Satu hari berlalu sejak mereka tiba di Jogjakarta, pagi ini masing-masing mereka bersiap melancarkan rencana yang disusun tadi malam. Revan dengan pakaian santai terlihat ketampanan nya bertambah dua kali lipat. Tidak kalah dengan Revan, Adit juga berpenampilan sebaik mungkin. Kali ini Revan menggunakan kaos biasa dipadu padankan dengan snikers putih favorite, tidak lupa jam tangan yang membuat tingkat kepercayaan dirinya bertambah.
Di ruang lainnya tampak bidadari nan ayu sedang memoleskan lipstick ke bibir. Rea dengan keahlian tangannya bisa menyulap penampilan Nadya menjadi wanita baswara (berkilau).
Sebelumya Rea melihat Nadya hanya seorang wanita pendiam, kurang menarik dalam hal penampilan. "Nad. Bajumu terlihat sangat biasa. Mumpung lagi liburan pakai baju paling cantik dong. Kita harus membuat kenangan sebaik dan sebahagia mungkin selama liburan dengan baju paling cantik supaya difoto kita merasa cantik" ungkap Rea menasehati Nadya dengan kata-kata yang tidak dipahaminya.
Beberapa menit Rea sibuk memilih baju yang pantas dan pas untuk Nadya kenakan, ada satu yang membuatnya tertarik "Hemm sepertinya yang ini lumayan juga" ucapnya sambil memegang baju tadi dengan tangan kanannya.
Selesai dengan ritual seorang wanita yang dimulai memilih pakaian yang cocok hingga make up membuat mereka tampak lebih sempurna. "and… tadaaa… udah siap…" ucap Rea dengan semangat karena menurutnya karyanya sangat memuaskan. "Terima kasih. Tidak apa-apa ya aku berpenampilan begini? tidak biasa soalnya, aku malu Re" Nadya merasa tidak percaya diri akan penampilannya.
***
Kedua lelaki tampan datang menjemput kedua wanita cantik dikamar hotel sebelah, Revan mengetuk pintu dengan semangat, berbeda dengan Adit yang sibuk merapihkan rambutnya dengan tangan berkaca melalui layar handphone. Klek.. terdengar pintu terbuka menampakkan dua putri berada didalamnya.
"Sudah siap kan?" tanya Revan sembari berdiri menunggu diluar.
"Sudah Van" sahut Rea "ayo Nad, udah ditungguin" ia menggandeng tangan Nadya lalu berjalan keluar. Sesampainya diluar kedua lelaki itu terkejut dengan mulut terbungkam dan sepasang mata memperhatikan kedua wanita dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Mata Revan terfokus pada Nadya, ia tidak meyangka ternyata istri nya wanita yang rupawan. "kamu cantik banget Nad, sampe pangling aku" ceplos Adit, ia terdiam setelah melihat Nadya yang mana sedari tadi ia sibuk dengan rambutnya.
"Gak tuh, biasa saja. Cuma sedikit perubahan" tiba-tiba Revan menyambar omongan Adit, padahal hatinya berkata lain, 'iya Nad kamu cantik'. Masih heran dengan sikap Revan dengan gengsi yang setinggi langit itu.
"Maksud kamu aku gak cantik Dit?" tanya Rea menunjukkan nada iri berupa candaan. "Kamu kan berbeda, hampir setiap hari melihat mu, tidak ada perubahan yang signifikan, hahahaha" jawaban yang dilontarkan Adit membuat Rea mendengus kesal.
***
Perjalanan mereka diawali dengan mengunjungi Taman Sari Keraton Jogjakarta. Dahulunya Taman Sari merupakan tempat pemandian Raja Mataram dan juga Istri-istrinya. Seiring berkembangnya zaman, Taman Sari sekarang menjadi salah satu ikon wisata budaya di Jogjakarta. Tanpa meninggalkan kearifan kulturnya, dengan atmosfer romantika budaya yang artistic. tempat ini menjelma jadi tempat wisata paling romantis. Serta arsitektur bangunannya yang bercitarasa seni elok.
Mereka semua terlihat senang dan bahagia tak terkira, Rea dan Adit berfoto ria mengambil setiap moment yang ada, menikmati keindahan arsitektur bangunan. Berbeda dengan Revan, ia mengambil gambar menggunakan kamera nya. Bukan hanya keindahan bangunan tetapi ada seorang wanita memenuhi kamera yang ia bawa. Ternyata sedari tadi pandangannya tak berpaling dari Nadya, entah mengapa wanita bernama Nadya merupakan istrinya itu mengganggu pikirannya.
