Chereads / Cinta Wanita Lugu / Chapter 7 - EPISODE 6

Chapter 7 - EPISODE 6

***

Rencana seorang Revan untuk liburan bersama ke Jogja akhirnya terwujud hari ini. Semuanya sudah ia siapkan mulai dari packing, tiket, bahkan hotel untuk bermalam telah siap sesuai rencana. Tadi pagi Revan dengan Nadya berangkat menggunakan mobil menuju bandara.

"Udah pernah ke sana sebelumnya, Nad?" saat ini hati Revan sedang berbunga-bunga, sepertinya bunga tersebut ada berbagai macam warna sehingga membuat dirinya bernyanyi senang sedari tadi sejak menaiki mobil.

"belum kak, ini kali pertama" dengan tersenyum tipis di bibirnya menandakan kesenangan hati.

"Kalo sudah tiba disana kita jalan-jalan Nad, kita kelilingi tuh Kota" semangatnya.

"Kak Revan kayaknya sangat senang untuk hari ini, bernyanyi-nyanyi sendiri, tertawa sendiri. Apa dia punya dua kepribadian?" Nadya termenung berpikir ternyata Revan memiliki sifat seperti anak-anak. Ia senang kalau sehari-hari melihat tawa Revan seperti ini.

Akhirnya mereka sudah tiba dibandara, membuka bagasi mobil dan menarik koper masing-masing. Nadya jalan terlebih dulu ke dalam, baru tiga langkah "Nad, ada pesan dari mama kemarin" teriak Revan, suaranya memberhentikan langkah Nadya lalu berbalik.

Langkah Revan mendekati nya kemudian mendekatkan bibirnya ketelinga Nadya berbisik "pesan mama 'istri kamu harus hamil kalo pulang nanti' " serasa dunia berhenti berputar setelah mendengar kalimat barusan, membuatnya termangu. Revan berjalan menjauh dan tertawa, ia merasa puas menjahili Nadya.

***

Selagi aku berjalan menyusul kak Revan yang sudah puas membuatku terkejut, ternyata temannya sudah tiba. Kak Revan sedang mengobrol dengan seorang wanita terlihat sangat akrab, dari perlakuan dan tanggapan masing-masing. Aku ingat perjanjian kemarin kalo aku adik angkatnya, canggung rasanya bergabung dengan mereka apalagi melihat temannya yang cantik itu.

Kak Revan memanggil "Nad sini, kenalkan teman sekampus ku" perkenalan seperti biasa layaknya bertemu teman baru, aku berjabat tangan dengannya.

"Rea" ucap wanita cantik itu. "Nadya" tidak lupa aku tersenyum menghargainya.

Sebelumnya ada teman datang bersama Rea tapi sekarang aku tidak menemuinya, mungkin ke toilet, cuma menebak-nebak saja sih. Aku merasa dicuekin oleh kak Revan, bukan merasa tapi memang diabaikan, mereka mengobrol hanya berdua. Pengumuman bahwa pesawat yang kami tumpangi akan Take Off, kami bergegas naik ke pesawat udara melalui pintu A12.

Selama di dalam pesawat kak Revan berdempetan Rea terus, duduk pun berdua. Berdasarkan beberapa pernyataan bahwa wanita memiliki kepekaan yang kuat, saat itu aku tahu kalau mereka saling memiliki perasaan suka, dilihat dari mood kak Revan hari ini cukup membuktikannya.

Ternyata teman nya Rea adalah kakak senior yang satu kelas dengan ku, aku tidak sendirian jadi penikmat keakraban kak Revan dan Rea. Sebelumnya kami terkejut, mengapa dunia ini begitu kecil? Bertemu orang yang tidak disangka-sangka.

"Loh Nad ternyata kamu adiknya Revan ya?" aku terkejut dengan pertanyaan kak Adit, bagaimana tidak, aku sedang melamun saat itu. Aku juga merasa akan ada pertanyaan selanjutnya dari kak Adit.

"Iya kak" tidak lupa memperlihatkan senyuman.

