Aktifitas kuliah Nadya sejauh ini berjalan lancar, menaiki tangga menuju kelas yang ada di lantai dua, terdengar suara langkah kaki dibelakangnya tapi tidak ia hiraukan. "hei, sama senior kok tidak menyapa" laki-laki kemarin yang memaksa meminta nomor handphone dikelas.
"Eh, iya kak maaf saya gak lihat"
"oke bisa diterima alasan kamu, nama kamu siapa?" jalan bersamaan menuju kelas yang sama.
"Nadya kak, kan udah dicatet kemarin di hp nya"
"oh gituu.. kok kamu bisa ingat?" Nadya hanya diam tidak menanggapi omongan dan mendiami seniornya hingga sampai ke kelas.
Memecah keheningan, Adit membuka pembicaraan, Adit nama senior Nadya itu. Sepertinya ia tertarik dengan Nadya, tidak tahu apa yang membuatnya tertarik.
"Adit, panggil saja aku Adit"
"Iya kak Adit" Nadya masih heran padahal ia tidak bertanya nama seniornya itu.
"Maaf kak, kok duduknya masih disebelah saya ya?" dengan polosnya wanita itu bertanya, biasanya wanita polos itu tidak peka dengan situasi.
"pake nanya lagi, dari kemarin posisinya sudah begini, karena telah membantu jadi aku ingin berteman denganmu" tersenyum menunjukkan susunan giginya yang rapih.
Jangankan teman laki-laki, teman perempuan aja ia tidak berpengalaman, jadi tambah bingung karenanya.
***
Dihari yang sama Revan sibuk dengan kerjaannya di kampus, ia merasa ingin segera lulus supaya rencana nya segera terwujud. "Van, aku perhatikan kamu akhir-akhir ini sibuk sekali" Rea segera duduk disampingnya.
"iya Re, papa nyuruh aku lulus lebih cepat, seandainya bisa semester depan aku sudah menyelesaikan tugas akhir" Revan sibuk dengan berkas-berkas yang ada didepannya.
"yaudah aku temenin yah, sekalian nanti cari makan siang" seperti biasa Rea selalu tersenyum ramah.
Sesaat setelah itu perut mereka meminta agar tuannya memakan sesuatu "ayo Re kita ke kantin kampus, perut udah bunyi-bunyi nih hehe"
"oke" sahut Rea dengan senang. Diwaktu yang sama Nadya bersamaan dengan Adit menuju kantin yang menjadi tujuan Revan dan Rea, Nadya memang selalu tidak memperhatikan lingkungan sekitar, ia juga masih merasa heran kenapa si Adit membuntutinya. Setelah itu, mereka makan dengan tenang.
Ada seseorang yang mengganggu pandangan Revan "kenapa dia makan disini juga, heran. Selalu nongol kemanapun aku pergi" dalam hati ia berkata sambil menghabiskan makanannya.
"pacaran kali sama tuh cowok, hm dengan polos begitu bisa juga dapetin cowok" isi pemikirannya Revan emang selalu negative dan terlalu cepat mengambil kesimpulan.
"udah yuk Re kita langsung pulang aja, urusan aku sudah selesai juga, emosi lama-lama disini" Rea yang tidak mengetahui apapun heran tapi tanpa bertanya ia mengikuti Revan.
"makasih Van udah nganterin, besok jangan lupa penggalangan dananya jam sepuluh ya" berdiri didepan rumah sementara Revan didalam mobilnya "iya Re, besok aku jemput kamu ya" tersenyum kemudian mengemudikan mobil menuju rumahnya.
***
Dikantin tempat mereka makan siang "setelah ini kemana?" lagi-lagi Adit yang bertanya.
"Langsung pulang saja kak" Nadya masih canggung dengan pertemanan mereka.
"ya sudah kakak antar kamu pulang saja"
"Eh tidak perlu, kak. tidak apa-apa" pikiran Nadya sudah kemana-mana kalo pulang dianterin sama laki-laki baru dikenal apalagi jika dilihat ibu mertuanya, tidak mungkin memberitahu statusnya sebagai wanita bersuami, baru dua hari ini berkenalan dengan Adit.
Termenung dalam lamunannya Nadya dikejutkan dengan suara senior nya itu "ayok Nad kenapa diam?"
"maaf banget kak, bukan apa-apa. Bukannya menolak tapi takutnya mama marah, apalagi yang nganterin laki-laki" waduh tidak apa-apa deh alasannya begini, daripada ribet nanti. Pikirnya.
"oh-okey, nanti aku hubungin kamu ya kalo butuh apa-apa".
Hari itu cukup mereka berbincang sebagai teman.
***
Klek Nadya membuka pintu kamar, lagi-lagi ia mendapati Revan yang sedang bertelanjang dada yah ia habis mandi sepertinya. Nadya langsung memalingkan wajahnya dan kelagapan sembari mengaitkan tas yang ia bawa.