Cara menikmati keindahan bangunan versi Nadya bukan berfoto melainkan memandangi setiap bentuk artistic nya. Ia juga bersyukur bisa diajak Revan kesini, manakala akhir-akhir ini Revan memperlakukannya sedikit lebih lembut, Lebih banyak bicara padanya.
Revan menghampiri Nadya sedang duduk sendirian "Nad, tidak foto bersama mereka?" pertanyaannya membuat Nadya terkejut dan membuyarkan lamunannya. "Tidak dulu, kak. aku tidak pandai berfoto" diiringi senyuman tipis nya.
"Bagaimana liburannya? Senang?" tanya Revan lagi.
"iya. Makasih sudah mengajak Nadya kesini, maaf sudah merepotkan. Seandainya mama tidak memaksa aku ikut pasti kak Revan tidak akan keganggu" mengarahkan pandangannya kedepan, tanpa berani menatap teman bicaranya, Revan.
'Nad, nad. Masih saja memikirkan aku direpotkan. Kalo aku jadi kamu tidak memperduli kan orang-orang. yang penting aku senang' umpat hati nya.
"Sudah kejadian juga Nad, kenapa harus meminta maaf?" jawabnya memecah keheningan diantara mereka.
"Silahkan kak lihat-lihat nya, tidak usah keganggu aku disini" tidak lupa senyum ia sematkan dibibir cantiknya.
"Tidak ah Nad, aku masih kelelahan. Kepingin duduk" arti sebenar nya 'tidak mau, mau menemani kamu disini'.
***
Puas dengan kunjungan nya kali ini, mereka menuju tempat untuk makan malam. Lapar sudah terasa sejak tadi, kali ini Rea berdekatan dengan Revan. "Van kita makan malam dimana?" tanya Rea penasaran. "Nanti kamu tahu sendiri kok" jawab Revan.
Karena jadwal mereka disini semuanya Revan yang mengatur dibantu oleh Adit yang cukup berpengalaman untuk bagian Jogjakarta. Sebelumnya Adit tinggal di Jogja pada akhir masa SMA kemudian pindah ke kota yang sama dengan Rea saat kuliah, karena papanya dipindah tugaskan ke kota tersebut.
Kemudian mereka menaiki mobil, Revan pegang kendali kemudi disertai Rea duduk disampingnya. Sementara Adit dibelakang bersama Nadya "Gimana Nad? Suka sama Jogja sekarang?" tanya Adit menyenggol bahunya ke bahu Nadya.
"Iya kak, belum pernah melihat keindahan kota ini" jawab Nadya penuh semangat, "jadi lebih tenang semenjak ujian minggu lalu" tambah nya.
'Mungkin sedikit bersenang-senang disini tidak apa-apa kan' Pikir Nadya. Kesenangan memenuhi mobil sebab nyanyian sumbang yang mereka buat menandakan kebahagiaan hati masing-masing.
Sekitar pukul tujuh lewat tiga puluh menit mereka sampai ditempat kuliner Kolam Susu, tempat yang nyaman dengan lampu-lampu yang elegant serta dekorasi taman-taman yang indah. Mereka menikmati makanan yang disajikan pelayan dengan lahap.
Terdengar suara handphone Revan dari saku celananya, sesegera mungkin ia mengambilnya
"Halo, Ma"
"Mama tidak bisa mendengar suara kamu, Van. lagi ditempat ramai ya?" Memang sekarang di tempat itu berisik dipenuhi candaan mereka berempat.
"Aku angkat telepon dulu yah" ucap Revan yang di iyakan Rea disusul acungan jempol Adit. Lalu Revan menjauhi mereka bertiga untuk sekedar berbincang dengan mamanya ditelpon.
"Halo ma, ada apa nelpon Revan?" tanya nya. "mama Cuma mau tau keadaan Nadya, dia seneng gak diajak kesana, hm?" tanyanya penasaran.
"Ma. kok nelepon nya ke Revan? Tanya langsung keorang nya lah" sungut nya becampur heran.
"Mama nya pengen kamu, gimana dong?" hahhh… Revan menghela nafas panjang "iya iya ma, Nadya senang diajak kesini, katanya ini pertama kali" jelasnya.
"Panggilin Nadya, Van. Mama kangen" suruhnya dari sana.
"Iya ma" Kemudian ia memanggil Nadya sedikit berteriak "Nad sini" posisi mereka lumayan jauh dari tempat duduk tadi. Melambaikan tangan nya lalu menunjukkan handphone menandakan ada yang mau bicara padanya.
Tanpa ragu-ragu Nadya berjalan menghampiri Revan "Ada apa, kak?" tanyanya heran.
