***
Namaku Rea Alexa Ningrum, teman nya Revan lebih tepatnya teman yang paling dekat dengannya. Satu kelas dengannya, satu keanggotaan organisasi dimana jabatan kami bisa dibilang tidak bisa dipisahkan, mungkin ungkapan nya ada ketua ada sekretaris.
Orang luar menganggap Revan tipikal cuek dan tidak pedulian, tapi aku menganggap sebaliknya. Satu rahasia Revan yang gak diketahui orang lain yaitu manja. Tampak luar cool, penuh pesona. Tapi ia bukan seleb atau artis kampus yang terkenal dan di idolakan semua orang. Kami berteman sejak awal kuliah, lama-kelamaan jadi seakrab sekarang sampai berita ia dijodohkan oleh orangtuanya.
Tentu saja Revan menolak keputusan itu. Sebab menurutku menikah itu harus dilandaskan perasaan saling suka, saling menerima dan paling penting saling memahami satu sama lain.
Siang itu Revan menghampiri ku saata aku duduk dan bercerita bersama teman-temanku di bangku bawah pohon rindang "Re, ternyata kamu disini. Dicariin kemana-mana juga" Ia langsung duduk disamping tanpa memperdulikan keberadaan teman-teman ku.
"Memangnya kamu mau ngapain, Van?" tanyaku balik.
"Tidak kok. Begini Re, kan semester ini sudah mau selesai, ada rencana?" entah maksud apa dia menanyakan hal itu.
"yaahhhh seperti biasa Van, selama libur semester aku istirahat dirumah, paling bantuin mama beres-beres" Revan tampak berpikir, terlihat matanya bergerak kekiri kekanan, tanpa sadar tangan ku mencubit pipinya karena gemes.
"Aww sakit Re, anak orang ini".
Aku terkekeh melihatnya kesakitan sambil mengelus-elus pipinya. "gimana kalo kita liburan Re?" serius sekali ia mengutarakannya.
"Ha? Gimana-gimana? Liburan apaan? Tidur seharian?" candaku. ia berdecak kesal.
"bukan begitu. Maksudnya kita jalan-jalan ke jogja selama beberapa hari"
"Berdua? Gak lah Van, gila cuma berdua" aku benar-benar terkejut mendengarnya.
"Ya bukan begitu juga, Re. Ajak teman kamu atau siapa aja yang mau" Revan menjelaskannya dengan semangat.
"Aku tanya mama dulu, besok atau lusa aku kabarin"
"Oke ibu Rea" tangan kanan diletakannya di pelipis seperti sikap hormat bendera, bagaimana aku tidak menyukainya Van dengan sikapmu yang seperti ini.
***
Dikamar mandi, laki-laki itu termenung memikirkan cara merayu mamanya supaya di izinkan pergi liburan. "Mama pasti ngebolehin dong, anaknya udah gede gini". Tak lama merenung dan berpikir keras dirinya segera keluar memakai baju kaos dan celana pendek selutut. Berjalan menemui mamanya yang sedang menonton televisi di ruang keluarga, duduk di sofa samping mamanya.
"Ma" ucap Revan ragu-ragu.
"Hemm" sedangkan mamanya fokus menonton sedikit tidak menghiraukan.
"Revan mau liburan kejogja" Mendengar kalimat itu mama nya terdiam melihat Revan yang ada disamping kirinya mengedipkan mata nya.
"Apa sayang? Coba ulang" merasa pendengaran nya salah.
"Boleh gak ma? Setelah ujian akhir semester Revan berangkat" memegang tangan mamanya dan mengelus-elus dengan harapan diizinkan pergi.
"Boleh sayang, itung-itung honeymoon kamu sama Nadya" dengan senyuman dan perasaan senang mama mengizinkan.
"ma, Revan sama temen kampus, nanti kalo mereka tahu Revan udah menikah gimana?" protes nya tidak terima ide tak masuk akal tersebut.
