Chereads / Splash Splash Love / Chapter 2 - Gosam berguna

Chapter 2 - Gosam berguna

Raja menunduk. Ia terkejut saat mendongak. Anak itu hilang! 

Haha.. ternyata Dan Bi kabur saat semua orang berlutut kepadanya.

Raja marah dan pasukan pengawal pun dikerahkan untuk mencari anak itu. Dan Bi melarikan diri dan masih bingung. Ia ada dimana? Tapi ia tak sempat berpikir lebih lama karena banyak tentara mencarinya.

Ia masuk ke ruang busana dan menemukan berbagai baju tradisional. Ia memilih baju biru dengan sulaman burung di dada dan juga mengambil spidol dari tempat pensil.

Voila.. ia menjadi salah satu dari para saguekers. Tak ada yang mengenalinya, kumisnya cukup meyakinkan walau kumis dari spidol. Bahkan para kasim dan pelayan memberi hormat padanya. Ia lega. Tapi tak lama, karena beberapa orang berpakaian sama dengannya menepuk bahunya, mengajaknya rapat di istana.

Jiaahhh.. dia jadi pejabat! Dan Bi berjalan sok pede di antara para pejabat itu.

Ternyata mereka pergi untuk rapat dengan Raja. Raja marah dan berniat untuk mencongkel mata dan menghukum mati gosam yang menghinanya. Ia juga tak akan percaya pada takhayul untuk memutuskan hal-hal penting. "Mulai sekarang, matematika dan ilmu pengetahuan akan digunakan untuk memecahkan masalah."

Para menteri meminta untuk tak gegabah. Bagaimana mungkin Raja tahu rencana alam dengan aritmetika? Mereka memohon Raja untuk mempertimbangkan lagi. Semua membungkuk dan Dan Bi juga ikut membungkuk.

Salah satu menteri berkata Langit marah karena Bapak negara ini a.k.a raja belum menghasilkan keturunan. Ia mengusulkan untuk bermalam bersama Ratu pada hari yang sudah ditentukan. Raja tak suka dengan ide itu, tapi semua menteri berlutut dan Dan Bi pun ikut-ikutan berlutut.

Raja pusing mendengar permintaan itu. Dan Bi melihat semua orang sedang berlutut dan Raja di atas juga sedang menunduk. Ia mengambil kesempatan ini untuk beringsut, pelan-pelan menuju pintu.

Menteri yang mengusulkan bermalam bersama Ratu  itu ternyata adalah Menteri Shim On, ayah Ratu, yang berarti mertua Raja. Ia mendatangi ruangan putrinya dan dari luar ruangan ia sudah bicara kalau bencana kekeringan ini merupakan berkah untuk memaksa Raja untuk bersatu dengan Ratu.

Suara ayah itu terdengar dari dalam ruangan. Ratu yang sedang makan mie, buru-buru menyembunyikan mangkok dan bersikap selayaknya Ratu. Duduk tegak dengan anggun. Tapi ayah sempat melihat noda kemerahan dan bertanya Ratu sedang makan apa?

Ratu buru-buru menghapus dan menjawab, "Itu mimisan." Haha.. kayak Sou aja.

Ayah menegur putrinya dan memintanya mawas diri karena sebentar lagi Ratu harus melahirkan keturunan. Ratu harus mengamankan posisinya. Ia punya mimpi untuk menjadi Raja di negara ini. Jika ia tak mewujudkan mimpinya, Ratu harus mewujudkan mimpi itu. 

Handphone Dan Bi terjatuh saat kabur tadi. Ia menemukannya di halaman. Ia mengendap-endap menuju handphone itu. Berhasil! Ia mengambil handphone itu dan bersiap untuk kabur lagi.

Tapi ada seseorang yang menghalanginya.

Raja kesal karena diantara para sarjana Sungkyunkwan tak ada yang pintar matematika. Ia minta pada Menteri Choi agar para sarjana itu untuk berusaha lebih keras. Ia tak ingin terus dipermainkan oleh para menteri-menteri tua itu.

Ada yang mencari raja. Menteri Choi menegur pengawal magang karena lancang minta bertemu Raja. Pengawal magang itu adalah Che Ah Jin yang tadi menangkap Dan Bi.

Ah Jin menyeret Dan Bi ke luar istana. Melewati kota, Da Bin melihat betapa sepi kota itu. Ah Jin  menjelaskan kalau sungai juga kering dan air yang terkumpul kualitasnya sangatlah buruk. Hampir tak ada kehidupan di Joseon ini.

"Joseon? Ini Joseon yang di sejarah?" Dan Bi bengong memandangi rumah-rumah kuno yang kalau di Seoul hanya ada beberapa, tapi di sini semua rumah bergaya kuno. "Daebak," gumam Dan Bi. "Jadi bisakah aku kembali lagi kalau hujan turun lagi?"

