan tinggi layaknya seorang model. Pasti laki-laki mendambakan wanita yang seperti ini.
Pak Nando dan Kak Nath adalah pasangan yang sempurna. Sama-sama dari keluarga kaya, sama-sama sukses, dan sama-sama memiliki paras yang rupawan.
Aku menjadi iri dengan Kak Nath. Semua hal yang ada pada dirinya sangat sempurna. Tak heran jika Pak Nando bisa berpacaran dengannya. Andaikan aku juga seperti Kak Nath, akankah Pak Nando bisa melihatku dengan rasa cinta?.
Pikiran kotor dan nakal mulai merasuki pikiranku. Apa Pak Nando dengan Kak Nath pernah melakukan hubungan seks? Mungkin kali yaa mereka melakukan itu. Secara jaman sekarang banyak pasangan muda mudi melakukan hubungan intim sebelum adanya status pernikahan.
Enaknya jadi Kak Nath, aku sangat iri padanya. Aku juga ingin merasakan hubungan seks dengan Pak Nando. Saling bertelanjang tanpa sehelai kain menutupi tubuh kita. Tidur bersama di atas kasur. Berciuman dengan gairah yang membara. Fantasi nakalku pun menjadi-jadi. Memenuhi semua pikiranku.
Aku ingin merasakan tangannya yang kokoh membelai rambutku. Badan kekarnya menindih tubuhku, sampai terasa hangat di sekujur tubuh. Bibirnya yang seksi menciumi leherku. Menjilati semua bagian leherku, kemudian lidahnya menjilat turun kearah dada kiriku. Memainkan putingku dengan lidahnya yang lincah, menyedot dan sesekali menggigit putingku, sampai aku mendesah nikmat 'Ahhh...ahhh'. Tangan kirinya memainkan puting kananku, tangan kanannya turun mengelus halus perutku sampai aku menggelinjang. Kemudian tangan kanannya turun mengelus dan mengocok penisku yang sudah tegang.
Aku ingin merasakan kejantanannya. Menghirup wangi tubuhnya. menyentuh dada bidangnya yang putih dan perut sixpacknya. Menjilati dan mengulum penisnya yang putih dan besar, dengan kulup yang belum di potong. Penisnya yang tegak gagah menjulang dengan otot-otot yang keras. Aku masukkan kedalam mulutku dan memompanya naik turun dengan lembut. Tanganku memainkan bagian skrotum penis nya. Masih dengan penisnya yang masuk di rongga mulutku. Aku pompa naik turun semakin cepat sampai penisnya menyemburkan cairan kental seperti keju. Manis asin dan gurih.
Aku juga ingin merasakan dia menaikkan kedua kakiku pada bahunya. Memasukkan penisnya yang besar dan panjang pada lubang kenikmatan ku. Memompanya dengan cepat sampai aku mendesah kenikmatan lagi. Kemudian dia membisikkan kata, "Ahh... Enak yank." Melanjutkan dengan memompa lubang kenikmatanku dengan penis besarnya. Memompa dengan laju yang semakin cepat. Sampai dia mengeluarkan penisnya dari lubang kenikmatanku. Mengocok penisnya dan mendesah "Ahhh... ahhh...ahhh" sampai menyemburkan susu kental manis yang jatuh di atas dadaku.
"Vin, kamu kok diam dan melamun?"
Suara Pak Nando mengagetkan dan membuyarkan fantasi ku.
"Ahh.. Nggak Pak, cuma ada yang saya pikirkan." jawabku sambil memukul kepalaku.
"Hei... Kenapa kamu mukul kepalamu?" tanya Pak Nando khawatir.
"Tidak kenapa-kenapa kok pak."
"Apa kamu sakit kepala?"
"Tidak kok pak. Beneran kok saya tidak apa-apa."
"Apa kamu sudah makan?" tanyanya khawatir.
"Belum, pak."
"Oh iya, kita belum sempat pesan apa-apa karena menunggu kalian." kata Kak Ditto.
"Kalau begitu ayo kita masuk dan beli makanan di food court." Kata Pak Nando.
Semuanya menyetujui kata Pak Nando. Kami pun berdiri dan berjalan masuk ke arah food court. Kak Ditto berjalan di depanku, sedangkan Pak Nando dan Kak Nath berjalan di belakang ku.
Dalam batinku aku berkata pada diriku sendiri. "Duhh... goblok. Pak Nando ada disini. Kenapa pikiranku dipenuhi pikiran nakal tentang Pak Nando."
Aku berjalan dan menunduk, sambil memukul kepalaku yang dikuasai fantasi nakalku.
.
.
*****