Menggenggam kedua tangan Revan dengan lembut "Van, mama udah terlanjur sayang sama Nadya, mama pikir tidak ada masalah kan? Dia istri kamu"
Revan tampak berpikir bagaimana caranya menuruti kemauan mamanya tetapi Rea tidak tahu ia mengajak istrinya, Nadya.
***
Bunyi handphone terdengar dari kamar, sedari tadi ternyata Nadya sudah pulang dari kampus, ia langsung menuju sumber bunyi tadi.
"Kak Revan kemana? Handphone nya kok disini?" kedatangan Revan membuatnya terkejut tiba-tiba saja sudah berada dibelakangnya.
"Ha-handphone kakak berbunyi dari tadi" ia berbicara dengan posisi berdiri dan diam menetap membelakangi Revan.
"Iya. sudah tau. Kamu tidak mau bergeser? ntar kepeluk dari belakang lagi" sesi goda menggoda ala Revan manja.
Terkejut mendengar kalimat Revan, berbegas ia berjalan menuju kamar mandi. "Nad" panggil Revan, tubuh Nadya seakan ditahan untuk tidak bergerak padahal ia cuma gugup dengan perkataan Revan.
"I-iya kak Revan?" mana berani seorang Nadya berbicara menatap wajah lawan bicara, jadi ia membelakangi Revan lagi. "kamu mau berpetualang dikamar mandi? Tas kamu masih digendong tuh". Tangan Nadya meraba kebelakang.
"kok tas masih disini? Tadi udah di letakkan perasaan" pikirnya tak percaya.
Selama melihat tingkah konyol istrinya Revan menggelakkan tawa, kenapa masih ada perempuan aneh sepertinya. Selain itu, telepon dari seseorang tadi sudah tidak terdengar lagi, ternyata dari Rea.
***
Hari kamis sepasang suami istri perjodohan berangkat kuliah sama-sama, Nadya ada jam kuliah pagi sedangkan Revan ada yang mau diurusnya sama kepala program studi. Sesampainya dikampus, Revan mengantar Nadya ke gedung nya, barulah ia ke gedung ekonomi bisnis. Ternyata Rea sudah menunggunya dari tadi dan tepat saja mobil Revan tiba.
"Van, tumben agak telat?" Revan turun dari mobilnya lalu jalan bersama Rea.
"tadi memang agak siang an bangun, ada apa? terus melangkah ke ruangan yang dituju. Saat itu rasa senang ada pada diri Rea.
"Aku diizinin sama mama Van" berhenti langkah Revan begitu pula Rea.
"serius?" Rea tersenyum cerah sambil mengangguk kan kepala.
"ayo kita duduk dulu Re" ajak Revan biar pembicaraan mereka enak sekaligus nyaman.
Revan berusaha menjelaskan rencana selama di Jogja "Begini Re, mama aku ngizinin tapi dengan syarat aku mengajak Nadya" sedikit terkejut dengan pernyataan Revan. "Nadya? bukannya wanita yang dipanti waktu kita berdonasi kemarin kan? Kok bisa?" Revan masih bingung bagaimana ia menjelaskan nya dan tidak menyinggung perasaan perempuan nan ayu ini.
"Iya kamu benar, kamu tahu kan mama dulu sering berkunjung ke sana, Nadya sudah mama anggap anaknya sendiri" Revan menjelaskan dengan tenang berharap tidak ada kesalahpahaman. Untungnya Rea memahami nya dan setuju.
"Aku juga ajak sepupu ,Van. Tidak apa-apa kan?"
"kebetulan, Re, biar gak ganjil" semangatnya.
Perbincangan mereka selesai lalu melanjutkan tujuan awal Revan kekampus pagi-pagi, sejauh ini ia berusaha menjalin komunikasi yang baik dengan dosen-dosen kampus, agar ia cepat lulus seperti janji pada papa nya dahulu.
***
Revan : selesai ujian jam berapa, Nad?
