Chereads / Pangeran Kegelapan (Romance) / Chapter 23 - Bab 23

Chapter 23 - Bab 23

Vote sebelum membaca :)))

.

.

Mata sendunya tidak lepas dari sirip yang terendam. Mata air mengalir membasahi bahu telanjang Lumina, menembus ke dalam pori-pori kulitnya. Dia duduk di dalam kolam batu, di bawah mata air. Matanya sesekali menatap Nasula yang sedang memasak sesuatu di dalam kendi besar. "Aku harus banyak membuat ramuan agar tubuhmu tidak tercium, kini mantra pelindung dari ibumu telah hilang. Siapapun yang merobek jantungmu, maka akan mendapatkan Kristal itu."

"Lucius bilang, kalian menginginkan Kristal ini untuk membunuh para dewa?"

Nasula kembali tertawa. "Kau masih mempercayai pekataan iblis itu? Setelah kau melihat memori ibumu?"

"Dengan segenap hatiku, aku mempercayainya," ucap Lumina yakin. Hal itu membuat Nasula berhenti mengaduk, menatap sebentar ke arah Lumina.

Wanita yang berdiri dalam wujud normalnya berkata, "Kau seharusnya tidak mempercayai iblis itu! Seharusnya kau lari begitu tahu dia makhluk bersayap!" Nasula kesal, dia hampir melayangkan sendok besar itu pada Lumina.

"Maka ceritakan versi dirimu, baru akan aku pertimbangkan."

Kembali focus pada ramuannya, Nasula mulai menceritakan. "Ares memang mencintai bangsa duyung, hingga dia menggunakan kekuatan terakhirnya membuat sebuah Kristal. Benda itu bukan untuk membunuh para dewa, melainkan untuk membuat bangsa duyung setara dengan dewa, abadi dan kuat. Asmomeres dan Leviamoth mengabaikan keberadaan Kristal itu selama bangsa duyung dalam batas wajar sebagai makhluk ciptaan. Lain halnya dengan Lucifer."

Berhenti sejenak, Nasula memasukan cairan itu ke dalam botol kecil. "Lucifer tahu Kristal itu memiliki fungsi lain, yaitu membuka jalan untuknya hingga bisa mencapai Thorax, tempat kedua saudaranya berada. Dengan adanya Kristal itu di sisinya, kekuatannya bisa bertambah dua kali lipat, dia mampu membunuh saudaranya dan menguasai alam semesta."

Setelahnya Nasula memasukan bubuk berwarna cokelat ke dalam botol berisi cairan, dia mencampurkannya. "Jadi dia mengeluarkan para iblis dari dunianya untuk menyerang lautan dan mendapatkan Kristal itu. Bukan hanya bangsa duyung, tapi penyihir, vampire, dan makhluk immortal lainnya di bawa ke dunia iblis jika mereka membantu bangsa duyung, itu yang terjadi pada ibuku. Itu salah satu bangsa immortal hampir hilang, bukan hanya manusia yang mengancam, tapi juga iblis," ucapnya mendekat pada Lumina.

Nasula memberikan ramuan itu, memerintah dengan tatapan untuk meminumnya. Lumina melakukan. "Bagaimana dengan Lucius?"

"Sang Pangeran Iblis? Dia adalah makhluk ciptaan Lucifer, terbuat dari api. Dia yang memimpin pemusnahan bangsa duyung," ucapnya penuh emosional. Sebagian wajah Nasula berubah pada wujud asli ketika mengatakan kalimat terakhir. "Dia yang menyeret ibumu ke dunia iblis."

"Bagaimana dengan ayahku?"

"Ayahmu? Dia manusia yang menolong Ratu dari serangan pertama, mereka hidup bersama hingga kau lahir," ucapnya kembali menjauh dan mendekati guci. "Iblis menemukan keberadaannya, dia membunuh ayahmu, jadi Taleena membuangmu, dan menyimpan Kristal itu di jantungmu."

Terdengar Nasula menarik napas panjang. "Taleena menanamkan mantra kuat, tapi itu hilang saat kau melabuhkan hati pada Pangeran Iblis. Kau mempercayainya."

Lumina kembali menunduk, menatap ekornya yang berkilauan. "Apakah aku akan selamanya seperti ini?"

"Tidak." Nasula selesai dengan ramuannya, dia duduk di kursi goyang. "Kau cukup ucapkan Theó, kathodigíste tin archikí morfí mias gorgónas , maka kau bisa berganti wujud semamumu."

Tanpa didengar Nasula, Lumina menggumamkan mantra itu. "Theó, kathodigíste tin archikí morfí mias gorgónas."

Membuat kakinya kembali. Dia turun dari air, perlahan mendekati Nasula yang mengantuk.

"Kau tidak seharusnya mempercayai pria iblis itu."

Tanpa diduga, Lumina memukul kepala wanita itu dengan balok kayu. Melihatnya tidak sadarkan diri, Lumina melempar kayu itu. "Tentu saja aku mempercayainya, dia malaikatku," ucapnya bergegas pergi.

***

"Lucius..."

Pria yang tengah berjongkok mengamati jejak kaki itu berdiri, menatap Harsha yang mendekat. Kabut hitam di sekitar wanita itu hilang perlahan, memberi jalan padanya untuk dekat pada pangeran kegelapan. "Kau menemukan sesuatu?"

