Chad memperhatikan dengan seksama laporan keuangan NEW. Ia masih belum menemukan hal yang hal yang janggal, namun Ia tahu kondisi keuangan hotel NEW semakin lama semakin tidak menentu.
Tidak ada faktor penyebab penurunan pelanggan.
Namun laporan keuangan sangat mengecewakan.
Chad menatap Adel di depannya.
Adel terdiam.
Sejenak kemudian Dennis muncul di pintu ruangan.
Wajahnya sedikit kesal karena Ia baru tahu bahwa Chad akan menggantikan posisi Grey. Posisi yang seharusnya ditempati oleh Dennis karena Chad telah mempunyai perusahaan sendiri.
"Hai Kak.. Bagaimana kabar Grey Junior?"
Adel mendesah kaget. Tidak menyangka Dennis akan melontarkan pertanyaan itu.
Grey Junior..
Ia jelas menyerang Chad dengan kelemahannya.
"mmh?" Chad tidak menatap Dennis sedikitpun.
Ia hanya menatap dokumen yang ada ditangannya.
"Aku akan membutuhkan Adel di ERS selama aku berada di sini." Ucap Chad
Dennis menatap Adel tajam.
Adel mengangkat bahunya seolah tidak mengetahui maksud Chad.
Dennis semakin geram.
"Jadi ke depan, Aku akan kirim kamu ke wilayah B untuk menangani NEW di sana."
Dennis tersenyum
Hanya pindah kota dengan posisi yang sama.
Tidak akan ada bedanya.
Chad menatap Dennis seraya mengernyitkan keningnya.
Chad sadar saat ini Dennis begitu senang mendengarnya.
Saat Chad menatap Adel ada rasa lega di wajahnya.
Ia masih belum mengerti ada apa dengan kedua orang ini.
Saat Chad mengatakan Dennis akan dipindah ke Wilayah B, Ia tidak melihat ada kebimbangan bahwa Adel tetap tinggal di kota ini untuk ERS.
Seolah mereka memang sudah tidak peduli satu sama lain.
"Kamu tidak keberatan meninggalkan Adel?"
tanya Chad sejenak.
"Tidak Kak, Adel juga pasti mengerti, ini demi NEW juga." ucap Dennis sambil tersenyum senang.
Chad menatap wajah Adel yang seolah jijik dengan ucapan Dennis.
"Oke.. Aku akan ke ERS untuk memperkenalkan Adel pagi ini."
Dennis mengangguk kemudian pamit keluar ruangan.
Adel mendesah lega.
Chad menutup dokumen yang ada di tangannya.
Ia mengambil kunci mobilnya dan mengajak Adel ke luar ruangan.
Ia mengunci ruang kerjanya dan menugaskan security untuk berjaga di depannya.
"Tidak ada yang boleh masuk.. Siapapun.. " ucapnya tegas.
"Baik Pak." Ucap penjaga itu dengan sigap.
Setelah Chad meninggalkan gedung, Dennis kembali ke ruangan Chad. Karena pagi itu Chad mendadak datang dan langsung menggunakan ruangannya, Dennis tidak mempunyai kesempatan untuk memindahkan file yang Ia butuhkan di komputernya.
Ia terkejut melihat seorang penjaga di depan ruangan.
"Pak Chad sedang tidak ada di tempat, Pak." ucap penjaga itu tegas.
"Aku tahu!" Dennis jelas tidak suka melihat penjaga yang menghalangi langkahnya.
"Apa maksudnya ini? Ini kan ruanganku. Kenapa kamu menghalangi? Kamu mau dipecat?"
"Maaf Pak, Pak Chad bilang tidak ada yang boleh masuk ke ruangannya."
Dennis dengan cepat meraih gagang pintu untuk membukanya.
Namun pintu itu terkunci.
Dennis menatap Penjaga dengan marah.
"Serahkan kuncinya!"
"Saya tidak punya, Pak."
Dennis berbalik menatap Edo sekertaris yang baru dipilih Chad.
Edo menggeleng mengisyaratkan Ia juga tidak punya kuncinya.
Tiba tiba saja Dennis melayangkan tinjunya ke arah penjaga.
Penjaga itu hanya bisa terdiam.
Edo langsung mengangkat gagang telponnya.
"Mau apa kamu?" tanya Dennis marah.
Edo perlahan menatap gagang telpon yang Ia masih pegang.
"Kalian bersiaplah untuk kehilangan pekerjaan!"
ucap Dennis sambil berlalu kesal.
"Apa kalian baik baik saja?"
