Chereads / Sisi Gelap Jakarta / Chapter 7 - Hipnotis

Chapter 7 - Hipnotis

"ish, kenapa sih kita harus disini, sempit tau sesek nafas gua disini.",kata Sarah.

"Diem ngapa."

Aku telah memutuskan untuk menghipnotis Rafi agar ia mau terbuka denganku. Aku hendak menyelidiki tentang hilangnya Rafi pada Minggu lalu, sekaranglah saat yang tepat untuk melakukannya. Dengan penyelidikan terlebih dahulu, Aku dan Sarah akhirnya dapat masuk ke dalam kamar Rafi tanpa diketahui sedikit pun. Kami bersembunyi di bawah kasur untuk menunggu kedatangan Rafi.

Aku ingin menghipnotis Rafi dengan metode hypnosleep. Menurutku metode itu adalah metode yang paling aman dan paling mudah dilakukan. Selain mudah dipraktekkan bagi seorang pemula, metode ini akan mencegah Rafi untuk memberontak sebagai penolakan karena metode ini dilakukan saat tidur. Mengingat Rafi memiliki tenaga yang besar, kalau dibandingkan dengan Aku dan Sarah, 2 cewek itu tak ada apa-apanya. Cewek emang lebih lemah daripada laki-laki kalo urusan tenaga.

Kami masih menunggu dalam diam, aku terus mengamati pintu padahal Rafi belum datang. kutengok ke Sarah di samping, lalu kucoba untuk memanggilnya karena suaranya tadi tiba-tiba terhenti.

"Rah...,rah...",Sarah tidak menyahut ucapanku, kepalanya terus menengok ke arah sebaliknya,"Yah, lu pingsan ya..?, Jangan pingsan dulu dong, gua masih butuh bantuan lu.", sepertinya Sarah sudah pingsan karena nafasnya sedikit sesak tadi.

******

Nit...

Pintu kamar terbuka. Benar sekali bahwa itu adalah Rafi jika dilihat dari sepatu yang biasa ia pakai. Rafi melepaskan sepatunya di depan pintu, dan langsung saja menjatuhkan dirinya di atas kasur. Guncangan pada kasur yang diakibatkan oleh tubuh Rafi membuat aku dan Sarah tergencet di kolong lantai. Aku masih bisa bertahan, namun aku merasa kasihan pada Sarah yang sudah lemah tak berdaya.

Kutunggu waktu sekitar 2 jam dari waktu Rafi mulai tidur tadi. Aku keluar dari kolong kasur dan meregangkan sedikit tubuhku yang kesakitan. Aku juga mengeluarkan Sarah dari tempatnya. Kulihat Sarah sudah terkatup matanya, dia kupastikan hanya pingsan setelah kucek nadi dan detak jantungnya. Kusandarkan Sarah di lantai karena sekarang adalah waktunya pekerjaanku dimulai.

Sudah kupastikan Rafi telah tertidur nyenyak, bulu matanya bergetar hebat yang mana menandakan dia tengah bermimpi. Dengan mengucapkan basmalah, kupraktikkan teori yang sudah kupelajari selama seminggu itu. Untuk permulaan aku goyangkan sedikit kaki Rafi yang masuk ke jangkauan tanganku. Dalam kegelapan dan keheningan suaraku terdengar,

"Aku mau bicara sama kamu,biarkan kamu tetap tidur. Suaraku membuat kamu tertidur pulas. Semakin kamu dengar suaraku, tidurmu semakin pulas. Rafi, aku temanmu Rika ingin bicara sama kamu. Apa kamu masih mendengarku?, Kalau iya gerakkan jarimu yang ini", aku menyentuh telunjuk kanan Rafi.

Telunjuk Rafi bergerak. Aku tidak menyangka bahwa percobaan pertama bakal berhasil seperti ini, tumbuh sedikit rasa senang dalam diriku.

"Besok, saat istirahat siang kamu mencariku. Kamu mencariku untuk bercerita dengan jujur apa yang aku tanya. Aku sayang kamu,"

"Hmmmphh...",suara Sarah sedikit terdengar di telingaku. Sepertinya Sarah masih setengah sadar, namun ia belum bisa bangun sepenuhnya.

"Semua ini demi kebaikan hubungan pertemanan kita. Jika kamu paham dan setuju, gerakkan jarimu yang ini," kusentuh kembali jari telunjuk milik Rafi,"Jika tidak, gerakkan jarimu yang ini", kali ini aku menyentuh jari tengah Rafi."Mungkin kamu akan lupa dengan pembicaraan ini, namun kamu akan tetap melakukan hal yang kuucapkan. Aku sudah selesai bicara sama kamu, sekarang kamu bisa tidur kembali dengan tenang."

