Kami menikmati konser malam itu. Sia tampil begitu elegan dan tentu saja terlihat sangat cantik. Diperjalanan pulang Andre tampak santai dan tak mau mengungkit soal apa yang aku katakan sebelumnya. Hal itu membuat ku canggung untuk memulai pembicaraan dengannya.
"Ehm...hmt..." aku menundukkan kepalaku dan menongkah jidatku dengan tangan kananku.
Andre melihat kegelisahan ku, ia melirik ke arahku dan berkata: "Ada apa, kamu tidak enak badan? Dari tadi kamu terlihat banyak pikiran". Ia mengambil tanganku dan menggenggamnya sambil mengemudi. "Ceritakan jika kamu ada masalah, jangan di pendam sendiri" Kata Andre sambil mengelus lembut tanganku dan menciumnya.
Aku melihat ke arahnya, entah apa yang harus aku pikirkan soal hubungan kami. Kepala ku tiba-tiba kosong dan ku tak berdaya dengan hal itu. Aku melihatnya dan tak berpaling untuk melihat yang lainnya. Mataku hanya bisa terfokus diwajahnya saja.
"Hei... Ana...Ana?" Andre sesekali melirik ke arahku dan melambai-lambaikan sebelah tangannya. Ia tersenyum, "kenapa kamu bengong!" tanyanya.
Ah, aku terbangun dari kebingungan ku sesaat dan membalas senyumannya. "Apa salah jika saya melihat wajah tampan pacarku?!" kataku
"Baiklah... lihatlah sebanyak yang kamu mau" Jawab Andre. Aku terus menatapnya dan tersenyum manja. Namun tanpa sadar mataku juga menunjukkan kesedihan yang berusaha ku sembunyikan di balik senyumanku. "Ana... lama kelamaan kamu membuatku malu... Kau memandangi ku seperti itu membuat ku sedikit gelisah" Ujar Andre.
Aku menongka daguku dengan kedua tanganku sambil senyam-senyum melihatnya dan sedikit menggoda Andre "Memangnya ada apa dengan cara pandang ku?" balik ku bertanya kepada Andre.
Andre tersenyum kecil...
"Kau terlihat seperti anak anjing jika terus melihatku seperti itu, aku takut jika kamu terus melakukannya, aku akan menerkam mu sekarang!" Ujar Andre balas menggoda ku dengan raut wajah yang siap untuk melakukan sesuatu terhadap ku jika aku terus memandangi nya. Ia juga menggelitik pinggangku menggunakan sebelah tangannya...
"Ah, sayang...hahahaha" tawaku "Baiklah.. saya akan melihat ke depan" Ujarku kembali.
"Sebentar lagi kita akan sampai. Apa perlu kita membeli beberapa bir?" Tanya Andre.
"Hmt, boleh...Biar saya yang turun membelinya" Ujar ku.
Andre memarkirkan mobilnya di sebelah kiri jalan swalayan. Dan aku pergi membeli beberapa bir untuk kami nikmati di apartemen ku. Saat aku hendak mengambil salah satu bir, tangan ku bersentuhan dengan tangan seorang pria dewasa yang hendak mengambil bir yang sama denganku. Aku melihat ke arahnya hendak memberitahukan bahwa ia harus melepaskan bir itu dan memberikannya padaku. Pria itu tersenyum ramah, ia melepaskan tangannya dan mengambil bir yang lain dan berlalu pergi. Baru beberapa langkah ia berbalik dan berkata:
"Birnya masih banyak kok. Kau ngak perlu memasang ekspresi wajah seperti ingin menerkam ku hanya karena sebotol bir yang masih banyak terpajang di rak itu, dasar wanita bir" sambil berkata begitu, pria itu menunjuk ke arah rak bir. Lalu melangkah menjauh.
Mendengar perkataan nya entah kenapa membuat ku kesal "Apa! Wanita bir... Kamu..."
Aku hendak mau melemparkan bir ke arahnya. "Ah, sudahlah..." ku urungkan niatku untuk lanjut membuat masalah.
Aku membayar belanjaan dan keluar swalayan dengan wajah sedikit cemberut. Setelah masuk ke mobil, tampaknya Andre memperhatikan ku tampak tak senang.
"Kau kenapa lagi sih, sayang? Tanya Andre
"Ah, bukan apa-apa... Hanya saja pria tadi..." Ujarku sambil menunjuk ke arah swalayan
"Pria tadi... maksudnya?" Tanya Andre bingung.
"Ah, sudahlah... tidak ada yang spesial" Jawabku tak ingin melanjutkan...
Andre sama sekali tak menuntut ku untuk menjelaskan kejadian itu secara mendetail. Dia tidak selalu penasaran akan apa yang terjadi padaku. Sehingga semua akan berlalu begitu saja. Tidak sampai 5 menit kami tiba di apartemen ku. Seketika hatiku deg-degan untuk melangkah maju. Wajahku menjadi memerah saat mengingat bahwa aku mengajaknya bercinta untuk pertama kalinya malam ini...
Andre berjalan di belakang ku dan mengikuti ku masuk ke dalam apartemen ku. Aku sedikit gelisah dan deg-degan menantikan malam kami hari ini. Namun saat aku melirik wajah Andre, dia terlihat sangat santai seakan-akan aku tidak pernah berucap bahwa hari ini aku mau bercinta dengannya.
