Sebulan berlalu, proyek iklan itu pun selesai. David mengapresiasi Lean yang berhasil menjalin kerjasama tanpa cacat dengan Perusahaan ERS.
"Apa rahasianya nih.. " tanya Nara penasaran.
"Mungkin karena "orientasinya" mirip.. " celetuk Axel nyinyir. David melempar spidol tepat ke kepala Axel. Axel meringis kesakitan.
"Karena kamu ditolak Lean.. bukan berarti Lean suka sesama jenis.. perhatikan bicaramu.. " tegur David.
"Ampun Bos.. sorry Lean.. habis kamu ga pernah keliatan pacaran.. terus kamu nolak aku juga.. "
"Ya.. itu karena kamu bukan tipenya Lean.. "
peserta rapat tertawa riuh.
Lean menatap ponselnya.
"at your apartment."
Lean ternganga. Reaksinya terkejutnya membuat David bingung
"is there something ??" tanyanya
Lean menatap David bingung. Rapat belum selesai namun Chad sudah berada di apartemennya. Ia sering sekali berada di sana sebulan ini.
Sering kali Chad pergi ke luar kota, namun saat kembali seolah apartemen Lean adalah rumahnya. Ia hanya tertidur melepas lelah sambil memeluk Lean.
"Can I go first.. " tanya Lean. David mengernyitkan keningnya.
"Bos, aku punya koneksi dengan ERS, saat ini sepertinya Ia ingin mendiskusikan sesuatu.."
"So.. Go.. apalagi yang kamu tunggu.. "
Lean beranjak pergi setelah terburu buru merapikan laptopnya.
Jadi kerjasama dengan ERS berhasil karena Lean akan siap 24 jam untuk diajak berdiskusi.
Perjuangan yang berat pikir mereka.
Lean setengah berlari menuju apartemennya. Saat pintu apartemennya terbuka, terlihat sosok itu duduk di sofa sambil membuka tabletnya.
Chad hanya menggunakan kemeja hitam dengan celana abu metalik. Pakaiannya terlihat santai tetapi tetap elegan. Lean memperhatikan paperbag yang ada di meja. Ia membukanya perlahan.
Ada Gaun hitam selutut dengan leher tertutup tanpa lengan. Pada bagian leher terdapat beberapa taburan permata yang menjadikan Gaun tersebut tidak lagi terlihat sederhana.
"Kakakku pulang dari Australia. malam ini ada semacam pesta homecoming.. hanya beberapa anggota keluarga, datanglah bersamaku" Ucapnya sambil menaruh tabletnya.
Lean menatap Chad ragu.
Bertemu dengan kakaknya.. apakah akan ada keluarganya.. Keluarga Smith yang lain.
Aku akan dikenalkannya sebagai apa?
"Bersiaplah.. " Chad mendorong tubuh Lean ke kamar mandi, mulai melucuti pakaiannya.
Lean mendorongnya pelan.
"Okee.. Oke.. I can't say NO.. can I?"
""10 minutes.. "
Lean menutup pintu kamar mandi pelan kemudian membasuh dirinya dengan cepat.
Dengan hanya menggunakan handuk, Ia mulai memberi sentuhan pada wajahnya.
Ia terdiam sejenak. Kemudian Ia menggeleng tanda tidak setuju dengan pikirannya.
Ia akan berdandan sederhana tapi memikat. Ia tersenyum sendiri. Memikat siapa?
Tidak lama Chad membuka pintu kamar mandi.
Lean terdiam.. jantungnya berdebar setiap kali Chad menatapnya tajam.
Chad memberikan gaun itu perlahan.
Matanya terpejam seolah menahan sesuatu, kemudian Ia berbalik duduk di sofa.
Lean tersadar dengan cepat dan segera memakai gaun itu. Entah kenapa gaun itu pas sekali melekat pada tubuhnya.
Ia mengambil sepatu pesta hitamnya yang belum pernah Ia pakai.
Saat membelinya Ia tidak yakin apakah akan pernah memakai sepatu seindah dan semahal itu.
Entah kenapa saat itu Ia membelinya.
Chad menghela nafasnya dengan perlahan.
Ia menjadi ragu untuk membawa serta Lean ke acara itu. Hal itu karena Ia belum rela untuk membagi pesona Lean di sana.
Dengan enggan Chad membuka pintu mobilnya.
Lean terdiam tidak mengerti apa yang dipikirkan Chad. Ia tahu keraguan Chad. Makanya Ia tidak beranjak dari kursinya.
Chad akhirnya membuka pintu Lean. Lean ragu untuk keluar. Chad mengambil tangannya pelan namun menggenggam tangan Lean erat saat memasuki taman. Disana terlihat beberapa orang yang sedang bercakap cakap layaknya sebuah pesta kebun. Beberapa orang langsung berbalik melihat Chad dan Lean. seolah tidak percaya apa yang mereka lihat. Beberapa berbisik, beberapa orang lainnya tersenyum.
Chad berhenti saat sepasang wanita dan pria mendekatinya.
"Kak Chad.. " ucap perempuan itu dan lelaki di sebelahnya.
Chad mengangguk.
"Ini Adel adik Perempuanku dan suaminya Dennis. Ini adalah Lean."
Lean tersenyum canggung
perkenalan yang aneh bathinnya.
"Hai Lean.. selamat menikmati pestanya ya.. " ucap Adel seraya tersenyum ramah.
"Ah iya.. terima kasih.. " ucap Lean membalas ramah.
Chad terdiam.
Dia begitu manis.. ahhhhg..
Ia ingin berteriak.. jangan tersenyum seperti itu Lean. Aku bisa gila kalau membaginya dengan orang lain.
CHAD menarik tangan Lean dengan cepat. Lean meringis.
Lean menepis tangan Chad pelan.
Beberapa orang yang sedang melihat langsung berbisik.
"Apa yang kau lakukan.. "Lean menatap Chad tajam. Chad terdiam dan tersadar atas kekasarannya.
"Aku tidak menyukai ini.. "ucapnya lagi.
Chad mendekatkan wajahnya dan berbisik perlahan
"I don't like it either.. your smile.. just don't smile like that other than me.. you're mine.. do you want to kill me with this jealously?"
"Possesive.. " ucap Lean perlahan dengan kesal.
"I am.. "Ucap Chad dengan cepat bibirnya merenggut pelan daun telinga Lean. Lean memerah seketika merasakan panas nafas Chad di telinganya.
Sebulan ini, Chad telah mengetahui bagaimana cara membuat wajah Lean memerah seketika.
Kekesalan Lean menghilang berganti dengan gairahnya yang tertahan.
Beberapa orang kembali berbisik melihat kejadian romantis itu.
Chad kembali menarik tangan Lean menyusuri taman. Kali ini Ia menggenggamnya dengan pelan. Kadang Ia mengusap tangan Lean dengan ibu jarinya. Beberapa menit kemudian, Chad berjalan mantap ke arah beberapa orang di depannya.
Beberapa orang itu pun membalikkan badan mereka.
Lean menatap seorang yang familiar di sana.
Orang itu pun terperangah.
"Oh My God.. Lean... " orang itu pun langsung menjabat tangannya erat.
Lean benar. Wajah itu begitu Ia kenal.
"Senior.. "ucapnya seraya tersenyum.