Chereads / Bossku Is My Boyfriend / Chapter 9 - HANGOUT (1)

Chapter 9 - HANGOUT (1)

Embun pagi yang menyejukkan wajahku, menyentuh lembut di setiap sisinya. Banyak embun jatuh di atas dedaunan, perlahan-lahan hilang tersapu cahaya mentari. Terganti oleh debu dan polusi. Kendaraan lalu lalang melintasi jalanan. Kota Surabaya memang termasuk kota terpadat di Indonesia. Tak heran sejak pagi buta sudah banyak pengguna jalan berkendara menuju tempat kerja mereka.

Setelah mengantar bunda ke pasar, ingin sekali diriku menjadi makhluk rebahan untuk sehari. Karena hari ini hari jumat, hari libur kerjaku. Tubuh terasa sangat berat dan lelah, karena masih belum terbiasa bekerja lagi. Tapi seperti biasa, harus bantu-bantu bunda menyiapkan bahan-bahan dagangannya.

Jam menunjukkan jam 07:45 menit. Akhirnya semua pekerjaan sudah selesai.

"Bund..! Sudah selesai semua kan?" tanyaku pada bunda yang sedang membersihkan sayur-sayur sisa. Dengan merenggangkan tubuhku, aku bergumam, "Uhh.. capek banget!"

"Iya, sudah selesai semua." jawab bundaku.

"Aku balik ke kamar dulu ya bund!" kataku sambil berdiri dari kursi.

"Iya, kamu tidak mau sarapan dulu?"

"Nanti aja deh bund! Mau rebahan dulu di kasur, capek banget." Kataku sambil berlalu pergi menuju kamarku.

Aku merebahkan tubuhku di atas kasur, ditemani dengan kartun favorit Upin dan Ipin.

Bzzzt... Bzzzt...

Hpku bergetar, ada pesan WhatsApp masuk. Aku buka pesan itu, rupanya dari Kak Ditto.

📩: Selamat Pagi Vin. Lagi apa?

📨: Pagi juga Kak Ditto. Cuma rebahan saja. Kalau kakak?

📩: Enaknya masih tiduran, ikut dong... Tiduran bareng.. Hehe. Aku lagi nyiapin beberapa berkas. Bentar lagi mau ada meeting sama klien. Doakan kakak menang tender yaa!!

📨: Haha bisa saja kamu kak, udah ditemenin guling gitu. Aamiin, semoga menang kak, semangat.

Aku membalas pesan sambil tersenyum-senyum sendiri. Tidak pernah ada yang mengirimiku pesan yang menjurus ke hal begituan. Aslinya, aku ingin sekali merasakan hal yang seperti itu. Bisa menghabiskan waktu bersama-sama, tidur bareng dengan pasangan, ngobrol dan bercanda di atas kasur. Seperti di film-film gay Thailand yang sering aku tonton.

📩: Oh yaa, nanti malam kamu free gak Vin?

📨: Iya, kenapa kak?

📩: Jalan yuk? Kemana gitu!! Pengen ngilangin penat.

📨: Hmm.. Bagaimana ya? Sebenarnya mager banget kak, capek. Belum lagi harus naik motor sendirian. Terus besok juga hari Sabtu, pasti cafe bakalan rame.

📩: Tenang saja, biar aku yang jemput.

📨: Yakin kak? takut ngerepotin nantinya.

📩: Gak ngerepotin kok. Buat kamu apa yang enggak? Lol.

📨: Haha... Okelah.

📩: Nanti aku jemput jam 7 malam ya! Share location aja nanti

📨: Iya kak.

📩: Aku mau meeting dulu ya. See you at 7 PM sweetie.

📨: Oke, semangat.

Rasanya senang banget ada orang spesial yang seperti ini padaku. Andai saja yang mengirim chat adalah Pak Nando. Mungkin sekarang aku sangat bahagia banget. Tapi itu cuma sekedar khayalan, tidak mungkin bisa seperti itu. Orangnya sangat cuek, tegas, dingin banget. Tapi itu yang membuatnya memiliki daya tarik untukku, karena bikin penasaran.