Sebelum mengirim pesan terjadi "ma, minta nomor Nadya" ia menelpon mamanya dengan alasan "handphone Revan keinstal ulang, semua kontak hilang, Revan cuma hapal nomor mama doang"
Nadya : baru mulai kak.
Revan : oke, pulang aku jemput.
"Kak Revan ngigau? Kok bisa tiba-tiba mengirim pesan?" herannya. Ujian dimulai dua menit kemudian, selesai sekitar satu setengah jam. Nadya sedikit terburu-buru menuruni tangga. Melihat parkiran ada kah mobil Revan, pas sekali pikirnya. Ternyata sudah ada diparkiran lalu berjalan mendatanginya, didalam sana Revan sedang tidur, entah berapa lama ia menunggu.
Tok tok tok...
Nadya mengetuk kaca pintu mobil, Revan langsung tersadar dari tidur pulasnya. mengisyaratkan Nadya masuk mobil. "kak Revan tumben mau jemput aku?" kali ini Nadya bertanya duluan. "ada yang mau aku bicarakan, Nad" ucap Revan seraya menyalakan mesin mobil kemudian mengemudikannya.
Revan menepikan mobilnya, ia pikir kalau berbicara negosiasi harus tenang, tidak mungkin sambil mengemudi. "Nad, aku mau liburan kejogja selesai ujian semester sama teman-teman kampus, mama ngizinin kalo ajak kamu. Gimana? Tenang saja Nad, ada ceweknya kok. Kita berempat disana, dan kalo ada yang nanya kamu siapanya aku jawab aja anak angkat mama yah, mama gak mau kamu kesepian dirumah makanya ikut aku".
Nadya tampak berpikir untuk tawaran tersebut "kak bisa aku jawabnya nanti kalo sudah dirumah?" Revan cukup lama menjawabnya
"Hemm baiklah, kalo sudah dirumah saja, Nad". Tidak menunggu waktu lama mereka sampai dirumah langsung masuk kamar, Nadya masih memikirkan tawaran tadi.
"Kak Revan sepertinya sangat ingin kesana, apa aku terima saja. Anggap saja liburan akhir semester, kan belum pernah ke jogja"
***
Malam hari saat itu sepereti biasa Revan menyandarkan tubuhnya di kasur sambil memainkan handphone. Nadya memanggilnya dari sofa yang berada didepannya, jaraknya cukup jauh dari posisi Revan sekitar 2,5 meter.
"kak" panggil Nadya dengan intonasi suara rendah membuat Revan tidak mendengarnya.
"Nad, kalo mau bicara suara nya dikencengin, aku tak mendengarnya" ia masih disibukkan dengan ponsel memainkan game, game apa itu? Hanya anak lelaki saja yang paham. Masih di posisi yang sama Nadya berbicara.
"Perihal tawaran kakak liburan kejogja".
Kesal dengan bicaranya Nadya, ia meletakkan ponsel ke kasur. "Nad coba sini bentar" ajak Revan dengan gerakan tangannya, Nadya berdiri berjalan mendekati Revan dalam posisi berdiri disamping Revan duduk.
"Duduk sini Nad" Revan menepukkan kasur untuk Nadya. "kalo ngomong itu sambil duduk, suara kamu tidak begitu jelas terdengar, suaramu juga kecil" seraya Nadya duduk mendekatinya.
"Hem.. coba jelaskan" mendekatkan wajahnya ke wajah Nadya, jahil Revan sepertinya datang. Sedangkan wajah Nadya sudah memerah sedari tadi. "kenapa diam saja?" Tanya Revan lagi.
"Begini kak, aku mau ikut liburan ke jogja" Masih dalam menundukkan pandangan. Sungguh menatap Revan salah satu hal terberat yang pernah ada.
Sumringah senyum Revan betapa senangnya dia. Ternyata Nadya anak yang baik, ia tidak berpikir untuk mengambil kesempatan atau membalas Revan yang mana di hari pertama menikah membentaknya dengan perkataan menyayat hati pikir nya.