Chereads / when the rain's fall / Chapter 12 - 4 months

Chapter 12 - 4 months

Lean terdiam saat dokter menjelaskan kehamilannya. Dokter kandungannya menunjukkan bentuk janin berada di kandungan Lean.

Lean menatap Chad yang memperhatikan monitor dengan seksama.

Karena bayi itu seorang Smith..

Bukan karena kamu menginginkannya kan Chad..

Kamu tidak akan percaya jika itu adalah anakmu kan Chad..

Lean menjerit dalam hati.

Sesaat setelah selesai proses USG, dr Tyas menjelaskan tentang usia kandungan Lean berdasarkan perhitungan hari pertama menstruasi Lean yang terakhir.

Saat itu ponsel Chad bergetar dan Ia mundur ke belakang untuk menerima panggilan yang tidak dapat Ia tolak. Ia menaruh ponselnya di telinga sambil berkata kata singkat, seolah Ia fokus terhadap apa yang orang tersebut sampaikan.

Namun sesungguhnya, saat itu Chad sama sekali tidak serius mendengarkan panggilan itu. Ia justru dengan cermat mendengarkan apa yang dr Tyas ucapkan. Chad jelas mendengar bahwa usia kandungan Lean sudah memasuki trimester ke 2, dan usianya menginjak bulan ke 4.

4 Months...

Grey baru kembali dari Australia 2 bulan yang lalu.

Chad tersenyum puas.

Anak itu milikku Lean..

Kamu tidak akan pernah pergi meninggalkan kami.

You're mine..

Lean menatap Chad yang telah selesai dengan ponselnya.

"Apakah ada larangan untuk kita melakukan hubungan suami istri?"

Lean terkesiap, tidak menduga Chad akan bertanya hal tersebut dengan mudahnya.

Ia bingung mengapa Chad mempertanyakan hal itu.

Apakah Chad masih ingin menyentuhnya.

Setelah insiden "perselingkuhannya" dengan Grey

atau kah hanya ingin memenuhi kewajibannya sebagai seorang suami. Pikiran Lean berkecamuk tidak mendengarkan apapun yang dr Tyas ucapkan.

Lean tidak menyadari bahwa Chad tidak membutuhkan penjelasannya untuk mengetahui bahwa anak yang Ia kandung adalah anaknya.

Lean menutup matanya dengan perlahan di kursi penumpang. Ia merasakan lelah dan hanya ingin tidur.

Chad menatapnya perlahan dan membawa mobilnya dengan kecepatan yang membuat Lean nyaman.

Sesaat kemudian Ia memasang earphone dengan cepat.

"Hallo.. Pah.. aku ingin NEW.. "ucapnya tegas

Lean masih menutup matanya, namun Ia belum tidur. Ia mendengar apa yang baru saja diucapkan Chad. Namun karena tidak mengerti , Lean pun kembali terlelap.

Mengapa tiba-tiba Chad menginginkan NEW hotel..

Apakah ini imbalan karena telah menikahinya..

Perempuan yang saat ini mengandung Smith.

Saat Ia membuka matanya, Chad sedang membuka pintu mobilnya. Lean pun mengikutinya turun. Mereka telah sampai di rumah. Seorang asisten rumah tangga berlari menyambut Lean.

Chad berbalik menatap Lean.

"Aku akan ke ruang kerja. Ada yang harus aku lakukan.." ucapnya

Lean mengangguk.

Chad masuk ke ruang kerjanya dan segera membuka laptopnya.

Tidak lama, Ia menatap ponselnya seraya menopang kepalanya dengan satu tangan.

Panggilan di ruang dokter itu sebenarnya Ia angkat.

Itu adalah Adel, adik perempuannya yang tidak pernah menelponnya.

Ketika itu...

"Kakak.. "

"Ada apa.. "

"Kumohon, jangan biarkan Dennis mengambil alih NEW secara utuh.. "

"Kenapa.. "

"Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang.. tapi Kak.. aku mohon.. "

"Ok.. "

Setelah melakukan beberapa panggilan untuk memastikan dirinya sebagai pewaris Hotel NEW, Chad menghela nafas. Ia tidak menyangka matahari sudah mulai bersembunyi setelah semua itu selesai.

Lean sedang menatap ponsel di meja makan saat kemudian melihat Chad keluar dari ruang kerjanya.

Chad berjalan ke arahnya dan duduk di kursi di samping Lean.

