Hari yang baru memancarkan kehidupan yang baru. Semua rasa penasaran terkumpul dalam pikiran Rika, di waktu senggangnya ia menyempatkan diri untuk membaca beberapa buku di perpustakaan panti.
Ia mulai berfokus untuk mempelajari ilmu-ilmu psikologi serta mencari cara untuk menghipnotis seseorang. Ia tahu di panti ini tak ada yang bisa menguasai skill ini, ada paling yang bisa tapi dia sudah keluar dari sini. Rika memutuskan untuk melakukannya sendiri karena tidak mau melibatkan orang-orang panti lainnya yang belum bisa sepenuhnya dia percayai dalam menyelidiki kasus ini, termasuk Sarah sekalipun baginya masih terbesit rasa curiga terhadap bocornya informasi, ya walaupun begitu, ia masih bersahabat dengan Sarah.
Semua ini dilakukannya demi Rafi orang yang dia cintai. Hanya saja kalau bukan karena Rafi, pastinya hampir tidak pernah Rika pergi ke perpustakaan di waktu-waktu seperti ini, paling mentok juga pas mau ujian dulu. Rika mengambil beberapa buku di Rak no. 5 yang berisi buku-buku dengan tema yang ia cari dan segera mengambil tempat duduk di tempat membaca di tengah perpustakaan.
Entah 6-7 buku diambilnya, ia mulai membuka dengan perlahan lembaran demi lembaran. Ritme membaca Rika masih belum stabil, ia masih membaca berulang-ulang halaman karena ia belum paham akan maksud yang disampaikan buku yang dibacanya. Dia tahu bahwa tak mungkin membaca sampai habis karena waktu tak sepanjang itu, dia berencana untuk meminjam buku-buku itu kepada Pak Khan si Pustakawan.
Rika tak terpengaruh terhadap banyaknya jumlah orang yang sedang berkunjung ke perpustakaan itu, suara buku-buku yang berjatuhan di ujung salah satu rak tak akan melunturkan tekadnya untuk membaca. Kecuali ada seseorang yang mencolek pundaknya dari belakang dan membuat Rika kaget. Ternyata itu adalah Sarah sahabatnya.
"Rik, gua cariin lu kemana-mana, ternyata lu disini", kata Sarah sambil berbisik.
"He..eh", jawabnya ketus tanpa mengindahkan teguran dari Sarah.
Sarah duduk dihadapannya. Sarah mengambil buku yang sedang Rika baca di depan matanya, karena penasaran dan juga supaya Rika mau berbicara dengannya akhirnya dia melakukan hal itu.
"Ih..., apaan si Rah, gua lagi baca juga.", Kata Rika dengan nada tinggi. Sarah menaruh telunjuknya di bibir Rika.
"Shhttt..., jangan berisik, ini perpustakaan loh.", kata Sarah dengan suara pelan.
"Abisan lu-nya sih, ngapain ganggu gua, orang lagi asik juga, lagian kan lu bisa main Ama yang lain dulu, gua lagi sibuk nih."
"Neeeee....., lu ngikutin saran gua ya?, gua kira cuma bercandaan doang, lu serius?, nggak gua sangka, sahabat gua ternyata sudah besar ya!", Sarah menutup mulut dengan tangannya, pipinya sedikit memerah, "Gua mau kayak lu gitu, tapi gua nggak berani ngelakuin gituan Ama cowok yang gua sukai, nggak nyangka loh lu bakal se-agresif ini sama Rafi."
"EEEHHH..., NGGAK, INI NGGAK KAYAK YANG LU BAYANGIN!", kata Rika. Tetap saja Sarah menyeringai Rika dengan mata nakal-nya.
"Iya..., iya..., gua paham kok, intinya lu mau bantuin Rafi kan buat nyelesain masalah dia?, mungkin lu butuh bantuan, lu bisa minta ke gua kok, gua siap kapanpun lu mau.", kata Sarah.
"Yaudah, makasih ya atas tawarannya, mungkin nanti kalo gua udah siap, ini gua lagi fokus pelajarin materinya, nanti baru gua praktekin", kata Rika.
Rika kembali terfokus untuk membaca, Sarah yang ingin menemaninya memutuskan untuk membaca buku juga, ia mengambil sebuah novel dari salah satu rak di dekat tempat duduk dan duduk kembali dihadapannya.
"Kriiingg...", dari speaker terdengar bunyi bel yang berdering, tanda bahwa istirahat makan siang sudah selesai. Waktu membaca telah usai, Rika segera menandai halaman yang terakhir ia baca. Rika membuka suaranya kembali.
"Btw, lu sama gua dapet mapel yang sama kan abis ini?, bareng yuk kesananya", Rika mulai bangkit dari tempat duduk lalu melanjutkan," Tapi gua mau konfirmasi ke Pak Khan dulu kalo gua mau minjem buku-buku ini."