Memikirkan tentang Pak Nando. Aku jadi teringat kejadian kemarin. Matanya yang tertuju padaku, seolah-olah banyak hal yang ingin di ungkapkan. Tapi aku tak tahu, apa yang sedang ia pikirkan. Aku hanya merasa bahwa dari mata itu, mengungkapkan kalau ia sedang tidak baik-baik saja. Hal itu yang membuatku lebih kepikiran dan penasaran.

*****

Jam menunjukkan pukul 16:30, setelah membantu membersihkan dagangan bunda, aku bermain game di kursi teras depan rumah. Lumayan untuk hari ini, jualan gado-gado bunda tinggal sedikit, mungkin hanya tinggal 2 porsi saja. 15 menit setelah memainkan game, ponselku berbunyi, tanda ada pesan yang masuk.

📩: Nanti kita pergi ke Surabaya North Quay saja ya! Sekalian refreshing menghirup segarnya udara laut.

📨: Iya, terserah kakak saja.

📩: Nanti aku jemput jam 6 saja, biar di sana bisa sedikit lebih lama. Soalnya, Surabaya North Quay nya buka cuma sampai jam 9 malam.

📨: Okee..!!

📩: Aku baru nyampe rumah, habis ini aku langsung ke rumahmu setelah mandi. Oh yaa! Share location kamu belum kamu kirim.

📨: Oh iya lupa kak, ini aku kirim sekarang. (share location)

📩: Oke.. Wait for me dear.. 😘

*****

Sebuah mobil mini Cooper hitam yang mewah berhenti di depan rumahku. Tentu saja itu adalah mobil Kak Ditto yang baru sampai untuk menjemput ku. Aku menghampirinya dan dia keluar dari mobilnya.

"Kak, ayo masuk dulu. Aku kenalkan sama bundaku. Sekalian aku minta ijin."

"Wah.. Dag dig dug rasanya, mau di kenalkan ke calon ibu mertua." Dia tertawa kecil sambil mendekap dada kirinya.

"Haha... Kakak bercanda saja deh. Mana bisa jadi calon mertua? Di rumahku cuma bundaku saja yang perempuan. Tidak ada anak perempuan di rumahku."

"Ya gapapa kalau gak ada anak cewek, kan masih ada kamu. Aku akan jadi suami yang baik buatmu." Dia pun terkekeh mengucapkan kata-kata itu.

"Hahaha.. Kakak becanda nya bisa saja."

Dalam hatiku aku berkata: "Tolong kak, jangan seperti ini. Jangan robohkan pagar yang sudah susah-susah aku buat. Agar semua orang tidak tahu bahwa aku gay. Aku tidak ingin seperti dahulu, merasakan rasa sakit hati yang sangat menyakitkan. Aku selalu ingin memendam dalam-dalam orientasi sex ku yang menyimpang. Mengubur perasaanku yang berbeda dari kebanyakan orang."

"Ayo masuk kak!" kataku pada Kak Ditto yang sedang melepas sepatunya. "Bund... Ini ada sepupu dari bos ku berkunjung." kataku pada bunda yang sedang duduk di ruang tamu melihat TV, dan ada adikku juga, Ardan.

Bunda dan Ardan berdiri menghampiriku yang berada di depan pintu.

"Kak Ditto, ini bundaku dan adikku Ardan. Bunda... ini Kak Ditto." Aku saling memperkenalkan mereka masingmasing.

"Mari masuk nak!" kata bunda mempersilahkan pada Kak Ditto.

Kak Ditto menyalami bunda, "Selamat malam bunda, nama saya Arditto."

"Iya, silahkan duduk nak. Mau dibuatkan minum apa?"

"Tidak usah bund, nanti ngerepotin bunda. Cuma mampir sebentar kok bund... Saya mau mengajak Davin keluar. Apa diperbolehkan?"

"Tentu saja boleh, jarang-jarang ada teman Davin kesini untuk mengajak keluar. Biasanya Davin cuma di rumah tiduran, tidak punya banyak teman, jadi jarang keluar." kata bunda sambil tersenyum.

