Semua orang di ruangan itu termasuk penyelenggara lelang, terkejut setengah mati. Terutama para kaum hawa yang mulai histeris kegirangan tidak karuan. Wajah-wajah mereka terpancar kekaguman yang luar biasa terhadap sosok yang berjalan memasuki ruangan tersebut. Bagi Leng Yejin, seratus juta Yuan hanyalah sejumlah uang yang tidak berarti. Sama sekali bukan sesuatu yang perlu diributkan. Sungguh-sungguh membuat orang lain iri luar biasa dengan orang yang akan menjadi pendampingnya.
Seorang wanita menoleh dan mendapati wajah Tong Lu yang tampak terluka namun tidak berdarah sambil menggelengkan kepalanya dengan penuh simpati. Bukankah aku sudah mengatakan jangan memperebutkan barang yang diinginkan oleh wanita milik Leng Yejin? Sekarang dia tidak hanya dipukul habis oleh Nona Xu, namun juga dihancurkan hingga berkeping-keping oleh Leng Yejin, batin wanita itu sambil tetap memandang ke arah Tong Lu yang tidak bergerak sama sekali dari tempatnya berdiri.
Sementara Tong Lu sendiri saat ini sedang menatap lurus ke arah pria yang baru saja memasuki ruangan tersebut. Kakinya mendadak terasa lemas dan tubuhnya terasa mulai oleng ke belakang saking terkejutnya. Dadanya terasa sesak dan membuatnya kesulitan untuk bernapas secara normal saat ini. Orang itu… Gumamnya dalam hati.
Pria muda itu terus berjalan menuju ke bagian depan panggung. Semakin lama semakin mendekat ke arah Tong Lu yang masih berada di samping Xu Jing.
Tong Lu bagaikan melihat hantu saat ini. Dia sama sekali tidak paham bagaimana mungkin pria yang sedang berjalan mendekat ini begitu mirip dengan mendiang suaminya yang sudah meninggal. Alis dan pancaran mata pria itu menunjukkan kearoganan dan karakter dirinya yang tampak dingin.
Tong Lu segera menggosok-gosokkan matanya kuat-kuat. Dia masih tidak percaya bagaimana mungkin pria itu sangat mirip dengan mendiang suaminya yang telah tiada. Bahkan tatapan matanya juga begitu mirip dengan cara mendiang suaminya menatapnya kala itu, yakni sebuah tatapan yang sangat mengintimidasi dan membuat orang lain seolah harus bersujud di bawah kakinya.
Apa dia adalah Guru Shuo? Tidak. Itu mustahil! Guru Shuo telah meninggal sejak lama. Bahkan aku sendiri yang mengurus segala proses pemakamannya. Jadi siapa orang ini? Batin Tong Lu berkecamuk tidak karuan berusaha menerka-nerka siapa sosok yang sedang berjalan semakin dekat ke arahnya.
Tong Lu tidak dapat lagi menahan gemetar yang seluruh tubuhnya sedang rasakan saat ini. Secara tidak sadar, dia menahan napasnya selama beberapa saat ketika pria itu berjalan melewati dirinya tanpa sekalipun menoleh ke arahnya. Pria itu tampak berjalan lurus ke atas panggung, melepas liontin batu giok itu dari meja pajangan dan membawanya turun meninggalkan panggung.
Seluruh peserta lelang menoleh mengikuti arah tatapan mata pria itu, yang tentu saja tidak lain tidak bukan adalah mengarah kepada Xu Jing. Leng Yejin melangkahkan kakinya menuruni panggung dan menuju ke arah meja wanita yang dikabarkan sebagai calon istrinya itu.
Begitu melihat Leng Yejin berjalan ke arahnya, Xu Jing segera menunjukkan senyum terbaiknya sambil merapikan gaun indahnya. Sekilas dia menyempatkan diri untuk melirik ke arah Tong Lu dan menaikkan sebelah alisnya seolah sedang memamerkan sesuatu. Dia kembali menatap ke arah pria itu sambil tersenyum manis, seolah-olah dia adalah wanita paling bahagia di dunia ini.
Namun kenyataan tidak seindah itu. Tidak disangka-sangka, Leng Yejin berjalan begitu saja melewati Xu Jing, lalu malah berjalan lurus ke arah Tong Lu yang terlihat pucat dan sekujur tubuhnya yang gemetaran.
Leng Yejin berjalan cukup pelan, namun matanya tidak sedikit pun melirik ke arah Xu Jing, seolah-olah wanita itu hanyalah angin yang berhembus. Xu Jing menatap pria yang melewatinya begitu saja itu dengan tidak terpercaya. Ekspresinya berubah seketika menjadi ekspresi bertanya-tanya akan apa yang sebenarnya sedang terjadi.
"Ka… Kamu…" ucap Tong Lu terbata-bata. Kakinya secara tidak sadar melangkah mundur seiringan dengan tubuh Leng Yejin yang berjalan mendekat.
Namun Leng Yejin menarik tangan Tong Lu sehingga tidak dapat menghindar lagi. Matanya menatap lurus ke arah matanya. Gadis itu tampak takut-takut balas menatap matanya dengan tatapan bingung dan tidak paham.
Kemudian Tong Lu menarik sebuah napas panjang untuk menenangkan dirinya. Jantungnya berdetak begitu kencang, seolah bersiap untuk melompat keluar dari tenggorokannya. Tidak disangka-sangka, tubuh Leng Yejin mendekat ke arahnya. Dan dalam sekejap, tubuhnya tertutup oleh sosok jangkung yang ada di hadapannya. Dia merasa kegelapan menyelimuti dunianya dalam sekejap, sebuah aura yang sangat mengintimidasi meliputinya. Aura pria itu terlalu kuat dan mendominasi.
Lengan Leng Yejin tiba-tiba dilingkarkan pada lehernya. Tong Lu dengan cepat menggunakan tangannya untuk menghalangi pria itu sambil berseru pelan, "Ja… Jangan..."
Leng Yejin menundukkan kepala dan melirik tajam ke arahnya Tatapan mata itu tampak terlalu kuat dan mengerikan. Hal itu sontak membuat Tong Lu tidak berani lagi menggerakkan tubuhnya sedikit pun. Entah mengapa dia merasa seolah-olah pria itu dapat sewaktu-waktu memukulnya jika dia terus-terusan bergerak. Dia dapat merasakan wajahnya memerah bagaikan kepiting rebus saat ini. Dalam waktu sekejap, dirinya mengalami banyak hal yang terlalu mengejutkan. Dia merasa sangat malu dan ketakutan yang teramat sangat, sehingga tubuhnya terdiam kaku bagaikan kayu.
Sedangkan di sisi lain, Xu Jing memandang pemandangan yang ada di hadapannya dengan perasaan tidak karuan. Dia belum pernah merasa begitu malu seperti ini dalam hidupnya. Siapa sebenarnya wanita ini? Batinnya geram sambil mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Dia kini telah bertekad bulat untuk mengalahkan Tong Lu dengan cara apa pun juga.
Hanya beberapa detik, Leng Yejin mengambil langkah mundur dan menjauhkan tubuhnya dari tubuh Tong Lu. Sepasang matanya menatap lurus ke arah leher gadis itu dengan pandangan puas dengan hasil karyanya.