"Sayang? Udah agak tenang, hm?" tanya Bang Ares sembari tetap memelukku. Tangannya bergerak mengusap punggungku dengan lembut.
"Aku mau pulang," kataku parau.
Bang Ares mencium puncak kepalaku, sebelum kemudian berkata, "Baiklah. Kita pulang, tapi Abang minta izin dulu sama Mom dan Dad supaya mereka nggak panik nyari kita."
Aku mengangguk. Bang Ares menghubungi Uncle Anta, serta Bang Nico. Dia beralasan kalau aku merasa kurang enak badan. Tak lama, dia mengakhiri teleponnya.
Tiba-tiba, dia melepaskan jas Bang Dika yang masih melekat di tubuhku, kemudian mengganti dengan jas miliknya. Bang Ares merangkulku, kemudian menuntunku menuju mobil. Lengannya merangkul erat tubuhku. Ketika kami tak sengaja berpapasan dengan Bang Dika, dia menarik tubuhku semakin merapat padanya. Aku merintih saat remasan Bang Ares di bahuku mengencang.
"Biar Siena pulang sama gue," tegur Bang Dika.