"Abang tega lakuin ini sama aku? Abang udah nyerah nunggu aku?" Aku berteriak histeris.
Tampak kebingungan di wajahnya. Hebat! Dia benar-benar pandai berpura-pura. "Sayang, kamu ngomong apa, sih?" tanya Bang Ares.
Kuusap air mata di wajahku dengan kasar. Pandanganku mengabur karena air mata yang tidak mau berhenti menetes. "Abang nggak usah pura-pura bego! Abang selingkuh dari aku, 'kan? Abang udah nggak tahan nungguin aku, makanya Abang lakuin ini. Abang mau tinggalin aku kayak Bang Dika, 'kan? Kenapa Abang tega?" isakku.
"Sayang ...." panggil Bang Ares dengan suara selembut beledu.
Bang Ares mengulurkan tangan, lalu meraih pergelangan tanganku. Dengan lembut, dia membawaku ke dalam pelukannya. Bang Ares tak mau menghiraukanku yang berteriak dan memukuli dadanya.
"Udah lega?" tanyanya ketika tangisku mulai reda. Tangannya terus membelai punggungku. Wajahku terbenam di bahunya dan masih sesenggukan.
