Tidak lama Maria menemukan kamar yang akan mereka tempati pasalnya beberapa tahun dia telah lalui di rumah Paulo sebagai seorang istri. Maria juga sering membersihkan kamar tamu jadi rumah ini layaknya rumah sendiri.
Dia pun melemparkan tubuh ke atas dan ranjang. Rasanya beban mendadak hilang begitu badannya bertemu kasur. Untuk sesaat pikirannya melayang sesaat. Kendati rumah ini memiliki kenangan pahit yang merupakan sebuah tragedi tapi di sini juga ada kenangan manis antara dia dan kakek Nicholas.
Nicholas selalu memanjakan Maria. Pria tua itu juga membela Maria saat Hera memojokkan dirinya. Sedang Taffy ... awalnya dia sangat menyayangi dan mencintai Maria. Maria tahu perasaan Taffy yang sebenarnya tapi sejak melihat perselingkuhan antara mantan suami bersama Indri, Maria langsung mengerti bahwa cinta Taffy hanyalah sesaat bahkan dengan teganya menyuruh seseorang menghabisi nyawa Maria.
Tanpa sadar air mata mengalir di pipi namun cepat dikesat. Maria sudah berjanji tak akan menangis karena pria berengsek itu tapi kenapa Maria tetap merasakan sakit hati?
"Kenapa melamun begitu?" Suara Zen menyadarkan Maria dari lamunan. Dia mencoba tersenyum kendati tetap memperlihatkan kesedihan yang mendalam.
Zen duduk di samping si istri palsu. Ditatapnya lekat dan menemukan bekas air mata di pipi wanita itu. "Kau habis menangis ya?"
"Ah tidak kok." bantah Maria kaget. Sepasang tangan milik Maria secara otomatis berusaha menghapus bekas air mata dari wajahnya.
"Sudah jangan berbohong. Aku tahu kamu sedang sedih, memikirkan apa?"
"Zen, aku tak apa-apa."
"Tidak, kau itu tak pandai berbohong." Pada akhirnya Maria terdiam. Dia tersenyum pahit sebelum mengatakan apa yang ada di benaknya.
"Aku hanya mengingat kenangan di masa lalu saja. Itu sangat menyakitkan." Mendengar perkataan Maria sekaligus ekspresi dari wanita itu, Zen langsung mengerti yang dimaksud oleh Maria.
"Padahal baru beberapa bulan tapi--" Maria menghentikan ucapannya saat mendadak Zen memeluknya tanda sebagai penghiburan.
Napas Maria tercekat. Air mata jatuh dengan derasnya sedang tangannya meremas pakaian milik Zen. Masih dengan berpelukan Zen melirik ke arah pintu di mana sesosok pria tampak melihat mereka berdua dengan tajam.
Siapa lagi kalau bukan Taffy. Kenapa pria itu selalu saja melihat mereka ... sepertinya tak tepat mungkin kepada Maria. Mengapa Taffy penasaran dengan Maria? Tidak mungkin dia mengenal Maria sebab Zen menutupnya dengan sempurna.
Tentu saja Zen tak akan membiarkan Maria berada di dalam tangan Taffy sekali lagi. Dia telah menyia-nyiakan wanita baik ini dan Zen akan membuat Maria bahagia.
❤❤❤❤
Kedatangan Zen dan Maria membuat suasana hangat di rumah Paulo kental terasa. Nicholas yang selalu naik darah tampak senang ketimbang naik darah seperti beberapa hari sebelumnya.
Dia selalu bersama dengan Zen atau bersama dengan Maria. Para pelayan juga ikut senang karena ada ketenangan sedikit. "Lizzy kau suka merajut?"
"Iya Kakek. Kadang-kadang sih hanya pengusir kebosanan saja." ucap Maria sembari menyunggingkan senyuman. Maria beserta Nicholas tengah berada di ruang keluarga. Di sana juga ada Taffy dan James si kepala pelayan.
"Wah rajutanmu bagus juga."
"Terima kasih Kakek." Cukup lama Nicholas menatap rajutan syal dari Maria kemudian membuang napas berat.
"Melihatmu seperti ini. Kakek jadi teringat sama Maria." Begitu namanya disebut, Maria dan Taffy sama-sama membeku.
Maria mencoba berakting dengan menunjukkan ekspresi bingung. "Maria? Siapa dia?"
