Chereads / Please, Love Me.. / Chapter 27 - Salah Paham

Chapter 27 - Salah Paham

"Kamu boleh bilang aku minder karena jawabannya iya. Aku udah suka kamu dari bulan-bulan lalu tapi makin aku suka makin aku sadar aku ga boleh kaya gitu. Kamu pantes dapet yang lebih dibanding cowok yang kaya aku." Dariel sudah pasrah kali ini dengan respon Ara. Dia hanya diam menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya dan tak lama dia melihat Ara pergi begitu saja sambil menutup pintu. Dia berjalan pergi meninggalkan Dariel sendiri disana membuat Dariel berpikir apakah dia sudah melakukan kesalahan?apakah dia sudah jahat?atau dia salah paham tentang kebaikan Ara?. Dariel berjalan dengan lesu ke ruangannya. Duduk di kursinya dengan berbagai macam pemikiran.

"Aku salah." Dariel berbicara sendiri sambil meratapi nasibnya. Sudahlah dia memang pantas diperlakukan seperti itu. Bagaimanapun belakangan perlakuannya pada Ara kurang baik. Dariel membereskan meja kerjanya. Dia mengambil tas lalu turun menuju basement. Matanya hanya terfokus pada angka-angka di lift. Saat pintunya terbuka dia juga melihat Farah dan Sandi sedang berjalan. Dariel tak langsung menyapanya mereka keburu masuk mobil. Dariel dengar-dengar mereka semakin dekat. Baguslah. Farah memang cocok dengan Sandi. Dariel mencari-cari mobilnya. Dia sampai lupa parkir dimana. Argh...semuanya mendadak kacau begini. Sepanjang perjalanan pulang dia memikirkan lagi kata-kata yang terlontar tadi. Apa pantas?, harusnya Dariel tak mengaku seperti itu. Harusnya dia bilang saja alasan lain.

"Mungkin aku juga salah mengartikan kebaikan Ara. Itu hanya kebaikan seorang bos kepada anak buahnya." Pikir Dariel dalam hati. Dia tak tenang. Pokoknya bagaimanapun caranya dia harus berbicara dengan Ara. Dia harus menyelesaikan semua masalahnya. Dariel kini sudah tak berharap dicintai oleh Ara, dia hanya ingin memperbaiki hubungannya agar kerjasama mereka di kantor bisa berjalan baik. Baginya tak perlu ada balasan cinta pun tak apa penting ada kejelasan saja tentang hubungan mereka. Sesampainya dirumah, Dariel mengambil handphonenya. Dia mencoba menghubungi Ara untuk memastikan semuanya baik-baik saja.

- Ra kamu marah?

Ketik Dariel lalu mengirimkannya ke Ara. Dariel menunggu dengan gelisah balasan Ara. 5 menit berlalu, 10 menit berlalu, 30 menit berlalu Ara tak kunjung membalas.

- Ra kita perlu ngomong.

Dariel mengirimkan lagi pesannya namun tetap tak ada balasan.

- Kamu sibuk ya?

Dariel kini tak bisa menunggu lagi balasan Ara dia langsung melakukan panggilan namun tak ada gunanya juga. Ara tetap tak mau mengangkat panggilannnya.

"Angkat dong..." Dariel tak sabar namun tak ada tanda-tanda suara Ara disana dan didetik selanjutnya nomer Ara tak bisa dihubungi.

"Ah...sialan.." Dariel melempar handphonenyanya ke atas tempat tidur namun tak lama suara dering ponselnya terdengar namun itu Chandra.

- Halo...

- Riel, ditungguin nih sama anak-anak katanya mau badminton bareng..

- Oh iya gw lupa Chan.

- Buruan deh nyusul kesini.

- Iya-iya gw kesana sekarang.

Dariel menutup panggilan yang dia sangka tadi dari Ara padahal dia sudah sempat senang mendengar Handphonenya berbunyi.

"Ra...please...bales..." Dariel berharap dengan sungguh-sungguh. Dia masih punya harapan agar Ara mau membalas pesannya atau bahkan menelponnya. Pulang badminton nanti Dariel harap harapan itu menjadi nyata.