Andre mengambil posisi dan duduk di atas sofa di depan tv ruang tamu. Ia melihat ke arahku "Kenapa kau sangat tegang?" tanyanya. Aku kaget dan bertanya malu-malu "Apakah kamu ingin mandi duluan ataukah saya yang harus mandi duluan?"
Andre tampak malu, sisinya yang seperti itu belum pernah kulihat. Dia seperti anak anjing penurut yang sangat manis! Wajahnya memerah dan berkata dengan pelan "Biarkan aku yang mandi duluan" Ujarnya. Dia berdiri dan melangkah maju ke kamar mandi.
Terdengar bunyi air jatuh mengalir pertanda ia sedang sibuk membersihkan dirinya. Aku mondar-mandir di depan tv ruang tamu ku. Sesekali ku gigit jariku karena sangat tegang.
Tiba-tiba terbayangkan sosok Andre yang sedang mandi yang begitu menggoda yang terbayang di dalam pikiran ku. Darah mengalir keluar dari hidung ku...
"Ah, tidak... apa yang ku pikirkan... itu tidak sopan" Ujarku dalam hati sambil memukul-mukul kepalaku.
Krek,, bunyi pintu kamar mandi terbuka. Aku melihat Andre dengan busana mandi membuat ku tak kuasa menahan jantung ku yang mau meledak. Andre melihat ku heran dan sedikit malu bertanya "Apakah kau tak mau mandi sekarang?"
Aku langsung salah tingkah dan segera berlari ke dalam kamar mandi...
Ku nyalakan showernya dan membersihkan diri dengan cepat. Ku siapkan hatiku untuk melakukannya. "Saya pasti bisa" ku kepalkan kedua tanganku dan memberi semangat pada diri ku sendiri. Dengan percaya diri aku berjalan keluar dari kamar mandi, dan melangkah mengambil posisi dengan duduk tepat di sampingnya. Andre yang sedang asyik menonton tv sambil memegang sebotol bir di tangannya tiba-tiba meletakkan bir itu ke atas meja.
Kami berdua sangat canggung, dengan hati-hati dia merangkul pinggangku dan melihat ke arahku. Kami benar-benar tampak begitu polos seperti belum pernah berciuman dengan liar sebelumnya. Bahkan Andre terlihat seperti pemula sekarang...
Aku menggenggam tangannya dengan erat hendak berkata lakukan saja. Ia tampak ragu-ragu tidak seperti dia yang biasanya. Mungkin karena kami akan melakukannya malam ini sehingga ia tampak sangat berhati-hati.
Kumantapkan pilihanku, lalu memeluknya dengan lembut dan kubisikan ke telinganya "I'm Yours" Sontak jantung kami berdekup lebih kencang "deg-deg" ...
"Saya menantikan malam ini Andre" Ujarku...
Kami bertatapan, dan Andre memulainya dengan sentuhan bibir yang hangat perlahan-lahan. Oh, rasanya seperti gulali yang ketika dimakan pecah dimulut ku.
Ia membuka ikatan busana mandiku dengan perlahan, memasukan tangannya ke dalam busanaku dan menyentuh pinggang ku. Perasaan aneh nan bahagia tiba-tiba menyeruak ke seluruh tubuh ku, bagai madu yang sedang menari-nari dalam pengecapan ku. Pikiran ku kosong, semua sentuhannya terasa membahagiakan. Ia mulai mencium leherku dan semakin turun ke bawah.
"Ah,, hah...uhm" Dia menyentuh daerah sensitif.
"Sayang...aku sudah tak tahan" ujar Andre
"Huh, uhh, jangan berhenti..."
Andre memegang tanganku dan mengarahkan nya ke bagian bawah tubuhnya.
"Ah, sayang..." Ujar Andre mendesah...
Aku mulai bermain-main dengan tuntutan Andre. Ku cium lehernya dari atas turun kebawah...
"Sayang, sebentar..." Ujar Andre...
Ia menggenggam tanganku, Lalu mengangkatku naik menuju ranjang...
Dihempasnya aku dengan lembut dan dilakukannya lagi...
"Ah...uuuhhahhh..." Dia terus memainkan bagian sensitif ku...
"Hah...hah..." Desahan ku membuatnya lebih bergairah.
Dibukanya busananya dan perlahan-lahan membantu ku juga mengeluarkan seluruh busanaku. Sehingga tak ada sebenang pun yang melilit tubuh ku. Badan ku gemetaran, namun Andre melakukannya dengan baik.
Kami mencapai klimaksnya dan melakukannya...
Aku akhirnya kehilangan keperawanan ku malam itu. Ku berikan hal paling berharga dalam hidupku untuk Andre.
"Maaf ibu, saya tak mau kehilangan dirinya. Saya sungguh sangat mencintainya!"...
Malam itu Andre tak sadar bahwa air mataku mengalir keluar membasahi wajahku. Bukan karena tidak bisa menahan kesakitan saat pertama kali melakukannya. Namun karena wajah ibuku terbayang di benakku. Aku telah melanggar janji kami...
***