Suaminya hanya tersenyum tipis melihat kelakuan istrinya itu. Malam itu mereka sama-sama dikamar, Revan bersandar di tempat tidur sambil memainkan handphone nya, sementara Nadya sibuk dengan buku-bukunya yang ada dimeja tepat di hadapan Revan.
"Bagaimana kuliahnya?" mungkin Revan lagi kesambet setan tiba-tiba menanyakan hal yang tidak mungkin jika dibayangkan. biasanya tidak memperdulikan.
"lancar kak" dengan sopan ia menjawab sambil menganggukkan kepalanya. Sebab penasaran sedari tadi, tanpa ragu bertanya "ngomong-ngomong laki-laki dikantin tadi itu pacar kamu?" tentu saja Nadya terkejut langsung mengingat-ngingat apa ia pernah deket sama laki-laki selain Adit.
"Bukan kak, itu senior Nadya", pikirnya mungkin laki-laki yang dimaksud itu Adit.
"sekarang aku panggil Nad aja ya, gak mungkin kan manggil hei cewek, kalo mama denger habis diomelin" masih sibuk dengan handphone yang dipegangnya.
"iya kak, terserah kak Revan saja"
"kalo mau tidur satu ranjang saja, tidur di sofa tidak nyaman, aku aja gak bisa tidur kemarin, tenang saja aku tidak bakalan ngapa-ngapain kok, taruh guling sama bantal ditengah".
"i-ya kak" tapi dengan perasaan yang berdebar ia memikirkan tidur di samping laki-laki yang disebut suaminya.
***
Hari penggalangan dana tiba, hari itu Revan dengan semangat menjemput Rea sambil bersiul-siul di saat mengendarai mobil, tidak kalah semangat Rea pun seakan di isi baterai paling unggul.
Kegiatan tersebut diadakan di beberapa tempat, pertama di kampusnya sendiri, kemudian di tengah kota. Banyak masyarakat yang ikut ambil peran, ada beberapa menyumbangkan sejumlah uang ada juga yang menyumbangkan pakaian layak pakai hingga buku-buku.
Rencananya ia akan menyumbangkan hasil sumbangan tersebut ke panti asuhan tapi belum tahu panti asuhan mana, sepertinya anggota yang menentukan panti asuhan yang bakal menerima sumbangan.
"Van, kapan rencananya kita membagikan sumbangan itu?" Rea pemilik suara lembut bertanya.
"mungkin lusa Re, sudah ditentukan kan mau kemana"
"iya, anak-anak yang nentuinnya, kamu ikut aja" Keduanya merasa senang yang teramat, sepertinya acara yang mereka selenggarakan berjalan dengan lancar.
Disaat yang bersamaan Nadya yang selalu diikuti oleh Adit tak sengaja terlihat disepasang mata Revan, entah apa yang ia lakukan di gedung Ekonomi tempat Revan menimba ilmu.
"ngapain tuh anak disini?" ucap hati nya penasaran "itukan senior yang dibilangnya kemarin".
sementara itu "Van, kamu kok diam, liatin apa?" tentu saja Revan terkejut "hm? bukan apa-apa Re".
***
Sesampainya dirumah mereka bertemu lagi disebuah ruangan yang disebut kamar, "udah pulang Nad" kali ini Revan bertanya, belakangan ini ia sedikit lebih ramah mungkin hatinya lagi berbunga atau mungkin ia memang berusaha menerima perjodohan ini, walaupun membangkang dan berusaha melawan ayahnya tidak akan merubah apapun pikirnya, mungkin bisa ke saudara.
"kamu duluan aja Nad mandinya, aku nanti" kali ini sedikit sopan.
"i-iya kak" jawab Nadya agak canggung masa mandi ada yang nungguin diluar.
Timbul lah sebuah ide di kepala Nadya, kalau ia membawa pakaian ganti kekamar mandi. Revan pun tidak berbicara apa-apa setelah melihat apa yang dilakukan Nadya.
Byurrrr.. byurrr..
Suara air selama Nadya mandi, sesaat setelah itu ada yang ketinggalan dibuntelan bajunya. Sementara itu Revan berdiri untuk melepaskan kemeja yang ia pakai tanpa sengaja melihat benda unik dan asing, ia tidak pernah melihat benda tersebut secara langsung, benda itu terletak tidak jauh dari lemari pakaian, terbentang diatas lantai dan berwarna hitam.
"wait, apa ini?" ia mengangkat bra Nadya menggunakan jari telunjuk tangannya, tersenyum geli ia melihat benda tersebut. Seketika pintu kamar mandi terbuka dan Nadya melihat kejadian tersebut. Nadya langsung berlari dan segera mengambil miliknya dari tangan Revan dan menyimpannya di balik pinggang, sontak Revan menganga dan tak bergerak sedikitpun.
Malu tidak bisa dielak Nadya dengan kejadian itu, tentu saja mukanya merah seperti kepiting rebus. Ia langsung kedapur mengambil segelas air putih. Kejadian tersebut membuatnya haus tiba-tiba.
"hahahaha…" Revan tertawa dengan kejadian memalukan itu, apalagi melihat muka istrinya memerah karena malu.