Adel menunduk sambil menggeleng.
"Dennis itu bajingan, Kak.. Ia beberapa kali bermain dengan sekertaris dan pegawai hotel lainnya."
ucap Adel dengan suara parau.
"Lalu apa yang membuatmu bertahan?"
Air mata Adel tidak terbendung.
Chad menatap Adel dengan sabar.
Ia sengaja membawa Adel ke ERS untuk mengetahui permasalahannya.
Setelah sedikit tenang, Adel menatap Chad dengan muka memelas.
"Kak.. Dennis merekam saat kami bercinta."
Chad mengernyitkan keningnya.
"Aku baru tahu setahun yang lalu. Saat aku ingin minta cerai karena kelakukannya, Ia mengancam akan menyebarkan video itu."
Adel terisak.
Chad menutup matanya. Ia merasakan amarahnya memuncak. Namun karakternya yang begitu kuat mampu membuat Ia memendam emosinya.
"Apakah kamu tahu di mana Ia menyimpan file itu?"
"Aku sudah pernah mencari di ponselnya saat Ia sedang mabuk, di laptop nya juga. semua tidak ada, kecuali komputer di ruangannya."
Chad terdiam sejenak kemudian Ia mengambil ponselnya.
"Ma, Adel akan menginap di rumah utama malam ini karena mama tidak enak badan."
Lilian terdiam sejenak kemudian tersenyum geli.
Karakter Chad yang seperti ini memang sudah diketahuinya. Namun Ia masih sering terkejut dibuatnya.
Tiba-tiba Chad membuat statement bahwa Ia sedang tidak enak badan. Padahal Ia merasa baik-baik saja. Namun Ia mengerti pasti ada masalah penting dibalik pernyataannya itu.
"Oke.. "Ucap Lilian berharap Chad mengatakan lebih.
"Aku akan meminta Lean membawa Roland ke sana." ucap Chad lagi.
Lilian melonjak kegirangan.
Ia menggelengkan kepalanya. Chad selalu tahu bagaimana mengambil hati Lilian.
Setelah meninggalkan Adel di ERS, Chad menghubungi Lean untuk bersiap membawa Roland yang sudah berusia 4 bulan ke rumah utama.
Lean tidak pernah mengeluh saat diminta ke rumah utama. Meskipun Ia telah bersiap jika mendapat perlakuan tidak menyenangkan karena insiden itu. Tapi setelah melahirkan Roland, tidak ada yang memperlakukannya dengan tidak baik.
Semua orang selalu sopan. Lilian pun memperlakukan nya sangat baik seolah memang tidak terjadi apapun.
Chad membuka pintu ruangannya, sesaat kemudian penjaga itu memberi hormat dan pamit.
"Tunggu... "
Penjaga itu terdiam kemudian berbalik perlahan.
"Ada apa dengan sudut bibirmu? tadi tidak ada.."
Penjaga tersebut terkejut. Ia sedikit menatap Edo yang juga terkejut dan berdiri terdiam.
Pukulan Dennis memang sedikit merobek bibir penjaga itu. Namun dengan bantuan Edo luka itu telah tersamarkan. Mereka tidak menyangka Chad dapat melihat hal itu walau sekilas.
Chad memperhatikan penjaga dan Edo yang sedang kebingungan untuk berkata.
"Apa dia sering berperilaku seperti ini sebelumnya?"
Penjaga dan Edo langsung tertunduk tidak mampu mengucapkan apapun.
Chad menghela nafas dan berbalik ke ruangannya. Ia menutup pintu dan menguncinya.
Ia menjatuhkan tubuhnya ke kursi kerjanya.
Chad paham kondisi mereka sebagai karyawan.
Berarti Dennis benar-benar keterlaluan.
Chad membuka komputer dengan perlahan.
Matanya menyipit dan dengan sekuat tenaga Ia menahan kepalan tangannya untuk tidak menghujam layar tersebut.
Dengan cepat Chad memindahkan seluruh file yang ada dalam komputer tersebut.
Ia menghapus seluruh data yang ada di komputer tersebut. Melakukan beberapa settingan sehingga komputer tersebut seolah belum pernah dipakai.
Ia mengambil hardisk eksternal nya kemudian meninggalkan ruangannya.
Ia menghampiri Edo yang dengan sigap bangun dari tempat duduknya.
"Aku akan pulang. Kamu juga pulang sekarang."
"Baik Pak."
Edo dengan cepat merapikan meja kerjanya. Ia tidak menyangka Chad akan menunggunya sampai Ia mengikutinya masuk lift.