Raja tersadar pada apa yang hendak ia lakukan. Kenapa ia menjadi seperti ini? Ia buru-buru menjauhkan diri dari Dan Bi.
Raja akhirnya memindahkan Dan Bi ke kursi bacanya dan memandangi wajah gadis itu lama. Setelah puas, ia berbalik dan kembali membaca.
Entah bagaimana, sekarang Dan Bi tidur dengan memeluk Raja. Saat pagi menjelang, Dan Bi terbangun dan sadar dia ada di mana. Ia tak bisa mengelak karena terdengar suara, "Apa kau ini benar-benar pingin mati? Apa kau baru saja minum arak?"
Dan Bi tak berani menatap Raja apalagi bergerak. Ia hanya bergumam kalau ia tak ingat. Raja menyuruhnya bangun dan pulang. Dan Bi langsung bangun dan siap ngacir, tapi Raja menyuruhnya menunggu karena ia akan mengantar Dan Bi pulang.
Sepanjang perjalanan, Raja bercerita kalau selama hidupnya ia terus berusaha. Saat menjadi pangeran, cita-citanya adalah menjadi putra mahkota. Saat sudah menjadi putra mahkota, ia pikir ia bisa melakukan semuanya saat menjadi Raja. Tapi ternyata perjuangannya belum berakhir. "Kalau kau mendaki lebih tinggi, kau harus lebih toleran lagi."
"Wahh.. kupikir Sendok Emas Joseon itu hidupnya benar-benar enak, ternyata tidak juga."
"Kalau harapanku bisa terwujud melalui dirimu, maka aku akan memberimu jabatan di istana. Rumah yang bagus dan oh ya, kuda yang bagus untuk kau naiki," janji Raja.
Dan Bi langsung menolak karena ia tak bisa menunggang kuda, bahkan ia juga harus kembali ke masa depan. Raja merangkul Dan Bi dan berterima kasih pada Dan Bi. "Jujur, aku sekarang bisa bernafas lega karenamu. Terima kasih banyak."
Dan Bi tersanjung mendengarnya. Ia pun sebenarnya juga berterima kasih karena sebenarnya ia tak pintar. Tapi ia merasa cukup pintar karena ia bisa mengajar orang lain.
Raja tak percaya. "Kalau kau bodoh, maka siapa yang pintar?" Ia menghentikan langkahnya dan mengusulkan sesuatu, "Kalau begitu, bagaimana kalau kita menjadi teman? Jangan menganggapku sebagai Raja, tapi anggaplah aku ini teman. Antar pria."
"Teman?" mata Dan Bi berbinar. "Oke, aku suka itu. Teman."
Mereka sudah sampai di depan rumah kos Dan Bi. Raja melihat rumah itu dan berkata ia tak masalah kalau Dan Bi tak mau diberi kuda, tapi ia rasa Dan Bi lebih baik tinggal di rumah beratap genteng. Ia pun pamit pergi.
Dan Bi memanggil Raja lagi dan melemparkan sesuatu. Raja menangkap benda itu dan tersenyum saat melihatnya. Jeruk yang digambari orang tertawa. Ia berjanji akan memakannya.
Senyum Dan Bi mengantar kepergian Raja. Tapi senyum itu hilang saat melihat si krucil muncul sambil memakai bra-nya di kepala dan menyapanya dengan panggilan Noona. Hahaha… dikira topi itu ya. Ia melepas 'topi' itu dan menutup mulut si krucil, berharap tak ada orang yang mendengar panggilan tadi.
Ia tak menyadari kalau ada orang yang mengintainya.
Menteri Shim On dan Menteri Hwang Hee membicarakan si Anak Langit yang selalu ada di sisi Raja. Dan karena bisa mengambil hati Raja, si Anak Langit itu berani mengejek Ratu. Tapi karena insiden dengan Ratu, mereka bisa menjadikan gosam itu sebagai penjahat.
Maka Dan Bi pun ditangkap malam itu dan siap untuk dihukum mati. Para menteri minta Raja untuk menurunkan hukuman mati. Tapi Raja tak mau karena gosam itu berguna dan ia memiliki buktinya. Ah Jin masuk dengan membawa gelas minum Dan Bi.