"Jejak ini milik si penyihir, dia menutupinya dengan baik." Menyentuh tanah gersang yang tertutupi daun kering, hembusan udara panas dari tanah tidak membuat Lucius bergeming. Dunia iblis adalah miliknya. "Dia sudah merencanakan ini sejak lama, dia tahu ini akan terjadi."

"Dia makhluk berdarah campuran penyihir dan duyung."

"Aku tahu itu," ucapnya penuh penekanan, Lucius berdiri dan tanpa diduga mencekik leher Harsha dengan tangak kirinya. "Kau menjanjikan padaku, bahwa tidak akan ada darah duyung di sini."

"Aku... aku..." Harsha mulai kehilangan kekuatan saat tubuhnya terangkat, rasa sakit di lehernya tidak bisa dideskripsikan. Satu hal yang pasti, itu sangat menyakitkan hingga membuat iblis kuat sepertinya memuntahkan darah begitu Lucius melepaskannya.

Harsha memukul dadanya mengeluarkan cairan merah itu dari tubuhnya. Tatapannya terangkat pada sepasang mata hitam yang berjongkok di dekatnya, dengan tatapan mengintimidasi. "Dia pandai bersembunyi, aku tidak tahu masih ada darah duyung di sini."

"Lalu apa yang kau miliki agar membuatku lebih baik?"

"Arcsul dan Sarcnal mencarinya di dunia manusia, dan aku menemukan sesuatu yang mungkin membuatmu senang."

Lucius berdiri. "Antar aku ke sana."

Di dunia iblis, yang hanya diselimuti hawa panas dan gelap. Harsha yang berlari cepat menunjukan sesuatu yang ditemukannya, Lucius mengikutinya dari udara. Sayapnya membentang menghiasi cakrawala, mata tajamnya melihat setiap inci tempat yang dilewatinya.

Perlahan pria itu turun saat Harsha sampai, di tengah hutan yang ditumbuhi dedaunan kering, Harsha menunjuk salah satu pohon. "Ada sesuatu di sana."

Lucius mendekat, menatap pada batang pohon hingga dia menemukan sehelai rambut panjang yang dikenalnya. Bibirnya menyeringai ketika aroma Lumina pudar, penyihir berdarah campuran itu benar-benar hebat dalam hal bersembunyi.

"Siapa yang berani datang ke kawasanku?"

Harsha menengok ke sumber suara, semua daun tiba-tiba bergetar kecil, membuat sebagian jatuh dari pohonnya. Dari balik bagian yang gelap, muncul sosok iblis bertaring, dengan wajah mengerikan. "Kau datang tanpa permisi."

Kemudian di susul oleh mata-mata menyala dari kegelapan. Kuku tangan Harsha memanjang perlahan, seakan siap dengan pertempuran. "Pergi sebelum kau dilahap api."

Iblis itu tertawa, dia mendekat dengan kaki besarnya. "Kau bilang apa? Kau tidak tahu berapa pasukan yang aku miliki?"

Terganggu dengan percakapan itu, Lucius mengalihkan perhatiannya, memberikan tatapan tajam pada iblis rendahan, yang seketika membuatnya berhenti melangkah mendekat. Tahu Lucius bukanlah tandingannya, iblis itu mundur perlahan sebelum hilang dalam kegelapan, diikuti oleh mata menyala yang perlahan lenyap.

"Aku mencium aroma teratai putih di sana," ucap Harsha tidak membuat Lucius bergeming.

Tanpa aba-aba, Lucius memukul pohon dengan kepalan tangan yang dipenuhi api. Pohon itu terbakar, bersamaan dengan mantra pelindung yang membuat sebuah gubuk mulai terlihat. Lucius menyeringai, "Dia bersembunyi di antara para iblis."

Harhsa mengikuti langkah Lucius yang mendekat, mendobrak pintu kayu dan mendapati seorang wanita yang terbaring tidak sadarkan diri. Tahu tidak ada tanda-tanda Lumina di sana, Lucius mencekik Nasula hingga wanita itu tersadar. Dia teratuk-batuk kesakitan.

"Dimana Lumina?!"

Bukannya menjawab, Nasula malah tertawa keras, mengakibatkan Lucius marah dan membantingnya kuat. Pria itu kembali mendekat pada Nasula yang mulai sekarat. "Dimana dia?!"

"Mungkin sudah dicabik-cabik oleh iblis di luar sana," ucapnya menatap Lucius dengan senyuman. "Dia kabur, iblis pasti sudah menangkap dan membunuhnya, mereka pasti mengambil jantungnya."

Nasula tertawa, seakan senang dengan keadaan. Dan Lucius, dia tidak merasa dirugikan dalam kondisinya sekarang. Jadi, pemilik mata hitam itu berjongkok dan berkata, "Maka aku hanya perlu membunuh iblis pembangkang dan merebut kristalnya."

Tawanya semakin menggema, diikuti dengan darah yang mengalir dari mulutnya. Dia berbisik, "Kau tidak tahu, Pangeran, bukan hanya wanita itu yang akan terbunuh jika tertangkap iblis, tapi juga keturunan kegelapan."

____

Love,