Jari telunjuknya kembali bergerak. Alangkah senangnya hatiku karena hipnotis amatiran berhasil dilakukannya. Tetapi masih ada pekerjaan lainnya menanti, aku harus membawa Sarah yang sudah pingsan ke kamarnya dengan melewati lorong kegelapan. Aku harus memberanikan diri demi teman baik itu. Dengan membuka pintu kamar sambil merangkul Sarah yang bebannya terkesan berat, aku mengucapkan sesuatu ke arah Rafi,

"Tidur nyenyak", Aku tersenyum pada Rafi yang masih tertidur. Rafi tidak akan sadar bahwa ia sudah di hipnotis, dan besok ia akan melaksanakan apa yang kusugestikan.

Dengan bermodalkan senter HP, Aku membawa Sarah yang ada dirangkulan bahu menembus gelapnya lorong di malam hari. Setelah melihat HP aku paham bahwa sudah hampir jam 1 malam. Bagaimana ini, besok kan kegiatannya penuh seharian, yah ini resiko sih, terima aja.

Aku sempat beristirahat di tengah jalan karena kelelahan. aktivitas berat yang kujalani kemarin ditambah harus menjalani misi hipnotis ini dan sekarang ia harus merangkul Sarah yang notabene badannya lebih besar dariku, Semua hal itu membuat tenagaku terkuras habis. kelopak mata sudah perih untuk berkedip, mata memerah dan kantung mata menebal. Tapi aku tak boleh jatuh disitu, nanti bisa ketauan segala rencananya. Tinggal beberapa langkah lagi untuk sampai di kamar Sarah, nafas sudah tersengal-sengal, keringat keluar dengan begitu banyaknya, jantung berdetak dengan cepat.

Begitu masuk ke kamar, aku langsung menjatuhkan Sarah da dirinya ke atas kasur. aku tak bisa berpikir jernih lagi, sehingga langsung pulas tidur di kamar Sarah. Ngomong-ngomong aku belum bilang ke Sarah kalau ingin menginap di kamarnya.

******

"Ka...,bangun ka...., Udah shubuh ini.", aku jadi harus dibangunkan oleh Sarah karena tidur terlalu larut.

"Ya..., Ini gua udah bangun."

Belum apa-apa, dengan muka tidur, aku langsung di hadapkan dengan Sarah, Muka Sarah hanya berjarak sejengkal dari mukaku.

"Ka, gimana kemarin?, Hipnotisnya berhasil nggak?, Maaf ya bukannya bantu lu, gua malah ngerepotin lu gini."

"Nggak apa-apa kok Rah, Lu Kan temen gua", Aku matanya masih setengah terbuka, hendak tidur lagi namun kutahan sekuat tenaga agar mata tak terkatup lagi."

Dengan semangatnya, Sarah mengguncangkan tubuhku sambil bertanya lagi,"Jadi gimana kemarin?".

"Gua berhasil kok, nanti dia bakal cerita kok pas istirahat."

"Kok gua kayak ada yang nyangkut di kepala ya Ka?"

"Apatuh?"

"Kemarin malam gua kayak dengar sayang-sayangan ya di kamar Rafi?, Apa gua yang salah denger?"

"Eeeehhhh....", aku menahan rasa malu itu. Sarah hanya tersenyum melihat temannya itu yang malu-malu kucing.

******

"Enak ya soto-nya Ka", Kami berdua sedang duduk di kantin sambil menikmati soto saat istirahat siang itu. Sarah terlihat memakannya dengan lahap sementara Aku hanya termenung tanpa menyuap satu sendok pun. Lamunanku dibuyarkan oleh panggilan Rafi yang berasal dari belakang, aku hampir lupa bahwa hari itu ia memiliki janji dengan Rafi.

"Oh ya, gua hampir lupa. Raf, lu bisa nggak ceritain tentang hilangnya diri lu pas Minggu lalu?"

Rafi segera mengambil bangku di hadapan Rika dan Sarah lalu membuka mulutnya panjang lebar. Ia hanya bercerita kejadian yang ia alami, ia bilang begitu, dalam artian yang masuk ke dalam kesadarannya saja. Ia bercerita tentang ruangan rahasia itu dan juga penyiksaan yang ia alami. Kak Kenji juga masuk kedalam topik pembicaraannya.

"Kalo emang gitu, kita harus selidiki ruangan kayak lab itu letaknya dimana. Oiya kita juga belum bikin denah panti ini."

"Tenang kok gua udah bikin",Sarah menyahut suaraku.

Aku tersenyum bahagia, Rafi pun juga. Sarah ternyata diam-diam bekerja tanpa mereka ketahui. Penyelidikan mereka sudah selangkah lebih maju. Sarah bisa bekerja tanpa diketahui, apakah masih ada yang ia sembunyikan?