"Baayyuu....dissiinniii...."terdengar suara yang agak keras memanggil namaku.
Kuarakan pandanganku ke arah asal suara.Kulihat Roni sahabatku yang sedang berdiri di pojok ruangan sambil melambaikan tangannya kearah ku.
Kulangkahkan kakiku menghampiri Roni yang sudah menunggu.
Sejenak kami berpelukan untuk melepaskan kerinduan.
"Apa kabar Bro?,"sapa Roni sambil mengendorkan pelukannya.
"Baik....."jawabku singkat.
Aku tarik kursi yang ada di depanku lalu menghenyakan pantatku diatasnya.Roni ikut duduk di kursi yang berseberangan denganku.
Kami duduk berhadapan.
"Apa Edo belum datang?"tanyaku pada Roni sambil melirik jam ditangan ku.
"Belum........"
"Tadi dia sempat menelpon gue katanya mungkin dia datang agak telat"
"Hari ini dia harus mengantar istrinya dulu kedokter."jawab Roni menjelaskan.
"Memang istrinya sakit apa?"tanyaku sedikit kepo.
Roni tersenyum sambil mengetuk-ngetuk jarinya diatas meja
"Bukan sakit..."
"Hari ini istrinya cek-up kandungan"
"Elsa sedang hamil Bay.....anak kedua."jawab Roni kembali menjelaskan.
"Oh...."tanggapku singkat.
Selesai kuliah Edo memang memutuskan untuk menikah dengan Elsa.Sementara Roni masih betah menjomblo.Roni tipe pekerja keras dan orang yang tidak suka dengan keterikatan.Dari dulu dia menghindari hubungan dengan lawan jenis.Sebagai anak sulung , Roni merasa bertanggung jawab atas hidup dua adiknya yang masih sekolah.
Semenjak ayahnya meninggal, Roni menjadi tulang punggung keluarga.
Roni dan ibunya melanjutkan usaha ayahnya, berdagang beras di pasar.
Ia bertekad untuk tidak menikah sebelum adik-adiknya lulus sekolah.
"Nah itu......!"
"Yang diomongin sudah datang,"
ucap Roni sedikit keras, matanya menatap ke arah pintu masuk.
Aku mengikuti pandangan Roni,
di pintu masuk tampak Edo yang berjalan menggandeng Elsa menuju kearah kami.
Diantara kami bertiga mungkin Edo yang banyak berubah. Tubuhnya nampak lebih gemuk dengan perut yang sedikit membuncit.Rambutnya juga tidak lagi gondrong seperti masa Kami kuliah dulu.
Dengan celana bahan hitam dan kemeja putih garis-garis biru ditambah kaca mata membuat Edo tampak semakin matang.Elsa juga nampak lebih berisi dengan perut yang sedikit membesar.Dia memakai dress bunga-bunga berwarna kuning dengan panjang dibawah lutut.
Kami saling menyapa dan berpelukan melepaskan kerinduan.
Tak lama kami pun mulai memesan makanan dan minuman.
kami menyantap makanan yang sudah kami pesan sambil berbincang-bincang. Roni dan Edo banyak bercerita tentang perjalanan hidupnya selepas kuliah.
Aku lebih banyak diam dan mendengarkan sambil sesekali menjawab pertanyaan mereka.
"Bay....aku dulu pernah dengar gosip waktu kita masih sama kuliah kalo kamu itu sudah menikah..."
"Benar ga sih Bay.....?"tanya Elsa sambil tersenyum menatap ke arah ku.
"Apanya....."ucapku berpura-pura tidak mengerti pertanyaan Elsa.
"Itu..... soal kamu sudah menikah saat kuliah itu benar ga..."ulangnya lagi dengan nada yang tidak sabar.
"Benar..."jawabku jujur.
"Jadi elo udah nikah lama Bay....."
kok elo ga pernah cerita sih ke gue"
protes Roni dengan wajah cemberut.
"Perasaan gue dulu kalo punya masalah selalu cerita sama elo.....kok elo ga si Bay..."
"Elo ga percaya sama gue....."timpal Edo marah diiringi anggukan kepala Roni tanda setuju.
"Elo ga pernah bertanya soal itu".
jawabku tanpa ada rasa bersalah.
Semua sahabat ku menatapku bingung.
Akhirnya mereka hanya bisa menggelengkan kepalanya rasa tidak percaya.
"Kalo ga gitu bukan Bayu namanya."
kata Elsa disambut desahan nafas Edo dan Roni.
Kami melanjutkan perbincangan kami dengan diiringi Senda gurau dan kelakar ringan dari sahabat-sahabatku.
Tidak terasa hari sudah mulai gelap.
Kami pun memutuskan untuk menyudahi pertemuan kali ini.
Aku memutuskan untuk pulang ke rumah walau sebenarnya aku masih enggan bertemu dengan Pipit.