Chereads / Cinta & Gairah (Ana dan Andre) / Chapter 6 - Salah paham

Chapter 6 - Salah paham

Ketika suara Andre terdengar, aku langsung bergegas menuju pintu masuk menyambutnya kembali dengan senyuman di wajahku.

"Kau terlihat bahagia, apa ada sesuatu?" Ujar Andre.

"Apa sangat terlihat?" Jawabku. "Apa kamu lelah, biar ku bantu membawakan tasmu"...

Kami berjalan ke ruang ke arah ruang tamu. "Bagaimana kondisi kantor?" tanyaku

"Semuanya baik-baik saja sayang" Jawab Andre.

"Hmt, sayang saya sudah membuat makan malam untuk kita. Segera lah mandi dan temui aku di ruang tamu" Ujarku.

Andre melihatku "Bagaimana jika kamu menemani ku mandi sayang?" tanya Andre sedikit menggoda.

"Saya sudah selesai mandi sayang" Ujarku sambil meletakkan kedua tanganku di dada Andre.

Andre memelukku "Apa kau mau bercinta denganku malam ini?" Bisiknya di telingaku...

Lesung pipiku memerah, jantung ku berdegup sangat kencang. Aku takut Andre bisa mendengarkan nya sehingga aku sedikit mendorongnya "Kamu sudah bau, cepatlah mandi..." jawabku mengalihkan topik pembicaraan.

"Baiklah,, kalo begitu berikan aku sedikit semangat!" tatapan Andre nakal sambil memajukan bibirnya ke arahku.

Ah, aku segera menempelkan dengan cepat bibirku ke arah bibirnya. "Sekarang pergilah mandi..." aku bergegas mengalihkan pandangan ku dan hendak pergi ke dapur.

Tangan Andre menggapai tanganku, seperti nya ia tak mengijinkan ku untuk pergi begitu saja, apakah dia ingin lebih! Pikirku

Aku berbalik dan hendak ingin menolaknya untuk berciuman lebih intens. Namun saat ku berbalik dia berkata: "jangan sampai terluka saat di dapur. Aku akan segera mandi dan datang untuk menikmati masakan mu" ujar Andre santai.

Sontak aku tak tau harus berekspresi seperti apa. Tampaknya hanya diriku yang berpikir terlalu liar sekarang.

"Baiklah. Pergi cepat sana..." jawabku sedikit kesal karena berharap sesuatu yang lebih...

Sebaiknya aku segera ke dapur memanas kan masakannya.

***

"Humm, tercium bau yang sangat harum. Bahkan aku bisa menciumnya dari kamar mandi. Aku tak sabar untuk mencicipi masakan mu sayang" kata Andre sambil berjalan ke arahku.

"Kamu sudah selesai rupanya. Berhenti disana. Jangan kesini dulu..." Ujarku membuat Andre penasaran...

Aku berlari ke arah Andre dan menutup matanya serta menuntunnya ke arah meja makan.

"Ta...da... bagaimana? Ini khusus ku buatkan untuk mu... apa kamu suka?" aku sangat bersemangat untuk menunjukkan hasil karyaku padanya.

"Hmm, kelihatan bagus..." Andre menunjukkan ekspresi yang biasa saja. Dan membuat ekspresi lain seakan-akan masakan ku malam ini sungguh luar biasa.

"Sayang, kamu benaran suka apa tidak sih?" keluhku melihat Andre yang bingung mencari cari ekspresi.

"Sa..yang.. ini bagus kok" kata Andre terbata-bata "Aku suka... Tapi lain kali biar aku yang masak yah! Atau kamu bisa pesan saja di luar. Kartu kredit aku kan ada di kamu." sambung Andre penuh pertimbangan.

"Jadi apakah kamu tidak suka?" Jawabku mencari tahu hal yang sebenarnya. Aku sedikit memperhatikan ekspresi kurang yakin akan ucapan Andre.

"Bukan begitu, aku suka kok... gimana kalo kita makan sekarang? aku sudah lapar" Tanya Andre menggoda...

"Baiklah... ini punyamu dan ini punyaku"...

Aku meletakkan beberapa daging ham lebih banyak ke piring Andre...

"Selamat makan" Ujarku.

Aku langsung menyantap sepotong daging ham yang berhasil ku panggang... Andre tampak menikmati nya. Dia terlihat bahagia menyantap masakan ku. Tentu saja, kali ini aku ingin dia merasakan sesuatu dari sentuhan tanganku.

"Huu..ek... sayang kenapa kamu tidak bilang kalo rasanya seperti ini?" tanyaku "kamu tak perlu makan lagi" Sambungku berbicara sambil mengambil mangkuk makanan Andre.

Andre tampak tersenyum...

"Apakah kamu sudah sadar dari tadi jika makanan ini tidak pantas untuk di makan?" kataku dengan ekspresi wajah yang tampak tak senang. Aku langsung terlihat murung di depan Andre.

"Maaf, seharusnya saya tidak mencoba memasak untuk mu" saya membuat pernyataan.

"Tidak apa-apa. Daging ini hanya sedikit gosong. aku masih bisa memakannya. Kamu tidak perlu sedih begitu" kata Andre menenangkan ku.

"Tidak bisa... kita makan di luar saja" Jawab ku tegas.

