Chapter 5 - Sarapan

Aku terbangun saat fajar mulai menyingsing. Matahari mulai menanpak kan wajahnya di atas permukaan bumi. Tubuhku begitu hangat terasa karena seseorang memelukku dalam diam. Ku miringkan posisiku melihat ke arah seorang pria yang tidur disebelah ku.

Kuperhatikan mata, hidung dan bibirnya, lalu ku elus rambutnya dan tersenyum kecil.

Badanku terasa sakit, nyeri namun rasa nyeri itu masih bisa ku toleransi. Saat hendak aku ingin berdiri turun dari atas ranjang, Andre menahan ku dengan cara memeluk tubuhku.

"Sayang apa tidurmu nyenyak?"

"Kamu ada disamping ku, tentu saja saya tidur dengan nyenyak. Apa kamu akan terus seperti ini?"

"Kenapa, apa kamu tak menyukainya?"

Ku arahkan wajahku ke arah posisi wajah Andre sambil memegang wajahnya dengan kedua tanganku "Saya menyukainya. Tapi kita juga butuh sarapan untuk mendapatkan energi kembali, bukan?"

"Ah, benar. Kalo begitu, biarkan aku yang menyiapkan sarapan untuk kita" Andre bergegas mencium bibirku dan bangkit dari ranjang untuk segera pergi ke dapur menyiapkan sarapan kami.

"Sayang, kamu seharusnya...."

"Eh, kamu duduk manis saja di situ, aku akan segera membuat sarapan yang lezat dan memanggilmu sarapan, jika aku sudah menyiapkan semuanya". Ujar Andre menegaskan memotong pembicaraanku.

"Maksud saya, kamu seharusnya mengenakan pakaianmu dulu!"

Andre melihat ke bawah, Ia tersipu malu. Seluruh tubuhnya terpampang nyata tanpa sehelai benang pun melilit di tubuhnya. Dan aku tersenyum menggoda, "Sayang sebaiknya kamu mengenakan pakaianmu dulu" ujarku dari atas ranjang.

Dengan bergegas Andre mengambil pakaiannya dan menuju langsung ke dapur. "Yang benar saja. Aku sangat malu... yah walaupun dia sudah melihatnya semalam, tapi ini sangat canggung. Bagaimana bisa di saat terang seperti ini aku memperlihatkan seluruh tubuhku tanpa malu" gumam Andre

hahaha.... aku tertawa kecil melihat Andre yang salah tingkah. Bagaimana bisa dia terlihat sangat malu begitu padahal kami sudah melakukan yang lebih dari itu. Lagi pula aku sudah melihat seluruh tubuhnya itu tadi malam. Dia pria yang sungguh menggemaskan!

***

Beberapa saat kemudian,

"Sayang, sarapannya sudah siap" teriak Andre dari dapur.

"Sebentar lagi saya selesai mandi, saya akan segera kesana" Jawabku

Aku bergegas mengenakan bath robes dan segera menghampiri Andre di dapur. Dia tampak sangat pandai menghiasi setiap makanan yang selalu ia buatkan untukku.

"Wah... terlihat sangat enak... saya tak sabar mencicipi sarapan buatan calon suamiku" Ujarku

Sarapan kami terbuat dari roti bakar yang berisi daging ham, tomat, dan selada. Di atasnya di tuangkan madu murni yang lembut dan manis. Andre juga menyiapkan susu sapi perasan murni selalu untukku. Dia selalu menyiapkannya karena tau saya alergi dengan beberapa susu kemasan. Sehingga biasanya dia yang akan selalu melengkapi kulkasku dengan susu yang langsung dari perternak sapi.

"Bagaimana jika kita memajukan tanggal pernikahan kita menjadi bulan depan? Terlalu sulit untuk menunggu selama 5 bulan lagi!" Ujar Andre dengan semangat.

"Tidak bisa, saya tetap ingin menikah di usia 26 tahun" Kataku mengkomplain.

"Ana, kita sudah pacaran sangat lama. Dan selama itu pula aku selalu menunggumu dengan setia. 5 bulan lagi kan usiamu sudah 26 tahun! Tidak masalah donk jika kita menikah bulan depan" Andre menatapku dengan serius.

Aku melangkah ke arahnya dan memeluknya. Ku menunjukkan ekspresi memelas dan sedikit merengek "Tidak bisakah kau menunggu 5 bulan lagi...um?"

