Chereads / SECOND / Chapter 8 - kejujuran arak

Chapter 8 - kejujuran arak

Siang ini- Menteri Militer datang menemui Hae Won. Di sudah menduga apa yang ingin menteri militer itu katakan kepada puterinya- ya, tubuh Hwa Young yang dulunya penuh ambisi. 

" Kau harus melahirkan pewaris. Jika tidak aku bisa saja menggantimu kapanpun. Kau ingat akulah yang membawamu sampai pada posisi ini."

" Ayah. bukankah aku ini puterimu? Apa aku bukan anak kandungmu?"

" Jaga ucapanmu Hwa Young. Berani-beraninya kau menanyakan apakah kau anakku atau bukan."

" Jika benar aku anakmu. Kenapa kau memperlakukan aku seperti barang yang bisa kau singkirkan jika sudah tidak berfungsi?"

" Kau ingat. Kau itu bagian dari klan api. Masa depan klan api ada di tanganmu. Jika kau tidak berguna. Maka aku bisa menggantimu kapanpun, itu semua demi klan api."

" Baiklah. Aku mengerti sekarang." *Dasar tokoh antagonis, bisa-bisanya dia mengancam puterinya sendiri. Jahat. Tidak berperasaan. Hwa Young benar-benar bodoh-mau-maunya dia dimanfaatkan, dia malah ikut-ikutan berambisi seperti Ayahnya.  walau bagaimanapun aku tidak akan pernah melahirkan pewaris. Pertama, karena aku masih muda, ini juga bukan duniaku, kedua, jika aku sampai melahirkan pewaris, itu sama saja aku mengabulkan keinginan pria jahat ini. Untung saja Kaisar itu tidak pernah bernafsu padaku, melihatku saja dia malas.* begitu pikirnya.

Lalu, sore harinya, tiba-tiba Hae Won dipanggil secara mendadak untuk menemui Ibu Suri. Dia berjalan ke istana Ibu Suri secara ogah-ogahan. Kakinya terasa berat untuk diajak berkomproni. Dan begitu sampai di kamar Ibu Suri. Satu hal yang  dia nilai dari karakter Ibu Suri adalah 'plin plan' benar, Ibu Suri mudah sekali terhasut oleh seseorang. Wanita paruh baya itu- bahkan terhasut oleh klan api- bisa dibilang dia sekarang menjadi sekutu klan api. Hae Won berharap bisa cepat keluar dari  kamar itu.

" Ibu Suri- apa kau tidak bosan hanya duduk dan mengamati kerajaan dari balik dinding ini?"

" Ahahaha, Hwa Young-ah puteriku, belakangan ini cara bicaramu tampak berbeda. Apa benarr yang dikatakan, kalau kau hilang ingatan?" Tanya Ibu Suri.

" Benar.  Ibu suri- tapi ada satu hal yang ku ingat."

" Apa itu?"

"kalau- aku hanyalah ratu pengganti."

" Hwa Young-ah, apa yang kau katakan- kau bukanlah Ratu pengganti. Kau Ratu satu-satunya di sini."

"Benarkah?"

" Tentu saja"

" Jika aku Ratu satu-satunya. Kenapa sampai sekarang Yang Mulia Kaisar belum mau menyentuhku, Ibu-Suri?"

Lihatlah, lihatlah, dia tampak  kebingungan bukan. tentu saja karena Kaisar masih memikirkan Ratunya yang sebenarnya. Tapi Ayahku, eh bukan Ayahku tapi Ayah Hwa Young, malah membantainya. Dan Ibu Suri-kau juga terlibat- kau mempercayai ucapan Ayah Hwa Young dan menyetujuinya. Hanya demi posisi Ratu mereka bahkan membunuh orang yang tidak bersalah. Meski bukan aku yang terlibat sebelumnya, tetap saja, itu perbuatan yang biadab.

"Apa dia benar-benar belum pernah menyentuhmu?"

" Tentu saja Ibu Suri." Eiits, tapi bukan berarti aku mau disentuh. Aku hanya meamncingnya saja.

" Tidak- begini saja, aku akan meminta jimat dari peramal."

Benar bukan, akhirnya terpancing juga. Dasar pikirannya masih kuno. " Ibu Suri, jika aku tidak bisa melahirkan pewaris, apa aku akan diusir?"

" Siapa yang berani mengusirmu? Kau adalah Ratu di sini."

" Benar, aku bahkan ketakutan, aku takut Ayahku akan datang untuk menghukumku. Aku tidak berguna lagi di matanya." Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Itulah yang kuinginkan. Menjatuhkan tokoh antagonis di sini.

" Tenang saja. aku pasti akan melindungimu. Kau sudah kuanggap seperti puteriku sendiri."

" Terima kasih Ibu Suri- kau jauh lebih pengertian daripada Ayahku- terima kasih."

***

Malam semakin laut- Hae Won menatap hidangan di depannya dengan perasaan hambar. Bukan dikarenakan makanannya yang tidak membuat selera. Tapi- sosok yang duduk di hadapannya-lah yang membuatnya enggan untuk menyantap makanan itu.

" Makanlah. Aku tidak menaruh racun di dalamnya."

" Mana mungkin."

" Kau-berani mencurigai seorang kaisar?!" 

" Te-tentu saja tidak. baiklah akan kumakan."

