Chereads / when the rain's fall / Chapter 8 - the drama

Chapter 8 - the drama

Lean menyedot es latte-nya dengan tenang disudut caffe. Matanya menatap ponselnya dengan serius. Ia sedang mengamati materi iklan yang dikirimkan David melalui email.

Lean mendesah pelan ketika sebuah pesan pribadi muncul.

"5 days more."

Pesan singkat Chad yang membuatnya tersenyum sendiri. Konsentrasinya pun terganggu.

setelah pulang dari pesta Grey seminggu yang lalu, Ia dan Chad sempat berdebat.

Ia sangat tidak menyukai sikap Chad saat itu. semua yang Lean lakukan sangat salah saat berada di pesta Grey.

Protes yang ia lakukan malah membuatnya mendapatkan hukuman "aneh".

keesokkan harinya seluruh tubuhnya nyaris dipenuhi dengan tanda tanda "aneh".

Bahkan malam itu pun Ia "dipaksa" untuk mendapatkan beberapa kali pelepasan.

Seolah Chad ingin mengatakan Lean hanya boleh mengingat hal ini di sepanjang harinya.

Ia menyandarkan tubuhnya di sofa dengan malas. Saat matanya tidak sengaja menangkap seseorang yang baru saja duduk di pojok caffe yang lain.

Sosok tersebut duduk dengan pelan. Ia menyentuh kepalanya seolah kesakitan. Lean bangkit perlahan mendekati nya.

"Senior.. "

Senior yang tidak lain adalah Grey Smith itu pun menoleh.

Matanya memerah seperti menahan sesuatu.

"Lee.. " ucapnya lirih

"Senior.. apakah kau baik baik saja.." Lean merasakan ada yang aneh pada diri Seniornya itu.

""Lee.. aku sakit.. " air mata Grey mengalir seketika.

Lean terperanjat.

"Senior.. akan aku antar kau ke rumah sakit"

Grey menggelenggkan kepalanya.

"Aku tidak ingin ke rumah sakit Lee.. bawa aku pergi dari sini tapi tidak ke rumah sakit atau ke apartemenku. Vio bisa datang kapan saja ke sana. Bawa aku ke hotel NEW. tolonglah... " ucapnya.

Tanpa pikir panjang Lean membantu Grey berdiri.

Ia membimbing Grey ke kamarnya di hotel NEW.

Ia memang diminta untuk menggunakan lift khusus Staff. Awalnya Lean bingung bagaimana Grey mempunyai akses ke sana. Akhirnya Ia ingat, Grey memang pewaris hotel NEW. Grey di kirim ke berbagai belahan bumi untuk belajar khusus bidang manajemen perhotelan.

"Senior.. "panggil Lean cemas.

Grey memberikan ponselnya yang sudah terbuka.

Ia menutup matanya dan memegang kepalanya.

"Tiga.." ucapnya pelan.

Lean menekan tombol 3 dengan ragu.

Speed dial itu mengarah ke nomer dr Zen.

"Grey.. " panggil dr Zen

"Hallo.. "ucap Lean. Hening sesaat Lean terdiam.

"Dimana? "

Seolah dr Zen mengetahui apa yang sedang terjadi.

"Hotel NEW.. "

"Oke.. "

Sambungan ponsel terputus. Lean mengamati Grey yang kesakitan. matanya tertutup. Kemejanya telah basah dengan keringat. Ia menatap ke sekeliling dan mencoba melihat ke dalam lemari. Ia menemukan handuk dan beberapa potong kemeja yang tergantung rapi.

Ia menyeka peluh Seniornya dengan hati hati.

Sekitar 10 menit suara ketukan pintu mengagetkan Lean.

Lean bangun dan membukanya. Terlihat dua orang di depannya. 1 orang menggunakan pakaian perawat yang Ia samarkan dengan cardigannya. Seorang Laki laki menggunakan kemeja biasa langsung menyerbu masuk.

Tanpa berkata apapun. Mereka mulai sibuk memeriksa Grey seperti berada di rumah sakit. Perawat itu memasang selang infus di tangan Grey.

dr Zen memeriksa vital Grey dengan hati hati.

Setelah sepuluh menit berlalu. Grey mulai membuka matanya.

"sssh... dok.. obatnya sudah tidak bekerja.. "

ucap Grey.

"Grey.. itu artinya kamu harus mulai "masuk"."

Grey menggeleng

"Give me time dok.. "

"There's no time.. "

Grey mendesah pelan.

"Give me a week.. to setlle everything.. then.. oke.. aku akan mulai kemo oke.. "

Lean terdiam berusaha mencerna ucapan mereka.

Sejam berlalu, dr Zen dan perawatnya pergi.

"Senior.. "panggil Lean menuntut penjelasan.

Grey menghela nafas panjang.

"Aku sakit Lee.. kanker otak stadium akhir mungkin.. saat ini hanya kamu yang tahu. Vio, Chad dan keluargaku belum tahu. Tapi mungkin Ibuku sudah curiga.. just don't tell them..oke.. "

Lean menutup mulutnya. air matanya tidak terbendung.

"Senior.. "Lean berucap pelan sambil menunduk. Ia terisak sambil menunduk. Ia mencoba menahan kesedihannya. Ia membayangkan berada di posisi Grey saat ini. Berjuang melawan penyakitnya sendirian.

Hanya Seniornya yang bisa melakukan itu.

Grey tersenyum menatap Lean yang menunduk sambil menangis.

Hanya Ia yang pernah melihat juniornya seperti itu. Bahkan saat di sekolah, bullying yang sudah keterlaluan tidak pernah membuatnya menangis. membuatnya kuat sehingga perlakuan itu hilang dengan sendirinya. Namun, Ia sering menangis terisak sendiri di atap, di sanalah Grey sering menemukannya.

"Apa yang akan kau lakukan sampai butuh waktu seminggu, Senior?"

tanya Lean yang sudah berhenti menangis.

"Aku ingin memutuskan pertunangan ku dengan Vio.. Aku tidak ingin melihatnya menderita karena penyakit ini. Aku ingin dia pergi tanpa tahu apa apa.."

"Senior.. kau gila... jangan lakukan itu.. "

Grey menutup matanya.

"Aku tidak ingin melihatnya menangis.. "

ucapnya lirih.

"Kenapa pesimis.. kau belum tentu akan.. "

Grey menggelengkan kepalanya. Jarinya diletakkan di bibirnya. Lean terdiam menatap Grey.

Chad... your brother is sick.. Dia membutuhkanmu.

"