Andre menjadi sangat lembut, keseriusan yang terpampang di wajahnya mulai melunak kembali. "Tampaknya aku tak kuasa untuk berdebat melawanmu... Habiskanlah sarapanmu. Aku akan mandi dulu sebelum ke kantor".

"Baiklah... hehehe..." Senyumku terpasang nyata diwajahku.

Selagi Andre mandi, aku membersihakan beberapa piring kotor dan merapikan baju kerja yang hendak akan Andre kenakan. "Bahagianya jika mulai sekarang kami tinggal bersama. Saya akan mengajukan pertanyaan ini kepadanya sebentar" pikirku.

"Sayang dimana dasiku?" tanya Andre

"Ah, ini dia..." sambil mengangkat tanganku menunjukkan dasi Andre. "Biarkan saya yang memasangkannya" Ujarku. Aku melangkah ke arah Andre dan memasangkan dasinya dengan rapi.

"Sayang, saya sudah memikirkan nya. Bagaimana jika mulai sekarang kita tinggal bersama?" tanyaku

"Baiklah, kamu bisa tinggal di rumahku saja. kamukan punya kunci rumahku" Kata Andre.

"Kalo begitu, saya akan bersiap dan mengangkat barang-barang yang saya perlukan hari ini ke rumahmu yah?" Aku berkata sambil tersenyum manja di hadapannya menunjukkan bahwa aku tak sabar menantikan hari dimana kita akan tinggal bersama.

"Kamu tidak berubah, senyuman mu selalu manis... lakukan apa yang kamu inginkan" Ujar Andre "Jadi kapan dasiku akan selesai kamu pasangkan?" Sambungnya berbicara.

"Ah maaf, ini sudah selesai kok"

"Baiklah sayang, aku pergi dulu..." Andre mencium jidatku dan saya mengantarnya sampai depan pintu.

Setelah Andre pergi, aku langsung mengemasi barang yang akan sering ku gunakan untuk dibawah ke rumah Andre. Setelah itu, aku juga ingin berlibur sebentar dan menikmati momen berdua bersama Andre beberapa hari saja. Sehingga aku membuat pengumuman singkat untuk ditempelkan pada dinding luar apotek ku bahwa aku akan berlibur untuk beberapa hari.

Setelah semua persiapan beres, aku memanggil taxi dan pergi ke rumah Andre untuk berbenah. Semuanya jadi tampak indah sekarang. Awalnya aku terlalu takut, namun sekarang aku menikmati setiap momen-momen ku bersama Andre.

Aku memikirkan hendak menaruh pakaian ku di lemari yang mana. Namun ku memutuskan untuk menaruh pakaian ku bersamaan dengan lemari yang Andre gunakan. Aku mencari-cari tempat kosong untuk menggantungkan pakaianku dan menemukan sesuatu hal yang membuat hatiku sedikit resah pada awalnya.

Sebuah lipstik ada di dalam lemari seorang pria! Bagaimana bisa itu terjadi. Ah, mungkin dia akan memberikan nya kepadaku atau mungkin saja kepada ibunya.

Aku melanjutkan aktivitas dan mulai fokus kembali untuk menyusun pakaian-pakaian kami sehingga terlihat selaras.

Setelah selesai berbenah, tak terasa hari mulai malam dan sebentar lagi Andre akan pulang. Aku segera menyiapkan makan malam sambil menunggu kedatangan Andre. Aku juga tak lupa untuk menyiapkan busana tidur untuk malam ini...

Mengingat apa yang kami lakukan kemarin malam masih membuat hatiku deg-degan tak karuan. Dan entah kenapa mengingatkannya membuat aku bahagia serta tersenyum senyum sendiri.

Ah, apakah hari ini kami juga akan melakukannya?

Ahk, aku menutup wajahku dengan kedua tanganku, merasa malu sendiri. Kemudian aku sedikit tersadar dari imajinasi yang brutal itu. Hmt, apa yang telah kupikirkan.

Namun imajinasi itu sungguh membuat bahagia...

"Ana, aku pulang..."

Ah, dia sudah pulang... hatiku tiba-tiba berdebar-debar. Aneh, biasanya kan aku tidak seperti ini... Bagaimana ini, ku melihat ke arah kaca mendapatkan wajahku memerah. Ah dasar mesum. Berhenti lah berpikir yang tidak-tidak. Padahal kemarin kau sempat menangis saat melakukannya... Gumamku sendirian

***