Hae Won menyantap satu persatu makanan itu, dia yang mengatakan tidak nafsu makan, tapi seperti berbanding terbalik dengan cara makannya yang seperti orang kelaparan.

*Hwa Young- kau selalu mengambil sedikit makanan. Bahkan tidak mau menyentuhnya sama sekali.*

" Apa kau kelaparan? Aapa di istana Ratu tidak ada hidangan semewah ini? Bukankah semua pajak di habiskan hanya untuk keperluan istana Ratu? Kemana uang-uang itu."

Hae Won tidak peduli. Dia sibuk mengunyah. 

" Kau berani mengabaikan pertanyaan seorang Kaisar."

" Begini, apakah Ratu menteri keuangan? Bagaiamana bisa dia tahu kemana pajak-pajak itu pergi."

" Bagus. Kau bahkan pandai bermain kata sekarang."

Hae Won masih fokus pada hidangannya. Dia mengambil satu gelas minuman tersaji sejak tadi. Dia meminum dalam satu tegukan dan terkejut, dia hampir menjatuhkan gelasnya.

" I-ini apa?" Dia menunjuk pada gelas yang di minumnya. Kaisar sendiri tampak serius menatapnya.

" Kau tidak tahu?"

" Woah- benar-benar panas ditenggorokanku."

" Arak. Kau sering meminumnya. Apa ingatanmu separah itu, kau tahu Ratu yang cacat tidak bisa terus berada di posisinya."

" Woahhh apa ini arak sungguhan. Ini kali pertamaku meminumnya- ternyata lumayan." Dia meneguknya lagi. Dan dia lagi-lagi mengabaikan sindiran dari kaisar.

" baiklah. Jika ingatanmu benar-benar rusak. Aku akan bertanya- apa saat kecil kau ingat selalu merebut semua barang-barang yang diberikanku pada Jae Hwa?"

" Tentu saja. aku melihat semuanya- dia benar-benar jahat."

*dia sepertinya mabuk setelah meminum arak 2 gelas*

" Siapa yang kau maksud jahat? Kau?"

" Bukann...(Hae Won menggeleng mantap) Hwa-Young- dia jahat. Sangat jahat."

" Kau- jahat? Kau mengakui dirimu sendiri." Kaisar masih berusaha mengintimidasi.

" Tapi- arak ini benar-benar enak. Kau tahu, kalau aku masih berada di duniaku yang sebelumnya. aku tidak akan diperbolehkan meminum arak yang enak seperti ini."

Kaisar hanya diam- dia mengabaikan Hae Won yang tampaknya mabuk

" Kau tahu. Klan api menginginkan seorang pewaris. Tapi aku tidak akan pernah memberikan itu semua."

" Tahu.  Bahkan aku harus berusaha merayumu bukan? sayang sekali ya kau tidak mau menyentuh Hwa Young."

" Kau senang?"

" Tentu saja. aku- sangat senang. Aku tidak harus menyerahkan keperawananku padamu."

Apa yang dia bicarakan? Kasim Yang pernah mengatakan- ucapan orang yang mabuk berasal dari alam bawah sadar mereka. itu semua jauh lebih jujur daripada kenyatannnya. Apa dia merasa senang? Atau hanya pura-pura? lalu- dimana hilangnya sorot mata yang menakutkan itu-sorot mata pembunuh dari mata Hwa Young.

" ahhh- arak ini benar-benar enak yah,"

"..."

" Jika ibuku tahu aku sudah minum arak, dia pasti akan menabok pantatku. Hiks- ibu, aku merindukanmu, Ayah- dan adikku- aku merindukan kalian semua."

*adik? Bukankah dia anak tunggal?*

" Hey kaisar- apa kau tahu- kalau aku ingin pulang?  Bisakah kau mengantarku pulang?"

" Kau- bukankah sering menemui menteri militer diam-diam?"

" Ti-tidakkk. Dia bahkan datang di saaat aku tidak menginginkannya. Dia itu sangat menakutkan. Kau juga harus berhati-hati terhadapnya."

"Kau juga menakutkan. Kau- dan semua ambisimu."

Hae Won geleng-geleng. Dia sepertinya mengerti semua yang kaisar ucapkan- dia juga menjawabnya dengan jujur. " Tidak. bukan aku- tapi Hwa-Young. Aku ini hanya gadis berusia 18 tahun yang terdampar."

"omong kosong."

" Kaisar- saat melihatmu menangis di depan lukisan Jae Hwa. Hatiku- benar-benar sakit. Aku terbawa emosi hanya dengan menontonnya saja."

Tiba-tiba saja kaisar berdiri- dia mengambil pedangnya, dan menodongkan di leher Hae Won.

" Apa kau- menaruh seorang mata-mata dii kamarku?!"

Hae Won menatap mata Kaisar yang marah dengan polosnya. " Tidak-aku melihatnya di laptop. Kau tidak tahu laptop?"

" Omong kosong. Kau ternyata berani memata-mataiku. Hari ini juga aku tidak akan mengampunimu."

Tiba-tiba tubuh Hae Won roboh ke lantai. Dia tertidur. Ya. Di saat-saat hidup dan mati diaa maalah tertidur.

*Hwa Young. Kau masih berani bermain-main denganku. Aku tidak akan pernah mengampunimu besok."

" Kasim Yang! Bawa kembali Ratu ke istananya!"

***