"Baru tau kalo Revan punya adik, setau aku dia anak tunggal" ia tampaknya bingung terlihat dari kedua matanya.

"lebih tepatnya adik angkat kak, mama yang nyuruh aku ikut kak Revan katanya sih takut aku kesepian dirumah" jelasku sembari menyandarkan tubuh ke kursi, terasa nyaman.

"Hemm nanti kita jalan kemana aja, Nad?" ujarnya membuka kecanggungan ini.

"Gak tau kak, belum pernah kesana, aku ngikut saja".

***

Kurang lebih dua jam perjalanan cukup membuat mereka mengistirahatkan tubuhnya dengan tidur. Setelah pesawat landing mereka menuju hotel yang telah dipesan Revan. Ia memesan dua kamar, agar tidak menimbulkan kecurigaan ia sekamar dengan Adit sedangkan Nadya dengan Rea.

Bunyi ketukan pintu kamar Nadya dan Rea terdengar jelas, ternyata Revan mengajak mencari makanan kaki lima, ajakannya langsung di iyakan Rea.

"Nad, kamu mau dibeliin apa? Aku sama Revan mau keluar" tawarnya.

"Tidak usah kak nanti aku beli sendiri saja"

Toh dirumah memang seperti ini. kak Revan selalu acuh, kecuali ada perlu ia mengajak Nadya berbicara . "Jangan berharap kak Revan mengajak kamu jalan-jalan Nad, diajak kesini aja seharusnya senang" ujarnya menyemangati diri sendiri.

Kring... bunyi pesan di handphone Nadya.

Adit : Nad dimana?

Nadya mendengar notifikasi handphone nya tetapi malas untuk mengecek, ia disibukkan dengan merapih pakaian ke almari hotel.

Adit : Nad?

Adit : Nad?

Adit : Nad?

"Nadya ngapain sih? Dari tadi ditanyain juga" Adit sedari tadi risih melihat handphone nya tidak ada sebuah pesan balasan dari Nadya. "teman nya Rea juga pergi tanpa memberitahu, aku juga manusia butuh makanan" mulutnya berkata kesal mungkin bawaan perut yang keroncongan. Akhirnya ponsel sedari tadi ditunggu mengeluarkan nada notifny, segera ia mengecek.

Nadya : Kenapa kak?

Sangat singkat dan padat cukup membuat Adit berdecak kesal.

Adit : Aku on the way kamar kamu, cepat bukain pintu.

"Kak Adit mau kesini? Astaga! ada perlu apa?" Nadya langsung berdiri dari terbaringnys dikasur langsung menuju pintu. Disaat ia membuka pintu, Adit sudah didepannya telah membukukan tangan mau mengetuk tetapi terhenti keduluan Nadya membuka pintu.

"Pas sekali. Ayo Nad cari makanan, lapar gila aku. Emosi dibuatnya"

"duluan aja kak, aku belum lapar"

"Badan udah kecil, makan tidak mau. kapan gedenya?" ledeknya. Adit heran juga, sudah jam makan siang belum kelaparan? memangnya perut bisa kenyang permanen? Pikir nya.

"Yasudah temani aku saja, Nad. Tidak seru sendirian, seperti orang tolol" tidak memperduli kan sekitar, Adit menarik tangan Nadya memaksa untuk menemaninya. "Kak, sakit tanganku, bisa dilepas genggamannya?" ternyata dari tadi Nadya berusaha melepaskan genggaman tangan Adit.

"Sorry, Nad. Kamu sih tidak mau diajak makan, masa jam segini belum lapar, kan tidak mungkin" langsung Adit melepaskan genggamannya.

***

Disebuah warung, Revan dan Rea makan dan minum kopi, saat itu hari yang paling membahagiakan bagi mereka berdua, liburan yang Revan rencanakan bersama wanita didepannya akhirnya tercapai. Ia memandang wajah cantik yang sedang menikmati makanan dengan lahap.

"Van, aku baru tahu kamu punya saudara" tanya Rea di sela ia memakan makanan nya.

