"Aaargh..."
Efek dari suntikan sebelumnya sudah hilang, mulut ini kembali menghasilkan suaranya. Rasa sakit yang tak tertahankan karena gigitan serangga-serangga itu membuatku terbangun dari tidur panjangku. Mungkin karena racun dari serangga itu yang efeknya baru terasa sekarang. Sisi baiknya adalah aku masih dapat menyambung nafas.
Aku tak tahu ini berada dimana lagi, sepertinya ruangannya berganti. Bukan penampakan laboratorium yang sebelumnya kudapat, ini malah terlihat lebih mengerikan. Pemandangan sel penjara dengan suasana yang suram. Pasti ini bukan sel biasa, kemungkinan ini adalah sel pembantaian. Kudapati di depan mata terdapat alat pancung dan juga beberapa alat pemotong. Di seberangnya ada sebuah kasur dan juga kursi listrik. Semuanya lengkap dengan lampu yang remang-remang dan juga beberapa rantai di lantai.
Aku sendiri terbaring di kasur itu dan sudah terlilit oleh rantai. Bernafas saja sudah agak sulit disini, apalagi kalau ditambah lagi nanti penderitaanku.
Nit...., Pintu Di sebelah kanan terbuka. Kak Kenji menunjukkan batang hidungnya. Dengan ekspresi yang cukup senang dan sedikit senyuman, dia menatap kearahku dan mulai membuka suaranya.
"Apa kabar Fi..."
"SEBENARNYA YANG LU MAU DARI APA HAH...?"
nada suaraku sedikit kencang, aku butuh meluapkan emosi seperti ini atas tindakan yang mereka lakukan kepadaku. Setidaknya untuk sekarang aku membutuhkan penjelasan Kak Kenji.
"Wow...wow..., Santui bro, coba lu inget-inget kelakuan lu beberapa hari ke belakang, kenapa lu bisa ada disini?"
Aku mencoba mengingat kejadian apa saja yang telah kualami beberapa hari yang lalu. Mungkin karena tubuh ini sudah mengalami kelelahan hebat dan juga depresi berat, sulit rasanya untuk mengingat, malahan hanya menambah sakit kepala yang sudah buruk ini.
"Gua nggak bisa inget, tolong lu yang jelasin, karena semua ini perbuatan lu!"
"Jangan salahin gua doang dong!, Gua kan cuma bawahan, jadi nggak sepenuhnya salah gua, ini merupakan program dari atasan."
Jadi, ini bukanlah perbuatannya seorang, perbuatan ini dilakukan secara terorganisir. Tidak mungkin perbuatan seperti ini dilakukan untuk diriku seorang, pastinya ada juga korban-korban lain yang pernah atau sedang senasib denganku ini.
"Baiklah, karena terpaksa gua bakalan kasih tau lu, tapi intinya aja biar nggak bocor informasinya."
"Semua ini gua lakuin ke lu karena dari kamera keliatan lu lagi nguping di Deket kamar mandi."
"Lu liat kan nih, jadi ini tuh semacam hukuman buat lu."
Kak Kenji memperlihatkan rekaman CCTV dari Sp(smartphone)-nya kedepan mataku.
Aku lupa waktu itu bahwa ada CCTV Yang langsung menyorot ke depan toilet. Tapi aku tetap bersyukur karena hanya wajahku yang tersorot, Rika tidak terlihat disitu, sudutnya kebetulan sekali. Tapi tak sangka juga hukumannya akan seperti ini, kecuali informasi yang ku dapat dari menguping itu sangat penting dan rahasia.
"Maaf ya."
Kilatan-kilatan mulai keluar dari rantai yang melilit diriku. Listrik mengalir ke dalam tubuhku. Listrik berkali-kali menyambar hingga mengeluarkan asap. Kesadaran ini sudah tak terkontrol lagi.
"Graug....,grauggg", suara seperti itu keluar dari punggungku yang telah sobek karena mengeluarkan sesuatu
"Akhirnya eksperimen kita berhasil, harus segera kuberitahu bos atas kemajuan ini."
Aliran listrik terhenti, aku tak bisa mengontrol tubuhku. Sesuatu seperti daging bertulang menggeliat dipunggungku.
"Sepertinya abis ini lu harus gua balikin ke kamar lu.", Kak Kenji mengambil semacam suntikan lagi, dan menusuknya langsung ke punggungku. Sobekan di punggungku rasanya langsung tertutup kembali, guratan hitam di tubuh yang tadi muncul sedikit menghilang. Aku kembali tertidur kembali.
"Saatnya kembali ke kamar, sampai jumpa."
Kenji melepaskan belitan rantai yang berada di tubuh Rafi. Dengan sembarang, Kenji memikul tubuh Rafi di pundaknya. Ia keluar ruangan itu dan muncul di pojok laboratorium MIPA di lantai 2B. Ruangan itu sangat tersembunyi, pintunya sendiri menyerupai dinding laboratorium. Hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui hal itu. Melalui lift rahasia di dekat laboratorium, dia naik menuju asrama di lantai 1. Jarak antara laboratorium MIPA dengan tangga utama di dekat kolam renang cukup jauh, namun letak lift rahasia itu berada di depan laboratorium. Tanpa diketahui orang lain, dia masuk ke dalam asrama laki-laki. Menurut informasi paling update melalui informan orang dalam, asrama laki-laki sedang sepi di waktu tersebut. Kenji membuka pintu kamar dan meletakkan Rafi agar terbaring di atas kasur. Tugasnya kini telah selesai, secepat kilat ia menutup pintu dan hilang begitu saja.
Tak lama setelah itu pintu kembali terbuka kembali. Tak lain dan tak bukan adalah temannya sendiri, bukan kak Kenji lagi.
"Rafi...."&
"Siapa itu, oh...., Rika, tenang, aku baik-baik saja kok."
Wajah Rafi kembali ke bentuk semulanya. Panggilan suara dari Rika-lah yang membuat Rafi terbangun kembali.
"Gua cuma pengen berterimakasih fi..., tentang kejadian kemarin itu."
"Memang terjadi apa kemarin, gua kok nggak tau apa-apa ya.", ingatanku rasanya buram. Walaupun begitu, senang rasanya dapat melihat Rika kembali.