Chereads / Bossku Is My Boyfriend / Chapter 12 - HANGOUT (4)

Chapter 12 - HANGOUT (4)

Di lantai 3 gedung Gapura Surya Nusantara, atau orang-orang biasa menyebutnya pelabuhan Tanjung Perak. Terdapat food court dengan berbagai macam makanan tradisional dan masakan khas Tionghoa yang di jual. Harganya juga sangat terjangkau, bahkan ada yang harganya di bawah sepuluh ribu rupiah. Banyak counter makanan yang bisa dipilih.

Interior di food court ini tak kalah menariknya, karena di hiasi dengan ornamen-ornamen kerajinan khas budaya Indonesia dan juga lampu-lampu cantik. Uniknya lagi, terdapat keterangan yang tertulis tentang tiap-tiap ornamen.

Untuk sistem pembelian di sini yaitu memilih dan pesan makanan di kasir serta langsung membayarnya. Setelah struk pembayaran keluar, langsung menuju ke counter makanannya supaya di buatkan makanan yang di pesan.

Kami memilih tempat duduk yang dekat dengan pintu saat kami masuk. Bukan hanya dekat, tapi masih bisa melihat kapal pesiar di luar juga. Saat ini tidak banyak orang yang berada di sini, hanya ada beberapa orang yang sedang makan. Sebagian besar orang berada di luar untuk melihat kapal pesiar yang akan berangkat.

"Kalian pesan makanan dulu ya! Aku mau ke toilet sebentar." kata Kak Ditto kemudian berlalu pergi meninggalkan kami.

"Kamu mau makan apa, yank?" tanya Pak Nando pada Kak Nath yang sedang duduk dan sibuk dengan HP nya.

"Seperti biasanya aja deh. Dimsum dan siomay. Minumnya lemon tea aja yank!" kata Kak Nath kemudian kembali terpaut pada HP nya.

Pak Nando berjalan menuju ke arah kasir, dan aku mengikutinya dari belakang. Dalam pikirku, sepertinya mereka sering datang kemari. Melihat mereka yang seperti sudah terbiasa dengan makanan yang ada disini.

Di depan kami, ada dua orang yang sedang mengantri di depan kasir.

"Kamu mau pesan apa Vin?" tanya Pak Nando sambil menoleh ke belakang.

"Saya es jus buah saja pak."

"Kamu gak pesan makanan?"

"Tidak, pak. Saya cuma haus. Lagian juga saya tidak bawa uang banyak. Kan bapak tahu sendiri, saya baru bekerja di tempat bapak dan belum mendapatkan gaji." kataku. Sebenarnya aku menahan lapar meski perut sudah keroncongan. Cacing-cacing di perut sudah meronta-ronta meminta makanan.

"Pesan aja apa yang kamu mau. Nanti biar aku yang bayar makanan mu."

"Jangan, pak. Tidak usah. Terima kasih banyak." kataku menolak.

Ingin sekali aku memakan sesuatu, tapi kantong memang sedang tak ada isinya. Dan juga, aku malu kalau Pak Nando yang harus membayari makananku. Secara dia adalah bos di tempatku bekerja sekarang. Yang paling utama adalah, aku pegawai baru yang belum lama kenal dengan Pak Nando. Kita tidak sedekat itu, untuk aku menerima traktiran makanan darinya.

"Sudah, pesan saja apa yang kamu inginkan." katanya dengan nada sedikit tinggi yang di tekankan dan terdengar sangat memaksa.

Aku terkejut dengan suaranya. Aku takut dia akan lebih marah kalau aku menolaknya sekali lagi. Jadi aku memutuskan untuk menyetujuinya.

"Baik pak, kalau bapak memaksa. Nanti saya lihat dulu menunya."

Pak Nando tersenyum mendengar keputusanku. Wajah yang tadi sedikit memerah, kini kembali ke warnanya semula. Pak Nando membalikkan tubuhnya dan membelakangiku. Menyisakan punggung lebarnya yang berdiri tegap. Seolah-olah punggung itu sangat nyaman jika aku menyandarkan kepalaku di punggungnya.

Kini giliran kami maju ke depan kasir. Pak Nando memutar kepalanya ke arahku. Dia meraih tanganku dan menarikku ke sampingnya.

"Sini...!! Kamu lihat menunya, lalu pesan apa yang kamu inginkan." katanya sambil tetap memegangi tanganku.

Aku melihat-lihat daftar menu yang tertera.

"Mbak pesan 1 dimsum, 1 siomay, 1 nasi goreng Jawa, 1 ice lemon tea dan 1 ice good day freeze." katanya pada kasir. Lalu Pak Nando melihatku yang masih bingung melihat daftar menunya. "Kalau kamu pesan apa Vin?"