Lean terdiam merasa tidak terbiasa Chad mengambil tempat duduk tepat di sampingnya.

"Kamu belum makan.."

Lean menggeleng, sebenarnya Ia belum lapar dan belum tergugah untuk memakan sesuatu.

Chad memberikan beberapa makanan di piring Lean. Ia menaruhnya dengan hati hati namun dengan porsi yang menurutnya lebih banyak dari yang biasa Ia makan.

Ia menatap Chad memelas.

"Makanlah.. dokter bilang berat badan kamu kurang.. "

Lean menatap Chad terkejut. Ia tidak menyangka Chad mengingat perkataan dr Tyas.

Hatinya remuk mendapatkan sikap Chad yang terlalu baik saat ini.

Ia membayangkan pernikahan yang akan menjadi "neraka" baginya.

Ia sangat mengerti jika setiap hari Chad akan bersikap dingin padanya ataupun selalu berteriak sangat marah padanya. Namun semua itu tidak terjadi saat ini, semuanya berjalan seperti mimpi dan Chad masih bersikap sama seolah tidak ada insiden yang terjadi.

Chad menangkap perilaku makan Lean yang seperti tidak biasanya. Biasanya Ia selalu antusias dengan makanan apapun. Itu satu dari banyak hal yang Ia suka darinya.

Chad melihat seolah Lean makan tanpa jiwa. Seolah Ia sedang memikirkan banyak hal.

Bahkan setelah makan pun Ia hanya terdiam.

Lean duduk di depan cermin. Ia melihat Chad keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang melilit di pinggangnya.

Dada Lean berdegup dengan kencang.

Ia berusaha mengalihkan pandangannya.

Namun Chad tidak kunjung memakai piyamanya.

Ia masih berdiri tegap berberapa langkah darinya dan melihat ke ponselnya.

Ia seperti sedang meneliti sesuatu pada ponselnya.

Lean menatapi sosok yang telah menjadi suaminya itu. Postur tubuhnya yang tinggi dan tegap dengan wajah tampan. Bagian atas tubuhnya terlihat otot yang sangat pas untuk dilihat.

"Apakah kau tidak kedinginan.."

Lean berucap pelan. Namun dalam hati Ia tidak ingin melepas pemandangan itu.

"mmh?" Chad masih menatap ponselnya seolah ada sesuatu yang sangat penting di sana.

Lean terdiam, baru saja Ia mengalihkan tatapannya.

Tiba tiba Ia merasakan tangan kekar itu berada di pinggangnya melingkari tubuhnya.

"Aku tidak berencana menggunakan piyamaku malam ini.. " Chad berbisik.

Nafasnya yang panas menggelitik telinga Lean.

Dada Lean semakin berdebar saat bibir Chad

melumat daun telinganya.

"Kata dokter... Kita bisa melakukan nya... "

Bisiknya lagi.

"Kamu... mau.. " Lean bertanya pelan.

Sejenak kemudian bibirnya sudah tidak dapat berbicara. Chad melumatnya dengan nafasnya yang panas.

Lean merasakan kenyamanan yang Ia rindukan itu.

Chad melakukannya dengan hati-hati, namun Ia tetap merasakan gilanya gairah itu. Mata Lean tertutup dan nafasnya masih belum teratur. Lean berfikir Chad tidak akan pernah menyentuhnya lagi. Namun setiap sentuhannya seolah Chad tetap memujanya seperti dulu. Seolah tidak ada insiden yang terjadi.

Chad menatap langit langit kamar dengan nafasnya yang mulai teratur. Ia melirik Lean yang meringkuk di sampingnya.

Ia mengusap perlahan bahu Lean seolah sedang menenangkannya.

Mata Chad perlahan menyipit.

Ia sadar setiap gerakan Lean tidak ada yang asing olehnya. Reaksi Lean terhadap sentuhannya pun masih sama. Tidak ada gerakan yang berbeda sedikitpun dari saat terakhir mereka melakukannya.

Apakah saat itu Ia sedang mabuk

Chad bertanya tanya dalam hati.

Mungkin Lean memang mempunyai perasaan khusus terhadap Grey, tapi apakah Ia sampai melakukannya dengan sadar. Chad menggeleng memastikan hal itu tidak mungkin.

Chad menghela nafas panjang. Perlahan Ia memeluk tubuh Lean dengan lembut.

you're mine Lean White..

you don't have to remember anything..

you just have to remember me..