"Baiklah... Aku ambil kunci mobil dulu" Andre bergegas mengambil kunci mobil dan kami berencana pergi ke kafe favorit kami...

Diperjalanan saya sedikit menyalahkan diri sendiri. Andre tau jika aku tak bisa memasak, dan aku pun tau itu. Bagaimana bisa aku mencoba membuat kan Andre sesuatu yang mungkin dapat meracuninya...

Padahal aku sudah nonton di YouTube cara memanggang daging ham agar terasa lesat...

Diperjalanan Andre menghiburku, sehingga aku tak terlalu memikirkan hal tadi. Sesampainya di kafe, kami memesan beberapa makanan utama dan mengambil tempat duduk di dekat jendela.

"Sayang, aku ke kamar mandi dulu" kataku.

"Oke.." jawabnya singkat.

Aku membersihkan wajah ku yang sedikit tampak kusam. Ku alaskan sedikit bedak agar terlihat lebih natural. Setelah selesai aku segera keluar, namun langkah ku terhenti saat melihat seorang wanita sebayaku menghampiri pacarku di tempat kami.

Mereka bahkan tak segan-segan berpelukan di depan umum. Tiba-tiba hatiku menjadi resah dan deg-degan... Entah siapa wanita itu, aku tak mengenali nya. Ku tak pernah melihatnya dan perasaan takut sedikit menghantuiku.

Dengan bergegas aku masuk di antara mereka dan membuat mereka sedikit canggung karena kehadiran ku.

"Ah, Lisa ini Ana. Tunangan ku. Ana ini Lisa manager keuangan di perusahaan" Jelas Andre.

Saya melihat Lisa dengan tajam dan sedikit mengintimidasi. Aneh, dia karyawan. Kok Andre bisa berpelukan dengannya tadi, gumam ku dalam hati...

Lisa tersenyum padaku... Lihat senyuman nya, dia mau menggoda siapa sebenarnya, pikirku.

Lisa melihat ke arah Andre "Gue tau kok mas dia siapa..." Kata Lisa, kemudian ia menatapku sambil memberikan tangannya untuk bersalaman "Hai, gue Lisa"

"Oh, hai... Ana..." jawabku sedikit judes sambil menjabat tangan Lisa. "Dia memanggil pacarku dengan sebutan mas..haah..." gumamku...

"Ah, Lisa kami akan makan malam. Kamu mau bergabung dengan kami?" Tanya Andre menawarkan...

Aku sontak melihat ke arah Andre dengan tatapan tidak setuju.

"Ah baiklah. Jika tunangan mas tidak keberatan" Jawab Lisa dengan halus.

"Kamu tidak keberatan kan sayang?" tanya Andre.

"Tentu saja tidak" jawabku dengan senyuman yang terpaksa.

"Ah..." gumamku kecil...

Bagaimana mereka bisa menunjukkan sesuatu seperti ini di depanku. Aku melihat ke arah Lisa dengan tidak senang. Dia sungguh ingin makan bersama kami...

Wajahku sedikit cemberut. Andre harus menjelaskan mengapa dia bersikap seperti ini.

Makan malam kami berlangsung canggung bagiku, tapi tidak dengan mereka. Mereka tampak menikmati obrolan mereka dan menganggap ku seakan tak ada...

Lisa sesekali tersenyum manja ke arah Andre sambil mengobrol, dan saya tidak nyaman dengan hal itu.

"Hmt, Sayang... Saya ingin pulang. Seperti nya saya tidak enak badan" kataku memotong pembicaraan mereka yang tak ku pedulikan.

"Sebentar, aku bayar makannya dulu kalo begitu" Kata Andre...

Setelah Andre pergi, aku langsung melihat Lisa. Dia tersenyum "Gue sepupu Andre. Loe ngak pernah lihat gue karena gue selama ini tinggal di Australia. Gue nyampe indo baru 5 hari yang lalu untuk membantu Andre di perusahaan.

Aku terkejut mendengar pernyataan itu dan juga merasa sedikit malu karena sempat salah mengira. Aku melihat ke sisi samping meja makan, "Ini salah Andre. Kenapa juga dia memperkenalkan sepupunya dengan sebutan manager keuangan. Kan saya jadi salah paham" Gumam ku dengan suara bisikan kecil.

"Kamu sepupu Andre. Kalo begitu saya harus minta maaf" aku berkata dengan lembut kepada Lisa.

"Minta maaf...?" Ujar Lisa tak mengerti

"Ah, saya salah mengira akan dirimu" Jawab ku dengan malu

"Oh... hahaha... santai saja. Gue ngak masalah kok" Lisa tersenyum.

Andre menuju ke arah kami. Tampaknya ia sudah membayar makanan nya. Andre merangkul ku dan melihat ke arah Lisa "Lis, kami duluan yah.." ujar Andre.

Lisa tersenyum dan mengayunkan tangannya 👌👌👌

"Sampai ketemu lagi" Ujarku

"Iya sampai ketemu lagi Ana" Jawabnya...

Kami akhirnya kembali dan aku merasa sedikit lega karena aku hanya salah paham terhadap Lisa. Entah mengapa akhir-akhir ini aku terlalu khawatir mengenai hubungan kami. Mungkin karena kami akan segera menikah.

***