"Hujan terakhir turun tiga tahun yang lalu," terdengar sebuah suara.

Dan Bi terkesiap kaget dan berbalik, "Hah? Tiga tahun?" Ia menoleh memandang pria itu. Tapi Ah Jin sudah menendang belakang kakinya, membuat ia berlutut. Pedang dicabut dan mengarah ke leher Dan Bi. Dan Bi hanya bisa memejamkan mata, ketakutan.

"Anak dari langit?" Dan Bi tak berani membuka mata, tapi ia tahu suara siapa itu. Suara Raja. Dengan ujung pedang, Raja membuka jaket Dan Bi dan memutus kalung tanda peserta UN-nya. Raja tak percaya hal yang tak kasat mata. "Jika aku tak tahu, aku harus mencari tahu logika dan alasan di balik sesuatu itu, tak peduli seaneh apapun. Gaya rambutmu unik dan penampilanmu aneh. Apa kau dari Ming?"

Dan Bi bingung mendengar ucapan Raja. Ia melihat Raja memeriksa handphone miliknya dan bertanya tentang gambar di handphone. Background handphonenya adalah gambar hutan dengan rintik-rintik hujan membasahi layar. Ia menjelaskan kalau ia hanyalah gosam (anak kelas 3 SMA). "Dan kurasa aku datang dari masa depan (Mirae) melalui hujan.."

"Mirae?" 

Note : disini Dan Bi mengucapkan mirae yang artinya masa depan. Tapi Raja menganggap Dan Bi berasal dari daerah Mirae.

"Aku tahu kedengarannya tak masuk akal.."  Dan Bi menjelaskan dengan hampir menangis. "Tapi yang di situ itu bukanlah hujan. Itu hanya app yang memberitahukanmu tentang cuaca hari ini."

"Kau bisa tahu cuaca dari benda ini?" tanya Raja bingung sekaligus curiga. Ia membolak-balik handphone itu dan tak sengaja ia memencet satu tombol. Klik! Blitz kamera menjepretnya. Sontak Raja menjatuhkan handphone itu. Dan Bi buru-buru menyelamatkan handphone itu dan mematikannya.

Raja heran karena hujan di barang itu lenyap. Dan Bi berkata kalau ia mematikannya untuk menghemat baterai. Raja berseru, "Bicaralah dengan bahasa yang aku mengerti!

Hahaha.. Ah Jin  mengusulkan untuk memotong lengan Dan Bi. Dan Bi menjerit mendengarnya, apalagi saat Raja mengarahkan pedang ke lehernya. Dengan cepat ia menjelaskan kalau ia dari masa depan. Ia tahu semuanya. "Tanyakan saja padaku. Aku pintar dalam sejarah!"

Ah Jin sudah membentangkan tangan kanannya dan Raja sudah bersiap memotong. Dan Bi bicara semakin cepat. "Joseon? TaeJeonTaeSeMunDanSe (nama depan raja-raja pertama Joseon). Ahh.. Guru! Aku adalah ahli matematika, aritmatika!"

Raja menunda gerakannya. Apa benar Dan Bi pintar matematika? Seperti menemukan kunci jawaban soal yang sulit, ia mengangguk yakin.

Tapi perjuangannya belum selesai. Ia harus menghadapi soal yang tadi gagal dikerjakan oleh sarjana Sungkyunkwan. Ia kan nggak pintar matematika, dan lagian semua tulisannya dalam bentuk Hanja. Mana ngerti ia akan tulisan Hanja.

Raja bertanya apa ia tak bisa membaca Hanja? Dan Bi menggeleng-geleng. Raja menghela nafas dan mulai mencabut pedangnya. Hahaha.. seneng banget ni Raja cabut pedang.

Tapi matematika adalah masalah universal. Gambar segitiga di barat ataupun timur adalah sama. Begitu pula di masa lalu dan masa depan. Dan Bi mengenalinya, "Pitagoras?" Ia mengeluarkan spidolnya dan mulai mengerjakan.

Raja menyarungkan kembali pedangnya. Ia heran melihat kuas yang dibawa Dan Bi, "Bagaimana kau bisa menulis tanpa tinta?"

"Oh, ini adalah spidol," jawab Dan Bi sambil mengerjakan. Ia merutuki nasibnya yang terdampar di sini dan mengerjakan soal matematika padahal ia tak mengikuti UN. Tak butuh waktu lama untuknya mengerjakan soal itu yang merupakan dasar pitagoras. 3, 4 dan 5.

Raja terkejut melihat hasil pekerjaan Dan Bi. Ia tak mengerti tulisan Dan Bi, tapi hasilnya benar. Bagaimana mungkin Dan Bi bisa mengerjakannya dengan cepat sementara para sarjana butuh waktu 3 hari dan itupun masih salah?