"saat aku izin ke mama untuk liburan, mama nyuruh mengajak Nadya. Kalo tidak, keizinanku dibatalkan, kata nya sih takut Nadya kesepian".

"Sejak kapan dia jadi adik angkat kamu, Van?" tanyanya ketus. "Kok aku gak pernah diceritain?" Revan tersadar dari pandangan matanya ke Rea karena ia butuh alasan yang tidak mencurigakan.

"Papa dan paman nya Nadya sudah berteman sejak mereka bujangan dulu, sudah lama mama anggap sebagai anaknya, tapi baru beberapa bulan ini Nadya tinggal dirumah" jelasnya berhati-hati.

"oh-gitu" melihat tanggapan Rea yang seperti itu memberi Revan nafas lega, penjelasan yang diberinya lumayan bagus.

Beberapa saat kemudian mereka sudah menyelesaikan tugas untuk perut masing-masing. "ayo Van balik ke hotel" ajak Rea dengan menyandang tas kecil yang ia pegang.

"Sebentar Re, aku mau pesan satu lagi untuk Nadya, kasihan dia sendirian dihotel tidak tahu daerah sini nanti pingsan kelaparan" Revan kekasir membayar dan memesan satu porsi makanan untuk dibawa pulang (Take away).

'Revan perhatian banget sama Nadya, saudara ketemu besar juga'. Umpat Rea tidak terima, entah angin apa yang lewat tiba-tiba ia teringat bahwasanya Revan udah menikah dengan dijodohkan sama anak teman papanya, kecurigaan nya bertambah karena Nadya tinggal bersama Revan beberapa bulan ini.

***

Tibalah Revan dan Rea di hotel tempatnya bermalam, sementara Nadya belum kembali ke hotel.

Ceklek... Rea membuka pintu lalu masuk diikuti Revan dibelakangnya "Nadya kemana?" tanya Revan. Setahunya Nadya tinggal saat diajak makan tadi.

"taruh saja disini Van, nanti aku yang ngasih, mungkin ia keluar melihat-lihat hotel" jelas Rea.

"Baiklah, aku ke kamar dulu yah, kamu istirahat gih, besok kita butuh tenaga ekstra untuk mengelilingi kota ini" canda Revan sambil tersenyum senang. Kebetulan Adit dan Nadya kembali ke hotel setelah selesai mereka makan dan bertemu dengan Revan ketika hendak menuju kamarnya. Revan hanya terdiam melihat mereka, "maaf kak, aku duluan" ucap Nadya menghindar dari Adit dan Revan.

"iya makasih Nad" sahut Adit, Revan sejak tadi cuma diam dan langsung melangkah ke kamarnya.

'Katanya tidak lapar, itu apa?! Malah pergi dengan sepupunya Rea". kesalnya tak beraturan. kesal melihat mereka berdua, lalu menyimpulkan mereka cukup dekat. 'Tunggu, kenapa aku yang kesal? Nadya mau berteman sama siapa aja kan bukan urusanku'. Revan sulit menebak apa kemauan yang ada pada dirinya.

Kring...

Handphone Nadya berbunyi menandakan sebuah pesan masuk.

Revan : Ada titipan di Rea, coba tanyain.

Akhirnya kelepasan juga menanyakan titipannya di Rea, padahal keingintahaun antara Nadya dan Adit, jika bertanya langsung gengsi lah. Seorang Revan kepo sama urusan Nadya.

Nadya : Iya kak.

"Segitu doang?!" teriak Revan sehingga mengejutkan sepupunya Rea yang sedang mencari destinasi di Jogja menggunakan handphone nya. "Nah, kenapa lo Van?" akhirnya Adit bertanya juga, ia lihat sedari tadi wajah Revan ditekuk seperti memiliki banyak masalah saja.

"Gak dit haha" tawa Revan aneh padahal tidak ada lucu-lucunya. Adit melirik Revan dari atas sampai bawah terlihat dari gerakan matanya dengan penuh rasa keanehan.