Chereads / SECOND / Chapter 10 - Bebas, Naas

Chapter 10 - Bebas, Naas

Gelap. Sempit. Dan sedikit lembab. Begitulah yang saat ini Hae Won rasakan. Berada penjara bawah tanah sendirian. Dia sejak tadi tak henti-hentinya mengumpat orang yang sudah menjebloskannya kedalam sana. "apa ini sudah malam? Atau masih pagi? " dia sendiri tidak tahu pasti karena tak ada satupun cahaya yang masuk di sana.

Lucunya, dia bahkan rela masuk ke penjara demi melindungi Dayangnya, karena baginya di istana ini hanya ada Dayang Hee yang mau mendengarkannya. Naas sekali, dia harus masuk penjara.

"Apa yang kulakukan disini sekarang, coba bayangkan, seharusnya aku berada di kelas mencatat pelajaran. Tapi, malah terkurung di tempat menjijikkan ini."

Dia terus berpikir bagaimana caranya agar kaisar mau mempercayainya, dia tidak bisa bertindak sebagi Hwa Young sampai akhir, karena sampai akhir kaisar benar-benar membenci Hwa Young. Dia berusaha menjelaskan kalau dia itu bukan Hwa Young. Tapi kaisar jelas-jelas tidak percaya. Dia pasti menganggapnya gila karena mengarang cerita. Semuanya perlu dibuktikan dengan tindakan, tapi bagaimana bisa membuktikan jika dirinya terkurung di tempat gelap itu. Bagaimana jika Hae won mati sebelum bulan merah datang? Dia pasti akan dikembalikan ke akhirat.

"APA ADA ORANG DILUAR?! BISA AKU BERTEMU KAISAR SEBENTAR"

"ARGHHH! !!" Hae Won benar-benar kesal. Dia kehabisan akal sekarang.

Tiba-tiba tersengar suara telapak kaki mendekat, "apa itu algojo? Aku akan dipenggal? "

Hae Won pura-pura pingsan saja. Dia tidak mau dihukum mati. "Yang Mulia? "

Suara perempuan, suara yang tidak asing lagi ditelinganya. "Dayang Hee?! "

"Yang Mulia Ratu-maafkan Hamba, seharusnya Hambalah yang berada di posisi Yang Mulia Ratu sekarang." Meski gelap, suara Dayang Hee tetap terdengar penuh rasa bersalah.

"Tidak Apa Ini bukan kesalahanmu. Tapi Dayang Hee apa kau kesini untuk mengeluarkanku? "

"Yang Mulia Ratu benar, Hamba datang untuk membawa Yang Mulia Ratu ke hadapan Kaisar"

"EHHHH? tidak mau. Aku mau di sini saja."

"Yang Mulia Ratu-Jika Yang Mulia Ratu menolak, bagaimana jika Kaisar marah dan mengurung Yang Mulia Ratu disini selamanya? Hamba-tidak ingin hidup lagi jika Yang Mulia Ratu benar-benar di hukum selamanya. "

"Ahhh Baiklah. Aku akan menemuinya. Apa lagi yang ada dipikirannya kali ini, "

"Baik. Mari Yang Mulia Ratu."

***

"APA? KAU SUNGGUH-SUNGGUH MENGAJAKKU BERBURU?! "

Kaisar meng-iya-kan mantap. Dia dengan angkuhnya berkata tanpa rasa bersalah sedikitpun telah mengurung Hae Won di sana.

"Kau bilang ingin membuktikan kalau kau bukan berasal dari dunia ini. Benar bukan? "

"Ta-tapi...

"kenapa? Kau takut kebohonganmu terbongkar? "

Hae Won geleng-geleng. Bukan itu yang dia maksudkan.

"Bagaimana jika aku mati? Kau tahu aku masih sangattt muda. Hikss" dia memasang wajah memelas.

"Kalau begitu. Kembali lagi saja ke ruang bawah tanah selamanya."

"Jika aku kembali kesana. Kau tidak takut Menteri militer menyerangmu? "

"Tidak. Justru itulah yang aku tunggu."

Glekkk. Hae Won menelan ludahnya. Dia tidak bisa berkata-kata lagi.

"Baiklah. Aku akan ikut berburu denganmu"

"Bagus. Tapi saat itu. Aku tidak akan semudah itu percaya denganmu"

"Dasar tukang bohong. Kau bilang aku perlu membuktikan kenapa masih tidak percaya?! "

"Karena kau adalah Hwa Young. Rubah licik yang duduk di singgahsana Ratu."

"cih."

"Kembalilah ke istanamu. Lusa Kau harus hadir lebih awal di ruang pertemuan."