*****

Keesokan harinya di kantor Dariel tak menemukan batang hidung Ara. Ruangannya tampak sepi dan gelap tak ada tanda-tanda Ara kerja hari ini sementara Kenan ayahnya sudah hadir sejak pagi. Dariel yang penasaran pun tak berani bertanya pada Chandra karena biasanya dia yang tahu kemana Ara pergi.

"Kacau...kacau. kacau...." Dariel tak bisa berkonsentrasi hari ini. Kursinya terus dia putar sementara komputernya menyala entah menampakkan data apa.

"Dari semalam aku hubungin ga bisa, dia kemana sih?" Dariel menduga-duga dalam hatinya.

"Riel ikut meeting yuk, bisnis review.." Dikta tanpa mengetuk membuka pintu membuat Dariel terkejut.

"Oke pak." Dariel yang sigap langsung membawa laptopnya dan tak lupa perlengkapan lain yang dia perlukan. Saat masuk ruang meeting tampak Kenan sudah duduk disamping Riko dan stafnya begitupun sosok yang Dariel cari sejak pagi. Ara ada disana sudah duduk dengan manisnya tanpa sedikitpun melihat ke arah Dariel. Meeting pun dimulai dengan berbagai pembicaraan yang cukup seurius. Dariel kali ini mencoba fokus dan tetap bersikap profesional seperti yang selalu ia katakan. Ara juga kali ini tampak banyak berbicara dengan segala pengetahuannya yang dia punya. Sepertinya dia sudah mulai paham dengan alur bisnis yang ada diperusahaan ayahnya. Dariel tersenyum tapi Ara masih memasang wajah juteknya.

- Kita ketemu ya, habis meeting aku keruangan kamu.

Dariel mengetikkan sesuatu di Handphonenya dan mengirimkan pesan itu pada Ara. Namun disana hanya terlihat ceklis satu. Apa kali ini Ara memblokir nomormya?. Ah...Dariel semakin dibuat putus asa. Dia tak mengerti bagaimana cara menghadapinya. Selesai meeting pun Ara langsung pergi dan bukan ke ruangannya, dia masuk menuju lift entah kemana dan diam-diam Dariel mengikutinya ketika tahu kemana Ara akan pergi. Dia bahkan rela berlari menggunakan tangga darurat agar bisa menyusul Ara. Ini sudah jam 5 sore jadi jelas bukan jam kerja. Saat Dariel mengikutinya langkah Dariel terhenti saat Ara menyapa seorang pria yang langsung membukakan pintu mobil untuk Ara.

"Oh...Dia udah punya pacar..." Dariel bersedih kali ini. Matanya masih menyaksikan adegan itu bahkan Ara tersenyum saat pertama kali melihat wajah pria yang tak Dariel tahu siapa. Dariel kembali ke atas dengan lemas.

"Ah, udahlah ngapain sih. Mana ada dia suka sama aku. Dariel Dariel ada-ada aja." Dariel mencoba memberi semangat pada dirinya sendiri sambil merapikan meja kerja yang sudah berjam-jam dia tinggalkan. Cukup lama dia membereskan mejanya, Dariel pun turun menuju parkiran dan pulang.

"Ga papa, ini bukan apa-apa. Aku udah pernah diginiin." Dariel berbicara sendiri dalam mobilnya. Matanya terus tertuju pada jalanan yang menujukkan kemacetan. Rasanya semua sudah jelas. Ara tak pernah menyukainya. Dariel hanya salah paham. Ya sudah besok-besok dia akan tahu diri. Dia adalah bawahan Ara. Dia akan lebih sopan padanya. Meskipun hubungan secara pribadi mereka tidak baik tapi Dariel harap soal perkejaan Ara masih bisa diajak kerjasama. Dariel senyum-senyum sendiri di mobil selayaknya orang gila. Sesekali dia menggelengkan kepalanya, merasa tak habis pikir dengan semua tingkah lakunya belakangan. Kenapa dia terkesan sedang mengejar-ngejar Ara? Kenapa dia selalu ingin Ara menabarinya?. Dariel merasa seperti sedang dirasuki seseorang. Kemarin-kemarin itu pasti bukan dirinya. Dariel yang biasa tak mungkin bersikap seperti itu. Dia biasanya acuh terhadap wanita apalagi wanita kaya raya, biasanya Dariel akan langsung menjauh. Kemarin saja dia khilaf dan kali ini dia sadar.

****To be continue