"Sama dengan Pak Nando saja, 1 goreng Jawa. Minumnya saya pesan es jus leci saja pak." kataku ke Pak Nando.

"Mbak tambah 1 nasi goreng Jawa dan 1 es jus leci." katanya kepada kasir di depan kami.

"Terima kasih banyak pak." kataku.

Pak Nando hanya melihatku dan tersenyum.

Aku masih memandangi Pak Nando, merasakan tangannya yang besar dan hangat memegangi tanganku. Dari sentuhan tangannya yang halus dan hangat, membuatku tenang dan senang, sekaligus rasa sedih yang muncul.

Dalam batinku, "Pak, tolong jangan membuatku salah paham dengan perlakuan bapak padaku sekarang. Tangan bapak kenapa tidak melepaskan tanganku?. Meski aku sangat senang kali ini, tapi aku juga merasa kasihan pada diriku sendiri. Aku menyukai seseorang yang jelas-jelas aku tahu tidak akan pernah bisa membalas perasaanku. Aku takut. Aku hanya takut perasaan ini akan terus bertumbuh dan aku tidak akan bisa mengatasinya kelak. Karena aku tahu bahwa hanya aku yang akan tersakiti. Hanya aku yang akan menangis sendirian. Hanya aku... Ya!! Hanya aku. Seperti dahulu kala, aku tidak bisa mengatasi rasa sakit di hatiku. Seperti hatiku hancur berkeping-keping."

Dalam hatiku aku berdoa, "Ya Allah, dzat yang membolak-balikkan hati manusia. Aku memohon kepadaMu, tegarkanlah hatiku. Jangan kau goyahkan diriku. Tolonglah aku, jangan biarkan aku melalui masa sulit yang seperti dulu. Karena aku tahu aku tidak akan mampu melalui rasa sakitnya tanpa bantuanMu."

Pak Nando melihatku, mata kami saling bertemu.

"Ada apa? Apa masih ada yang ingin kamu pesan lagi?"

Aku menggelengkan kepalaku. "Tangan saya pak." kataku ke Pak Nando.

Dia tersontak kaget dan melepaskan genggaman tanggannya. "Oh maaf." katanya singkat lalu membuang muka karena malu. "Berapa total semuanya mbak?" tanyanya pada sang kasir dan membayarnya. Lalu setelah itu dia mengajakku ke counter makanan yang telah kami pesan. "Ayo!!" katanya singkat.

Aku berjalan di depannya. Baru beberapa langkah aku merasa aneh pada tubuhku. Aku kehilangan keseimbangan. Dalam pikiranku, "Eh... Aku akan jatuh."

Pluukkk...

Aku merasa, aku jatuh ke dalam pelukan seseorang. Tangan yang besar memeluk tubuhku dan menahan ku agar tidak sampai terjatuh ke lantai. Tangan kanannya tepat menyentuh dadaku, dan tangan kirinya melingkar di pinggangku. Kepalaku jatuh pada dada yang bidang dan terasa empuk. Aku mendongakkan kepalaku, rupanya Pak Nando yang meraih tubuhku agar tidak terjatuh. Saat aku mendongak, dagunya menyentuh kepalaku. Dan aku merasakan bibir bawahnya menyentuh keningku.

"Apa kamu tidak apa-apa?"

"Iya, saya tidak apa-apa pak." jawabku masih dalam keadaan di pelukannya.

"Hei.. Apa yang kalian lakukan?" tanya Kak Ditto menghampiri kami.

Aku terkesiap mendengar ucapan Kak Ditto. Segera aku mencoba untuk bangun. Pak Nando yang semula menahan tubuhku, membantu mendorong tubuhku untuk berdiri. Kemudian dia melepaskan pelukannya.

"Ahh... Tadi aku mau jatuh. Lalu Pak Nando menangkapku. Rupanya aku menginjak tali sepatuku yang lepas." kataku pada Kak Ditto.

Aku mengalihkan pandanganku ke Pak Nando. "Maaf ya pak! Dan terima kasih sudah manangkap tubuh saya yang akan terjatuh."

Pak Nando hanya mengangguk dan tersenyum. Aku melihat matanya yang berbinar bahagia. "Kenapa Pak Nando terlihat sangat bahagia sekarang?" tanyaku dalam hati. Aku berjongkok untuk mengikat tali sepatuku.

"Aku pesan makanan dulu ya." kata Kak Ditto meninggalkan kami sambil mengacak-acak rambutku lagi.

