Aku mengerang. "Bang, ponsel Abang bunyi," gumamku sembari menepuk-nepuk lengan Bang Ares. Mataku masih terpejam.
"Hnn ...." Bang Ares hanya bergumam dan semakin mengeratkan pelukannya.
"Bang, ih. Buruan diangkat. Berisik banget," gerutuku mulai kesal karena ponsel tak kunjung berhenti berdering.
Bang Ares bergumam lagi, kemudian mulai bergerak-gerak. "Ponsel kamu, Sayang," ujarnya sembari mengulurkan ponsel padaku.
"Abang aja yang jawab. Aku masih ngantuk," kataku, kemudian menyurukkan kepala ke dada Bang Ares.
"Halo. Siapa? Kenapa telpon malem-malem gini?" Terdengar Bang Ares menjawab dengan enggan. Dia terdiam cukup lama, kemudian bergumam. "Maaf, salah sambung."
Dia kembali memelukku. "Cuma orang salah sambung, Sayang," ungkapnya. Padahal aku tidak bertanya sama sekali.
Aku hanya menyahut dengan gumaman. Tak lama, aku kembali terlelap.
***