"Baik, baik, Yang mulia Kaisar yang murah hati."

Hae Won pergi begitu saja. Dia berjalan dengan wajah merah yang hampir meledak. Di hukum atau tidak sama saja. Dia pasti akan mati di arena perburuan. Dia sendiri membayangkan sakitnya tertusuk tanpa alat bius. Arghhh pasti rasanya sakit sekali.

Kaisar yang mengamati punggung Hae won hanya bisa mendesis.

" cihh bagaimana bisa seorang Ratu bertindak bar-bar di hadapan Kaisarnya. Hwa Young selalu memasang muka munafik di depanku. Tapi wanita itu bahkan tidak takut padaku sedikitpun. Apa dia benar-benar bukan Hwa Young? Lalu dimana Hwa Young berada saat ini? "

***

Seorang pria tampak menyodorkan gulungan kertas pada pria di Hadapannya. Ya, dia adalah menteri militer Seo Jun yang terkenal dengan kegarangannya. "Tuan. Yang Mulia Kaisar mengundang seluruh Pejabat tinggi untuk datang menghadiri perburuan yang diadakan lusa."

"kenapa pemberitahuannya mendadak sekali? "

" Tidak ada laporan tambahan Tuan. Tapi sepertinya Ratu juga turut hadir di perburuan. "

Menteri militer tampak diam dan memikirkan sesuatu.

"Han So. Bagaimana kalau kau kabarkan ke pasukan Gunung Sina untuk bersiap."

"Apa Yang akan Anda lakukan Tuan? Apa Anda akan menyerang kaisar di perburuan? ".

"Benar."

"Apa ini tidak terlalu cepat Tuan? "

"Berhubung Ratu ada di sana, Kaisar tidak akan curiga jika kita melukai Ratu juga."

Pengawal itu hanya mematuhi, dia sudah menjadi pengawal Menteri Militer sejak lama. demi ambisinya dia bahkan rela melukai puterinya.

"Siapkan kuda. Malam ini aku akan bergegas dan memerintahkan sendiri"

"Baik. Tuan."

***

"Dayang Hee, kau sudah siapkan pakaian yang kupesan kan? "

"Sudah Yang Mulia Ratu. Hanya saja, balutan besi itu tampak berat"

"tidak masalah. Selama aku tidak tertusuk tidak masalah."

Hae Won tampak berpikir, masalah yang dia timbulkan sudah sebesar ini. Dia tidak mungkin berhenti ditengah jelan tanpa menyelesaikan apa pun. Dia memegang prinsip utamanya. Keyakinan dan kejujuran. Dia berpegang kuat pada Prinsipnya. Apapun yang akan terjadi kemudian, setidaknya Hae Won sudah berusaha untuk bertahan. Seperti yang dikatakan dokter. Dia tahu dengan baik bagaimana jalan cerita dunia ini. Dia yang memegang kendali. Meski Hae Won gegabah, dia sering mengambil keputusan tanpa pikir panjang. Tapi, jiwa survival dalam diri Hae Won tidak bisa ditandingi.

"Dayang Hae, aku akan mandi, berbenah dan berhibernasi"

"hib-hiber apa Yang Mulia? "

"Hibernasi. tidur dalam waktu yang lama. kemarin aku tidak bisa tidur nyenyak di bawah tanah."

"Ahhh, Baik Yang Mulia. "

"Lusa. Hikss. kenapa harus ada lusa??!!! "

"Yang Mulia, Anda baik-baik saja?"

"Baik. sangat baik."

" Eh Dayang Hee? "

"Ya Yang Mulia? "

"Apa kau pernah bertemu dengan putri mahkota sebelumnya?"

" Tidak Yang Mulia Ratu. Sejak muda Hamba selalu berada di Istana Ratu, sebelumnya Hamba mengikuti Dayang senior yang melayani Ratu sebelumnya. Sskarang giliran Hamba melayani Yang Mulia Ratu. "

"Berarti Jae Hwa belum pernah menginjakkan kaki sekalipun di istana ratu? "

Dayang Hee menggeleng. "Baiklah. kau benar-benar tidak tahu Wajahnya Berarti."

Sayang sekali, wajah aktor di drama tidak sama dengan realitanya, ya, kaisarnya memang tampan. sangat pas dengan aktor yang memainkan peran. Tapi, karakter Jae Hwa, seperti apa wajahnya? bagaimana Dia bisa tahu jika suatu saat berpapasan dengan Jae Hwa. Ahh sudahlah, pikirkan masalah itu belakangan saja. Yang harus dipikirkan itu lusa. Lusa.

***