Aku menoleh dengan cepat. "Haishh... Ka-." suaraku terpotong karena kulihat Kak Ditto sudah jauh meninggalkan kami. Percuma juga kalau aku marah-marah pada orang yang sudah pergi. Aku melanjutkan mengikat tali sepatuku. Kemudian aku berdiri.

Saat aku berdiri, sepasang tangan mencengkeram pundakku dengan lembut. Memutar tubuhku, mengarahkanku menghadap ke depan pemilik tangan itu. Aku melihat mata Pak Nando.

"Ada apa, pak?" tanyaku.

"Tunggu sebentar." katanya.

Tangan Pak Nando mulai menyentuh kepalaku. Jari-jemari nya menyisir lembut rambutku, menatanya dengan rapi. Kemudian ia berkata: "Sudah. Kamu gak perlu marah-marah lagi karena rambutmu berantakan."

Seketika itu wajahku terasa panas. Mungkin saat ini wajahku memerah karena ucapan dan perlakuan Pak Nando padaku.

*****

Ketika semua sudah berkumpul di meja dengan makanan dan minuman masing-masing. Aku siap menyantap makananku, karena jujur saja perutku sudah keroncongan dari tadi. Aku menyendok satu sendok nasi goreng ku. Ku dekatkan pada mulutku yang sudah membuka lebar.

"Vin, tadi berapa harga makananmu? Biar aku ganti uangmu. Aku kan yang mengajakmu ke sini, biar aku yang membayar makananmu!" kata Kak Ditto.

Aku melirik dengan rasa geram ke arah Kak Ditto. Dalam hatiku, "Tak bisakah kau membiarkanku makan sesuap dulu, baru kau bertanya?". Aku meletakkan kembali sendokku.

"Tidak usah kak, tadi Pak Nando yang sudah membayar makananku."

"Berapa total makanannya Davin, Ndo? Biar aku ganti uangmu." tanya Kak Ditto.

"Tidak perlu kak, Davin itu pegawaiku. Biarkan saja aku yang membayar makanannya."

"Oh, yaudah kalau begitu. Terimakasih ya." kata Kak Ditto.

"Iya, sama-sama." Pak Nando melihat ke arah Kak Nath yang sibuk dengan HP nya, kemudian dia mengambil HP kak Nath. "Yank! Makan dulu, baru lanjutin dengan HP nya."

"Bentar yank! Ini lagi penting." jawab Kak Nath sambil mempertahankan HP nya. Setelah membalas beberapa pesan, Kak Nath menaruh HPnya.

"Ayo kita makan dulu." kata Pak Nando.

*****

"sekali lagi Terimakasih pak, karena sudah mentraktirku hari ini." kataku.

"Sama-sama. Jangan sungkan, anggap saja ini balasan untuk pijat yang kemarin."

"Oh iya, apa sakit kepalanya Pak Nando sudah sembuh?"

"Iya sudah, kamu bisa lihat sendiri kan aku sudah tidak apa-apa. Terimakasih ya buat pijat yang kemarin, sangat membantuku. Pijatan kamu juga enak." kata Pak Nando.

"Wah kamu bisa mijat, Vin?" tanya Kak Ditto padaku dengan mata yang penasaran.

"Bisa sedikit kak, biasanya aku mijat bundaku kalo lagi capek atau sedang sakit kepala."

"Wah... Kapan-kapan aku mau dong kamu pijit. Bisa kan?"

"Insyaallah ya kak, kalau ada waktu."

"Yang harus kakak tau, Davin juga punya penciuman yang bagus. Dia bisa menebak parfum yang sedang aku pakai." Kata Pak Nando.

"Masak sih?" tanya Kak Ditto padaku dengan mata yang tidak percaya.

Aku hanya menganggukkan kepalaku sambil wajah yang tertunduk malu.

"Wah... hebat." kata Kak Ditto sambil tersenyum lebar.

"Lucu kan! Kayak anjing kecil. Hahaha." Tawa Pak Nando pun pecah.

"Coba dong, cium wangi ku." kata Kak Ditto.

"Jangan kak, malu banyak orang."

"Ayolah...! Sekali saja." pintanya dengan wajah yang memelas.

"Mmm... Baiklah."

Aku menggeser kursi yang sedang ku duduki, mendekat ke Kak Ditto. Aku mencoba menghirup aroma tubuhnya sampai tiga kali. Aku menggeser kursiku kembali ke posisi semula.

"Mmm... Baunya segar dengan wangi citrus. Seperti bitter orange tapi sedikit berbeda."

Aku berfikir sebentar, lalu berkata: "Ini Italian Bergamot, Ermenegildo Zegna."

