"Dek, kenapa nggak dimakan? Nggak enak? Apa mau pesen yang lain?" tanya Bang Dika padaku.
Aku tersenyum tipis sambil menggeleng lemah. "Belum laper," dustaku.
Bang Dika mengajakku ke restoran makanan Jepang favorit kami. Namun, mie ramen yang biasanya mampu menggugah selera makanku, kini sama sekali tak menarik. Pikiranku berkecamuk tentang alasan Bang Ares yang tak datang menjemputku. Aku melirik ponsel, tak ada pesan atau panggilan darinya.
"Gue ke toilet dulu," pamitku.
Bang Dika hanya mengangguk sambil tetap asyik dengan ponselnya.
Ketika aku kembali dari toilet, Bang Dika tengah berbicara dengan seseorang lewat sambungan telepon. Aku tak tahu dan tidak peduli siapa yang tengah berbicara dengannya. Aku kembali duduk sembari menatap merana ramen di mangkukku.
"Makan," kata Bang Dika sembari menyodorkan sushi mi padaku.
Aku melengos. "Lagi nggak pengen sushi mi," tolakku.
"Kalo gitu makan ramennya," perintahnya.
"Gue mau pulang. Capek."