"Kak... Aku ambil jaketku dulu ya di kamar." kataku sambil masuk ke kamarku. Tidak terlalu lama bagiku mengambil jaket yang memang sudah aku persiapkan sebelumnya. "Ayo kak!!" ajakku pada Kak Ditto. "Bund.. Davin ijin keluar dulu ya bund!" kataku pada bunda sambil menyalaminya. "Assalamualaikum."

"Wa'alaikum salam."

"Saya permisi dulu ya bund!!" kata Kak Ditto sambil meyalami bundaku.

"Iya, hati-hati ya nak!!"

Kami pun masuk ke dalam mobil yang sudah terparkir di depan rumah. Kak Ditto langsung menjalankan mobilnya.

"Wah ternyata begini ya minta izin ke calon mertua, mengajak anaknya keluar." kata Kak Ditto yang masih menyetir sambil tertawa.

"Haha.. Apaan sih kak? Emang Kak Ditto sebelumnya belum pernah ngajak orang lain?" tanyaku.

"Mengajak orang sih sering, tapi baru kali ini menjemput dan minta izin ke orangtuanya. Biasanya kalau ada janjian untuk keluar, yaaa... langsung ketemu di tempat tujuan." katanya kemudian menoleh ke arahku. "Kenapa? Jangan cemburu ya my sweety. Kamu orang pertama yang aku jemput loh." Dia tertawa sambil ku menggodaku.

Suara Hp Kak Ditto berdering, mengakhiri bercandaannya. Kemudian dia mengangkat HP nya.

"Halo... Ada apa? Iyaa.. ini aku lagi jalan keluar sama Davin. Iyaa.. Ohh.. Kamu mau gabung juga?. Ohh gitu... Kita akan ke Surabaya North Quay. Langsung ketemu aja di sana yaa. Oke.. sampai ketemu di sana." Kak Ditto mematikan HP-nya dan memasukkan ke kantong kaos yang ia kenakan.

"Siapa itu tadi kak?" tanyaku penasaran.

"Ohh.. Itu tadi si Nando. Katanya dia mau gabung dengan kita ke sana. Dia nanti dengan ceweknya."

"Oh Pak Nando sudah punya cewek." kataku sambil tertunduk.

"Iya, kenapa?" tanyanya sambil melihatku dengan rasa penasaran.

"Oh.. Gak kenapa-kenapa kok kak."

"Nanti kamu akan lihat ceweknya Nando. Dia pintar milih cewek. Udah cantik, sexy, kaya, pintar, udah mapan sebagai manager di perusahaan besar, dan yang paling penting adalah mempunyai dada yang besar juga." Kak Ditto tertawa terbahak-bahak.

"Kakak suka dengan cewek Pak Nando?" tanyaku polos.

"Masak kamu belum tahu aku gimana?. Aku gak punya ketertarikan kepada cewek. Jadi bagaimanapun aku gak akan tertarik. Lebih menggoda yang seperti kamu." Sambil menoleh ke aku dan tersenyum.

"...."

Aku hanya diam, cuma membalas senyum saja. Rupanya apa yang di katakan teman-teman yang lain soal Kak Ditto benar. Dia seorang gay sama sepertiku.

Saat ini bukan itu yang aku pikirkan. Di hatiku sebenarnya terdapat sedikit rasa kecewa, mengetahui bahwa orang yang ku sukai sudah memiliki kekasih. Yang menyedihkannya, aku merasa mengasihani diriku. Aku berfikir, pasti orang seperti Pak Nando memilih cewek yang sempurna, cantik, sexy, dan berdada besar. Dibandingkan dengan aku, aku ini cowok. Tidak ada hal yang bisa dinikmati dari cowok sepertiku. Dan yang paling penting, Pak Nando itu tidak sama denganku yang seorang gay. Semua pikiran-pikiran itu menumpuk di kepalaku.

Di perjalanan, aku mengobrol berbagai macam hal dengan Kak Ditto. Untuk mengusir semua pikiran negatif ku. Sampai akhirnya kita sampai di tempat tujuan, Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

*****