"Wah benar-benar hebat. Benar sekali tebakannya." kata Kak Ditto sambil bertepuk tangan.

Dalam pikirku, "Ya ampun, orang kaya. Parfum ini berharga sekitar 1 juta lima ratus untuk 75 ml nya."

Kak Nath yang semula sibuk dengan HP-nya, kini juga mulai ikut-ikutan.

"Kalau aku, gimana Vin?" tanya Kak Nath.

"Wah... Jangan Kak Nath, ada Pak Nando. Nanti dia marah ke aku, karena mengendus pacarnya."

"Nggak... Dia gak akan marah kok ke kamu."

Aku melihat ke arah Pak Nando, dengan mata yang ku kodekan dengan isyarat 'jangan'.

"Cobalah." kata Pak Nando

Aku menundukkan kepalaku sebentar, lalu mengangkatnya lagi. "Aku benar-benar seperti anjing kecil yang dipermainkan disini." kataku sambil berdiri. Semua tertawa mendengan lelucon yang aku katakan barusan.

Aku menghirup 2 kali di atas bahu Kak Nath. Lalu aku kembali ke tempat dudukku.

"Ada wangi vanilla, vetiver, Jasmin, Peony dan sedikit citrus yang tercampur jadi satu. Mungkin ini milik brand Chanel. Tapi aku tidak tahu jenis tang mana. Soalnya aku kurang tau jenis-jenis parfum wanita."

"Wah... Beneran loh kamu hebat banget. Nama brand dan perincian parfum nya benar, soal jenisnya gak usah tahu ya!! Ini rahasia wanita." kata Kak Nath sambil tertawa.

"Oh ya Nath, tumben kamu bisa di ajak keluar sama Nando." tanya Kak Ditto.

"Sebenarnya hari ini aku sibuk banget sih, harus mengurus ini dan itu untuk event di kantor cabang. Tapi gapapa lah aku sempatkan menemaninya hari ini. Soalnya besok aku udah harus berangkat pagi-pagi ke luar kota. Selama satu bulan aku harus di perusahaan cabang yang ada di Manado. Untuk hari ini, aku senang bisa menuruti kemauan pacarku sebentar. Sebelum kita berpisah selama satu bulan." kata Kak Nath sambil menyentuh pipi Pak Nando.

"Wah... Kasihan sekali nasib si Nando. Punya pacar yang super sibuk. Punya pacar tapi serasa jomblo." ledek Kak Ditto sambil tertawa terbahak-bahak. "Kamu gak takut Nath, kalau nanti Nando ada main dengan orang lain di belakang kamu?".

"Nggak, kak. Aku tahu kalau Nando itu bisa diandalkan dan dipercaya. Dia orang setia kok, mesti tidak banyak kata yang keluar dari mulutnya. Aku juga yakin dia bisa menjaga hati. Iya kan, yank?" tanya Kak Nath sambil melihat ke arah Pak Nando.

Pak Nando hanya mengangguk dan tersenyum.

Kak Nath menatapku dan berkata: "Tolong jaga Nando untukku ya, Vin! Perhatikan dia juga. Dan tolong selalu awasi dia, kalau dia ada main dengan cewek lain, pukul saja dia. Kalau dia memarahi kamu, bilang padaku nanti saat aku sudah pulang. Biar aku yang ngasih pelajaran." Kak Nath memberi jeda sebentar kemudian melanjutkan perkataannya. "Aku mengandalkanmu, Vin!" kata Kak Nath menatapku penuh harap.

"Baik, kak. Aku akan mengawasi dan menjaga Pak Nando, seperti yang kakak inginkan." kataku.

"Terima kasih banyak ya, Vin!"

"Sudah... Sudah!! Ini sudah malam. Tempat ini akan segera tutup. Ayo kita pulang." kata Pak Nando kemudian melihat ke arahku. "Kamu juga harus pulang. Besok sudah harus bekerja. Istirahat yang cukup. Besok pasti akan menguras tenaga."

"Baik, pak."

Kami semua berdiri dan keluar menuju parkiran. Dan kami pulang ke arah yang berbeda.

.

.

*****

Halo para readers. Untuk chapter kali ini sedikit panjang karena author gabung 2 chapter jadi 1. Aku tidak ingin berlama-lama di bab HANGOUT. Semoga kalian menikmati chapter ini.

Jangan lupa vote dengan cara mengundi. Rate dan beri ulasan yaa..

Comment, kritik dan saran sangat di perbolehkan. Aku sebagai author sangat senang dengan apa yang kalian berikan. Aku juga akan belajar memperbaiki apa yang kurang.

See u di next chapter, tetap stay disini yaa my readers. 😊😊