"Serius, Run?" Dita menatap Runa dengan kedua mata terbelalak. Runa yang menyandarkan kepalanya ke sofa dengan kedua mata tidak lepas dari film di hadapannya, hanya mengangguk pelan. Seolah-olah apa yang baru saja ia ceritakan ke Dita bukan suatu masalah besar, ia bersikap santai dengan tangan dan mulut yang sibuk memakan kacang.
Kemudian, Dita menggaruk kepalanya. Kikuk. "Yah... iya, sih, yang dia lakuin ke elo malam itu emang bajingan. Tapi, sebenarnya ya... cuman ngomong aja, nih... status lo, kan, bininya. Jadi, ibarat kata sampe terjadi sesuatu, terus lo visum ke polisi pun, lo cuman bakal diketawain."
"Makanya laporan gue ke pengadilan yang udah disusun rapi gue tahan, jadinya gue lapor ke elo!" Runa memutar bola matanya.
Dita meringis. "Terus, sekarang Rafael di mana? Di rumah yang dibeliin bokapnya itu?"
Runa mengedikkan bahu. "Gue rasa, sih, sekarang dia di rumah bokapnya."
"Ngapain?" Dita menyipitkan mata.
"Palingan ngasih tahu kalo kami mau cerai."