"Mama nih mau ngomong" jawab Revan dengan menyodorkan ponselnya.
"Halo ma" sambut Nadya canggung. Berbicara didepan Revan sungguh ia merasa malu.
"Nad, mama kangen, bagaimana liburannya? Seru? Nanti bawain mama hadiah ya" Nadya teringat pesan yang dibisikkan Revan kemarin saat tiba di bandara. Gugup, takut, cemas. Campur aduk rasanya jika mengingat hal itu.
"Iya ma, Nadya senang diajak kesini, kota nya cantik, Nadya belum pernah keluar kota ma" jawab nya mengalihkan topik bahasan.
Juga bahagia mendengar kalo ia sedang dirindukan seorang ibu, rasanya tidak bisa dilukiskan. Lima menit mereka berbincang, ibu mertua menyudahi obrolannya "Selamat bersenang-senang ya dengan Revan" sebagai kalimat penutup yang mengejutkan bagi Nadya. Revan? Ia tidak kemana-mana, ia masih berdiri disamping Nadya mendengarnya berbincang hingga menyudahinya.
"Ini kak ponsel nya" Nadya memberikan ke pemiliknya lalu melewati Revan dengan niat kembali duduk ke tempat semula bersama Adit dan Rea.
"Nad, tunggu" tahan Revan tiba-tiba.
"Ya?"
"Temanin aku kesana sebentar tidak masalah kan?" tawar nya ke Nadya.
"Oh iya kak tidak masalha".
Setelah berjalan beberapa menit mereka menemukan kursi ditaman dan duduk disana. "Kenapa duduk disini kak?" heran Nadya melihat Revan tiba-tiba memberhentikan langkah dan duduk dikursi yang tersedia.
"Cuma istirahat sebentar, sambil melihat-lihat pemandangan taman ini, duduk sini Nad, pegal berdiri terus" pintanya. Nadya duduk pada sisi ujung kursi yang terbuat dari kayu unik itu.
"Bagaimana kuliah, Nad?" Revan membuka percakapan.
"Seperti biasanya" senyumnya. Revan hanya mengangguk-angguk saja menanggapi jawaban Nadya.
"By the way kamu cantik hari ini" ucap Revan tanpa ragu.
"Ha?" sontaknya, mendengar ucapan Revan yang sangat aneh menurutnya.
Suasana saat itu sangat tepat, dikelilingi lampu-lampu yang tidak terlalu terang. namun, juga tidak terlalu redup, cocok sekali untuk pasangan apalagi yang dimabukkan oleh cinta.
"Oiya Nad, maaf aku pada waktu itu" Nadya tampak berpikir mengapa tiba-tiba ia meminta maaf.
"Maaf?" tanya nya. Sedangkan Revan menatap lekat cukup lama. sehingga mampu membuat wajah nya kembali memerah dan memalingkan pandangannya kedepan. Revan memegang rambut Nadya dan mengelusnya.
"Rambut kamu bagus juga ya, Nad" Nadya tak berkutik sedikitpun. Ini pertama kalinya, tidak ada tangan yang berani menyentuh rambut terurai itu sebelumnya. Ia merasakan dirinya sedang kacau balau sekarang.
Revan memangkas jarak diantara mereka, perlahan mendekat, netra terfokus pada bibir merekah itu. Langsung saja bibirnya sudah menyentuh bibir Nadya. Matanya terbelalak dengan perlakuan Revan. Nadya membatu diperlakukan seperti itu, seperti tertahan sesuatu. Sulit sekali menggerakkan tubuhnya walau hanya sekedar berpindah tempat.
Tangan Revan bergerak perlahan memegang tengkuk leher Nadya lalu kembali melumat bibirnya pelan, kemudian ciumannya bergeser kearah leher membuat Nadya bersuara.
"Kak" lirih Nadya, tapi tidak cukup memberhentikan gerakan Revan. Revan seperti ditutupi gairah yang tertahankan.
"KAK REVAN" bentaknya keras. Menyadarkan Revan dan berhenti dengan aktifitasnya
"Baru tahu kalo bibirmu memabukkan, Nad" seringai nya penuh rencana.
Nadya bergeming, mematung.
"Tutup matamu Nad" titahnya. Dalam kegugupan Nadya memejamkan matanya tanpa sadar, apa benar jika seseorang dalam keadaan gugup tanpa sadar menuruti perintah? dengan lancang Revan mengecup kedua mata berbulu lentik itu. lalu mendekatkan bibirnya ke telinga berbisik "hadiah untuk mama nanti ya kalau aku sudah bekerja dan mampu".