Pagi harinya, ketika aku membuka mata, aku melihat Bang Dika tengah menatapku. Tatapan yang selama ini selalu kurindukan. Mata itu menatapku dengan lembut untuk pertama kalinya setelah berbulan-bulan lamanya. Aku merasakan ada cinta di mata itu. Namun, setelah menyadari bahwa aku sudah terbangun, Bang Dika langsung membuang muka. Aku hanya bisa tersenyum getir melihat sikapnya.
Aku bangkit dari sofa tempatku tidur, kemudian mengayunkan langkah menghampiri Bang Dika.
"Kenapa lo yang di sini? Di mana Dara?" tanyanya ketus. Bang Dika bahkan tak mau repot-repot menoleh untuk menatapku.
Bang Dika masih berusaha untuk bersandiwara? Oke. Akan aku ikuti permainannya.
"Dara pulang. Katanya hari ini ada jadwal pekerjaan," jawabku datar. Yang kukatakan memang benar adanya. Semalam Dara berkata demikian padaku.
"Terus, ngapain lo masih di sini? Pulang sana! Nanti cowok lo nyariin!" sahutnya masih tak mau menatapku.