Aku semakin bernafsu ketika Pipit merespon dengan baik sentuhan ku.
Walau matanya terpejam tapi aku tahu Pipit tidak benar-benar tertidur.
Dia menikmati sentuhan ku.
Akupun tidak bisa lagi menahan hasrat yang terlanjur muncul. Otak mesumku semakin menggila di tambah pengaruh alkohol dan aroma tubuh Pipit yang memabukkan.
Dengan tidak sabaran aku preteli seluruh pakaiannya dan mulai menyatukan milikku dengan miliknya.
Kuhujamkan P******ku kelubang yang sudah membuat aku kecanduan.
Kuhentakan pinggulku dengan gerakan maju mundur secara liar tidak terkendali. "mmmmmggghhh...."Desahan Pipit sudah berubah menjadi erangan yang terdengar seksi.
Tanganku tak henti bergerak meremas payudara Pipit yang sudah mengencang.
"mmmmmaaaasssshhhh... aaakkkhh..."kurasakan kedutan dari dalam sana dan rasa hangat yang menjalar di sekitar P****ku.
Sesaat aku hentikan gerakan ku membiarkan Pipit menikmati puncak orgasmenya.
Kulumat bibirnya sambil terus meremas payudaranya.
Kembali kugerakan pinggulku dengan ritme yang lebih cepat.
Tubuh Pipit berguncang mengikuti gerakan tubuhku. Payudaranya melompat-lompat menampilkan pemandangan yang sangat indah.
Semangat ku untuk menaklukkan tubuh Pipit semakin tinggi.
Entah berapa kali aku tersungkur kedalam lembah kenikmatan dan entah berapa kali juga aku kembali mendakinya.
Aku semakin kecanduan dan semakin mabuk. Tubuh Pipit seperti morfin yang menuntutku untuk memakannya lagi dan lagi.
Aku terus menggarap tubuh itu sampai aku benar-benar ambruk tidak berdaya.
Aku terbawa kealam bawah sadarku.
Dengan mimpi bertabur bunga-bunga surga.
Aku kembali tersadar ketika aku merasakan cahaya matahari masuk kedalam mataku.
Kukerjapkan mataku untuk menetralisir silaunya sinar matahari.
Kuraih jam tanganku yang berada di atas nakas.
"Sudah jam 10....."gumamku
Aku memejamkan kembali mataku merasakan sakit kepala yang datang tiba-tiba.
Setelah beberapa saat aku bangkit dari tempat tidurku dan berjalan menuju kamar mandi tanpa menggunakan baju atau penutup lain.
Kamarku memang sudah rapih.
Tidak ada jejak percintaan semalam.
Pakaian ku yang semalam berserakan juga sudah dirapihkan. Tidak ada baju kotor yang semalam telah kulempar di sembarang tempat.
Aku mengguyur tubuhku mengusir rasa sakit di kepala.
"AAAKKKHH....."aku menjerit perlahan.Aku merasakan perih di bagian kepala P*****ku.
Aku melihat ada sedikit lecet di sana.
Aku membersihkannya perlahan.
Lubang kemaluan Pipit yang sangat sempit dan gerakanku yang liar tanpa kusadari membuat P*****ku lecet.
Aku baru merasakan sakitnya pada saat buang air kecil.
Kejadian semalam memang diluar nalar ku.
Ini sungguh membuat ku semakin bingung.
Tubuh Pipit yang membuat aku kecanduan.
Serta fakta yang kulihat saat Pipit bersama laki-laki lain.Sungguh membuat aku benar-benar terpuruk.
Bagaimana aku bisa membiarkan Pipit menyerahkan tubuhnya padaku sementara hatinya untuk pria lain.
Pernikahan ini memang telah mengikat Pipit selama bertahun-tahun.
Mustahil buat Pipit untuk melepaskan diri.Akad yang telah aku ucapkan atas namanya juga Budi baik orang tuaku semakin mempersulit dirinya untuk meraih kebebasan.
Sepertinya hanya aku yang bisa membebaskannya.Hanya aku yang bisa membuka babak baru dalam hidupnya juga dalam hidupku.