"Mantan istri Taffy." Ada ekspresi kesedihan di sorot mata Nicholas yang membuat wanita itu tak tega untuk bertanya tapi untuk melengkapi aktingnya dia harus bertanya dengan nada polos.
"Mantan istri? Memangnya ada apa dengan dia?"
"Dia--"
"Hentikan Kakek!" seruan dari Taffy membuat pria itu menyita perhatian dari semua orang yang berada di satu ruangan dengan mereka.
Sorot mata dingin dari Taffy menunjukkan jika dia muak sekali dengan perbincangan Maria beserta Kakeknya. "Jangan katakan lagi tentang dia, aku muak!"
"Tapi Taffy--" Taffy langsung bergerak menuju ruang kerja miliknya dengan suasana hati tak nyaman. Sepeninggal Taffy, Nicholas menggelengkan kepala.
"Dasar anak itu selalu saja tak suka jika ada orang yang membicarakan Maria." Di sisi lain, hati Maria serasa teriris saat melihat respon Taffy jika menyangkut tentang dirinya.
Dalam hati Maria tertawa getir dan berpikir bahwa dia benar-benar dibenci Taffy sehingga tak mau mendengar tentang Maria. "Oh ya Lizzy mau ikut Kakek tidak?"
"Ke mana?"
"Bersiap-siaplah dulu nanti Kakek akan mengatakannya padamu." Maria memberikan senyuman simpul lalu mengangguk setuju.
Sementara itu Taffy terus berkutat dengan pikirannya sampai tak sadar jika Indri datang. "Sayang." panggil wanita itu manja. Dia pun mendekat dan ingin memeluk pria itu.
Naasnya ketika jemari Indri mulai menyentuh tangannya saja, Taffy tersadar dan memandang Indri dengan tatapan dingin. "Sedang apa kau di sini? Pergilah, aku tak mau diganggu."
Indri merengut sebal. "Taffy--"
"Indri jangan sampai kesabaranku habis." Karena tak mau terjadi keributan, Indri pun beranjak dari tempat tersebut meninggalkan Taffy sendirian.
Di luar Indri mendecak kesal. Ini sudah lima bulan tapi Taffy tetap saja tak mau memandangnya. Kenapa Taffy belum bisa move on dari Maria?
❤❤❤❤
Mobil yang ditumpangi oleh Nicholas dan Maria akhirnya berhenti di pekuburan. Meski tak tahu akan dibawa ke mana tapi wanita itu mengikuti keinginan Nicholas. Mungkin saja dia ingin mendatangi kuburan sang istri yang sudah lama meninggal tapi sejak kapan ya pindah tempat pekuburannya?
"Kita sampai." Mata Maria langsung menyorot batun nisan di hadapannya dan terperanjat. Wajahnya memucat sedang lengan yang awalnya berada di lengan milik Nicholas untuk memapah terlepas begitu saja.
Nicholas berjalan mendekat. Diletakkannya buket bunga yang dia beli. "Maria ... kakek datang menjengukmu."
Maria terdiam. Sepasang matanya mulai berkaca-kaca dan air mata jatuh tepat saat Nicholas bercerita suatu kebohongan yang menyakitkan.
"Ini Maria. Dia mantan istri Taffy yang meninggal akibat kecelakaan mobil tunggal bahkan saat menemukan mayatnya kami tak bisa mengenali jasad Maria. Dia adalah wanita baik dan sayang pada setiap anggota keluarga. Sayangnya Maria meninggalkan kami terlalu cepat. Taffy pun sangat merasa kehilangan, kakek juga." tutur Nicholas bernada lirih.
"Tapi ketika kau ada entah kenapa Kakek merasa sosok Maria hidup kembali. Segala yang kau suka sangat mirip dengan Maria kami dan aku senang sekali karena kau adalah istri cucuku setidaknya kau bisa menjadi pengobat rindu jika kakek mengingat Maria. Apa boleh?" Sebagai respons Maria hanya mengangguk.
"Kenapa kau menangis Lizzy?"
"Aku terharu dengan ucapan Kakek." jawab Maria tersendat-sendat. Padahal bukan itu alasan sebenarnya tapi karena mereka teganya menipu Nicholas yang sudah tua. Dengan entengnya mereka membuat kuburan untuk dirinya sedang Maria sendiri masih hidup.