Keesokan paginya
Aku terbangun dan tak mendapati Andre di atas ranjang. Lalu ku turun ke bawah karena terdengar beberapa suara-suara kecil samar-samar dari lantai satu.
Ku berjalan hendak ke dapur dan ku dapati kuda putihku sedang bertempur dengan beberapa bahan makanan.
Ku pandangi sosok yang familiar yang telah lama ku kenal itu dari depan pintu dapur. Ia sedang memasak sesuatu untuk kami. Sinar matahari menyelip masuk di balik jendela dapur yang terbuka, dan membuat kuda putihku terlihat sangat elegan memegang spatula sebagai pedang tempur dan memakai celemek sebagai baju zirah nya.
Cahaya matahari pagi menyoroti nya dengan sempurna. Mata yang berbentuk kacang almond yang selalu melihatku dengan hangat tampak terlihat serius menatap musuhnya dalam panci panas. Bentuk hidung celestial yang sangat mempesona tampak sempurna dengan bibir tipisnya yang seksi. Pacarku begitu sempurna...
Selagi memandangi Andre beberapa saat, Andre menyadari kehadiran ku dan tersenyum ke arahku "Sayang, kamu sudah bangun"
"Sepertinya kamu memasak sesuatu yang enak"
"Kemarilah sayang. Cicipi ini, jangan hanya memandangi ku dari jauh"
"Ah, rupanya saya sudah ketahuan..."
Aku berjalan menuju ke arah Andre dan Andre menyodorkan sendok yang berisi kuah dari kaldu opor ayam yang hendak ia masak. Ku mencicipi sedikit masakan nya dan seperti biasa aku terpukau akan keahlian masaknya.
"Bukankah rasa ini lebih dari sempurna sayang?"
"Apa menurutmu begitu, ah... kurasa kurang sesuatu..."
"Hmm... tidak, ini sempurna" Ujarku sambil menggelengkan kepalaku.
"Benarkah? menurutku akan lebih sempurna jika kamu mau mencium ku!" Andre tersenyum
"Sayang, kamu masih saja mau bercanda..."
"Kemarilah, biarkan aku menerima kekuatan darimu"
Aku menghampirinya, lalu mencium nya dengan manis. Didekapnya saya di antara kedua tangannya menghadap ke arah kompor dan dipegangnya tanganku, di selipkannya spatula di antara jemariku, mengarahkan nya ke dalam panci panas untuk mengaduk kaldu opor ayam yang hampir masak itu.
Di letakkan nya wajahnya di atas bahuku, dan berbisik "Apakah kamu bahagia bersamaku sayang?"
"Hmt,..." Aku mengangguk setuju.
"Kita akan tinggal bersama selamanya, bukan?"
"Tentu saja..." jawabku singkat.
Entah kenapa aku merasa Andre mengatakan hal-hal itu bukan tanpa alasan. Nada suaranya terdengar sedih, namun tak kutahu apa yang membuatnya seperti itu.
"Ada apa, apakah kamu ragu denganku?" tanyaku
"Tentu saja aku tak pernah meragukan mu. Bagaimana jika kamu yang meragukan ku?"
Tiba-tiba aku berhenti mengaduk mendengar pertanyaan konyolnya dan hendak melepaskan spatula di tanganku.
"Ah, sepertinya sudah matang..." Andre mengalihkan perhatian ku dan dengan cepat Andre memastikan bahwa kompor telah dimatikan.
Aku menyingkir ke sisi samping Andre dan membiarkannya menghidangkan opor ayam itu ke dalam mangkok.
"Wah, harumnya tercium ke seluruh ruangan" kataku memuji
"Bagaimana jika mulai makan?" tanya Andre...
Aku mengangguk setuju. Kami menikmati makanan itu. Rasanya sungguh menakjubkan, kaldu yang kental di sajikan dari berbagai rempah-rempah pilihan membuat opor ayam buatannya kaya akan rasa yang ketika di santap akan menggelegar di dalam mulut seseorang yang menyantapnya. Belum lagi dengan dagingnya yang empuk dan rasa gurih yang pas, membuat semuanya tampak sempurna.
"Bagaimana?" tanya Andre.
"Seperti biasa, kamu hebat sayang. Bahkan kamu sempurna dalam segala hal"
"Kamu selalu saja memujiku dengan berlebihan"
hehehehe, aku tertawa kecil.
"Besok kan akhir pekan, bagaimana jika kita ke pantai?"
"Hmt, baiklah"
"Apa kamu tidak ingin mengunjungi suatu tempat?"
"Tidak ada tempat yang istimewa. Saya akan pergi kemanapun kamu mengajakku. Saya akan berada dimana pun kamu berada"
"Baiklah kalo begitu. Bagaimana menurut mu jika kita mengajak Sia juga, pasti akan lebih ramai"
Aku terdiam sejenak saat mendengar nama Sia disebutkan dan ragu untuk mengijinkan nya namun... "Iya, ayo ajak Sia juga" jawabku dengan tersenyum tipis.
Andre menengok ke arah jam dinding "Ah, seperti nya aku harus segera bersiap ke kantor sayang. Hari ini ada beberapa dokumen yang harus aku tangani dan bertemu beberapa klien penting. Mungkin aku akan terlambat pulang"
"Pergilah bersiap-siap, saya akan membersihkan mejanya"
"Kalo begitu terimakasih" ia mencium jidatku dan saya membalas nya dengan senyuman, lalu Andre bergegas pergi bersiap.
Aku duduk terdiam sejenak, berpikir dalam kekosongan. Inikan hari jumat, biasanya dia akan ketemu klien di hari Senin sampai Kamis. Dan hari Jumat dia akan selalu berada di kantornya seharian. Ah, mungkin ini keadaan yang di luar jadwal biasa. Benar, mungkin saja kliennya hanya bisa bertemu di hari Jumat. Gumam ku
Aku menyelesaikan cucian piring nya serta membersihkan meja makan dan bersiap mengantar Andre di depan pintu keluar.
"Sayang, kamu sudah selesai..." tanyaku.
Andre turun dan terlihat tanpa memakai dasinya. "Dasi mu kemana? Saya sudah menyiapkan nya kemarin kok. Apa kamu tidak melihatnya di hanger jas kamu?"
"Dasi? Tentu saja aku belum memakai nya. Soalnya kan ada kamu yang mau memakaikannya untuk ku!" Andre mengeluarkan dasi yang belum ia pakai itu dan menyerahkan nya kepadaku.
"Kemarilah mendekat. Biar saya bantu"
Aku memakai kan dasinya dengan segera.
"Apa kamu akan ke apotek hari ini?"
"Tidak. Saya akan buka di hari Senin"
"Baiklah, tunggu aku pulang yah" Andre kemudian melangkah pergi.
Saat melihat punggung belakang Andre, ku merasa sangat bahagia menjalani hari-hari bersamanya seperti sekarang. Seandainya waktu akan berhenti, aku tidak ingin ia berhenti sekarang. Sebab aku ingin merasakan waktu-waktu ini selamanya, bersama dengan Andre, kuda putihku.
****