Rika membawa buku-buku itu ke meja Pak Khan untuk diinput datanya. Sarah mengikuti Rika dari belakang.
"Tumben kamu minjem sebanyak ini, lagi ada sesuatu ya?", Pak Khan mencoba menggoda Rika.
"Nggak kok pak, lagi butuh aja.", Rika tersipu malu dihadapannya, ia tak mau bilang kalau ini demi Rafi, kalau mereka tahu alasan aslinya, apa jadinya nasib Rika nanti. Mungkin juga percakapannya dengan Sarah tadi sedikit terdengar olehnya.
"Batas waktunya 2 Minggu ya, kalo mau perpanjang kontraknya, konfirmasi lagi ke sini.", kata Pak Khan yang hanya dibalas Rika dengan sebuah anggukan sederhana.
Dengan sedikit miring dan hampir terhuyung karena beratnya buku yang dibawanya, ia berjalan dengan Sarah disisinya. Sarah juga meminjam buku yang tadi ia baca.
"Lu minjem buku apa Rah?"
"Mycroft Holmes, buku tentang detektif juga, dia itu kakak dari seorang detektif fiktif yang novelnya terkenal juga, Sherlock Holmes. Gua pikir gua harus baca yang kayak ginian juga kalo mau bantu Lo nanti."
Saat menaiki tangga, Rika kembali terpikir tentang buku yang diberikan Rafi untuknya, buku itu pun belum selesai dibaca, sepertinya pr untuk Rika semakin banyak saja. Saking termenung karena buku itu, ia menjadi kurang fokus saat berjalan, Rika hampir saja tersandung kakinya sendiri. Untung saja Sarah bisa tanggap untuk mencegah Rika untuk jatuh, mengingat jatuh saat menaiki tangga dapat membuat kepala sahabat nya bocor nanti.
"Kayaknya lu keberatan ya Ka, sini biar gua bantu bawain", pinta Sarah. Dia mengambil 3 di tumpukan teratas buku yang sedang dibawa Rika. Mereka terus berjalan menuju asrama perempuan tepatnya ke kamar Rika untuk menaruh buku-buku itu. Rika teringat dan merasa ada yang aneh dengan percakapan awalnya tadi di perpustakaan bersama Sarah.
"Rah, Lu kok tadi di perpustakaan bisa-bisanya berpikir yang aneh-aneh gitu?"
"Aneh gimana?, sebenarnya tuh aslinya gua ya kayak gitu, cuma sama lu aja gua mau terbuka nih", balas Sarah sambil meletakkan buku Rika diatas meja. Dia pun melanjutkan,
"Kalo lu mau tau rahasia terbesar gua, gua pengen kasih tau lu asalkan lu bisa jaga rahasia gua."
"Percaya Ama gua, gua nggak pernah mengkhianati kepercayaan kok, gua nggak pernah ngumbar-ngumbar rahasia orang", kata Rika.
Dengan berbisik di dekat telinga Rika, ia mulai menyampaikan rahasianya.
"Sebenarnya Ka, gua itu suka nonton film biru di kamar"
"Hah...?, maksudlu porno?"
"Shhttt..., jangan kenceng-kenceng, serius gua udah dari dulu gua gitu, gua juga suka masturbasi di kamar mandi kalo udah kebelet."
"Gua nggak nyangka loh Rah, muka polos kayak Lu bakal terjerat kayak begituan", balas Rika.
"Ya kalo lu mau lu bisa ke kamar gua, mungkin kita bisa 'main' bareng."
Sontak Rika dibuat merinding dengan apa yang dikatakan Sarah, entah harus ia jauhi atau tetap dekati teman yang seperti itu. Sisi positifnya, Rika sudah bisa sepenuhnya percaya pada Sarah karena ia sudah menyampaikan rahasia terdalamnya.
Mereka berdua mengikuti mapel yang sama setelahnya.
******
Tanpa diperkirakan oleh Rika, dengan memakai waktu luang, waktu istirahat, dan waktu sebelum tidur, dalam waktu seminggu, ia dapat menyelesaikan 6 dari 7 buku yang dipinjamnya dari perpustakaan itu. Mungkin hanya butuh waktu sehari lagi untuk membuatnya siap untuk mempraktekkan apa-apa yang telah ia pelajari. Dengan pola membaca yang intensif, dari yang awalnya membaca dengan lambat, kini ia sudah bisa dengan cepat memahami isi dari halaman yang ia baca. Mungkin karena ini dilakukan dengan tekad yang kuat, sehingga walaupun terlihat mustahil namun dapat diselesaikan lebih cepat dari yang diduga.