"Di masa depan, kalau kau adalah anak kelas 3 SMA (gosam), kau harus bisa mengerjakannya," jawab Dan Bi.

"Maksudmu, di Mirae orang-orang rela menjadi kasim yang dikebiri (gosam) untuk belajar artimatika?" Raja terkejut mendengarnya.

"Ya.. hampir semua menjadi gosam.."

Hahaha… lucu banget denger mereka berdua saling menjawab dengan konteks yang beda.

"Wahh.. hebat sekali," Raja sangat kagum dan minta mulai sekarang gosam Dan Bi harus mengajarkan aritmatika padanya. "Dan jika kau mengajarkan semua padaku secara benar, aku akan membebaskanmu dari hukuman."

Raja memanggil kasim dan muncul guru matematikan Dan Bi yang membawa tumpukan uang emas. Raja memberikan satu emas padanya dan berkata, "Kurasa kau sangat berguna."

Dan Bi terperangah. Ia yang selama ini merasa tak berguna, dan orang di hadapannya ini mengatakan kebalikannya. Jadi saat Raja mengajukan syarat itu untuk memperbolehkannya pergi saat hujan turun, Dan Bi pun menyanggupinya, "Call."

Ia menggigit uang emas itu dan terkejut. Itu emas beneran!

Tapi emas itu tak lama di tangannya, karena Ah Jin meminta uang itu sebagai uang kos Dan Bi. Ah Jin memberikan sebuah gelas yang dikenali Dan Bi dari buku sejarah. Ia sok tau berkata kalau benda itu adalah alat pengukur hujan. Ah Jin menjawab kalau itu gelas minum. Haha.

Dan Bi bertanya bagaimana kalau ia ingin buang air besar? Ah Jin menunjuk baskom kecil di dekat lemari dan berkata setelah Dan Bi b.a.b, isi baskom itu bisa dibuang di halaman belakang. Eww…

Dan Bi mengintip dari jendela dan melihat Ah Jin memberikan uangnya pada seorang wanita. Seorang anak kecil membuka pintu samping dan menyapanya. Tapi Dan Bi sedang tidak mood bemain-main. Ia langsung menutup pintu itu.

Duduk di pojok kamar, Dan Bi membesarkan hatinya kalau ini adalah satu-satunya tempat untuk tidur. Tak ada tempat lain.

Seekor tikus kecil mendarat di bahunya, dan Dan bi menahan teriakannya sepelan mungkin. Ia hanya bisa menjedot-jedotkan kepalanya, menyesali nasib.

Keesokan paginya, ia disuruh kasim yang mirip guru matematika untuk memakai baju kasim. Kita memanggilnya Kasim Guru saja, ya karena Dan Bi juga tetap memanggil kasim itu dengan Sam (Guru) walau tahu dia bukan guru matematikanya.

Dan Bi ogah memakai baju kasim karena ternyata Dan Bi dijadikan kasim badut (kasim yang tugasnya melucu). Kasim guru mengatakan kalau menjadi kasim badut itu pekerjaan hebat. Walau Raja mungkin tak akan tertawa pada apapun yang Dan Bi lakukan. "Jadi jangan lakukan apapun."

"Tapi banyak gaun cantik di sini," ujar Dan Bi merajuk.

"Sudah berapa lama kau menjadi seorang Gosam? Dan kau masih ingin memakau gaun? Kalau kau seperti seorang gadis apa Yang Mulia mau dekat-dekat denganmu?" tanya Kasim Guru heran. "Kau harusnya bersyukur karena kau terlahir sebagai pria di Joseon!"

Dan Bi yang sedang berkaca berbalik kaget, "Hah? Pria?"

"Bukankah gosam itu adalah pria? Gosam itu pria! Berbanggalah! Apa kita ini pendosa? Seorang kasim tetaplah seorang pria!" jawab Kasim Guru menyemangatinya.

Hahaha.. jadi selama ini semua berpikir kalau Dan Bi itu pria. Iya juga sih. Rambut Dan Bi dicepol, dan jaman dulu lumrah kalau pria berambut panjang dan pake rok. Apalagi Dan Bi disebut anak Langit.

Dan Bi masuk ke ruangan Raja dan merasa kalau ia patut bersyukur dikira pria. Lebih baik menjadi pria di Joseon. Ia pun mengoprek perpustakaan pribadi Raja untuk mencari tahu Raja itu Raja siapa. Tapi semua tulisan memakai huruf Hanja jadi ia harus cari cara lain.

Dan Bi tak menyadari ada sepasang kaki berjalan tanpa sepatu. Langkahnya tak terdengar dan Dan Bi baru menyadari saat tangannya dicekal.

Raja membalik tubuhnya dan menatapnya tajam.