Sarjana Choi menjelaskan kalau ini adalah alat untuk mengukur curah hujan. Alat itu sebnarnya untuk minum, tapi sudah dimodifikasi atas perintah Gosam. Raja berkata kalau ia meminta Gosam itu mendampinginya karena Gosam itu punya pengetahuan yang hebat.
Tapi para menteri tak ingin gosam itu masih hidup setelah berani mempermalukan Ratu. Mereka minta Raja mempertimbangkan keputusannya lagi.
Dan Bi ketakutan karena para pengawal sudah mengikat tangan kakinya dan mengalungkan tali, siap untuk menjeratnya.
Raja sangat peduli dengan kondisi rakyat yang tak punya air bersih sementara mereka bisa makan dan minum enak di istana. Daripada menyalahkan alam, lebih baik mereka mempersiapkan air bersih yang disuling dari air hujan. "Itulah yang seharusnya kita, yang memakan nasi dari rakyat kita, lakukan."
Semua menteri tertunduk. Ucapan Raja ada benarnya. Menteri Hwang Hee mengusulkan untuk menguji kemampuan Gosam itu lebih dulu, seperti yang tadi Raja ucapkan. Betapa bergunanya jika rakyat bisa mengetahui waktu saat mendung dan tanpa matahari.
Tubuh Dan Bi sudah terikat dengan tali, siap melepas anggota tubuhnya ke lima arah. Kuda-kuda mulai berjalan, membuat tubuh Dan Bi terangkat. Dan Bi menjerit kesakitan.
Tapi sebilah pedang memutus tali itu, menyelamatkan Dan Bi. Ah Jin datang dengan membawa titah dari Raja.
Raja sadar akan jebakan Menteri Hwang Hee. Bisa tahu waktu tanpa matahari? Di Joseon, matahari adalah waktu itu. Dan ia (Raja) adalah matahari. Sarjana Choi berkata kalau Menteri Hwang Hee menantang kemampuan Raja dan kelompok belajarnya. Dua minggu tak cukup bagi mereka untuk mempersiapkan semuanya dan mengusulkan untuk membuang Dan Bi.
Dan Bi sempat mendengar percakapan itu sebelum pergi dengan frustasi. Ia mengeluh pada Ah Jin yang sibuk membuat seruling. Ia bukanlah Dong Yi ataupun Jang Geum. Ia hanya Anak kelas 3 SMA. Masa iya mereka akan membunuhnya?
Ah Jin mengiyakan. Sangat lumrah kalau ia dibuang setelah tak berguna. "Kalau kau punya banyak waktu luang hingga bisa bicara padaku, kenapa kau tak kerjakan saja masalah itu?"
Dan Bi punya ide. Ia akan membuat perhitungannya dan Ah Jin yang akan membuat alat-alatnya. Ah Jin tak mau. Urus saja masalah mereka sendiri-sendiri. Tapi Dan Bi menahan Ah Jin dan memegang tangannya. Ia memasang wajah memelas, berharap Ah Jin mengabulkan permintaannya.
Yang terjadi kemudian adalah Ah Jin mulai mempelajari kertas hitungan Dan Bi . Aww… Dan Bi juga mulai membuka buku persiapan UN-nya lagi dan mulai melakukan perhitungan.
Sementara Raja tak selera makan. Tteokboki yang terhidang di mejanya malah mengingatkannya pada Dan Bi yang dicekal, tak boleh masuk ke dalam istana. Ia membuka sebuah kotak dan memandangi isinya.
Dan Bi tak boleh masuk istana, tapi tak ada larangan baginya untuk keluar istana dan menemui Dan Bi. Maka di sinilah ia sekarang. Duduk di samping Dan Bi yang tertidur beralaskan buku UN, yang biasanya memang dipakai untuk tidur. Tapi kali ini Dan Bi tidur karena kelelahan belajar. Raja menyelimuti Dan Bi dengan baju luar yang terlepas dan memandanginya lama.
Dan Bi terbangun sendirian. Melihat handphone dan kartu tanda peserta ada di mejanya, ia menyadari kalau Raja pasti datang kemari. Ia menoleh kiri kanan, tapi tak kelihatan sosok Raja sedikitpun. Dan di pojok kertas hitungannya, ada gambar smiley face yang persis dengan yang ia gambar di jeruk. Hal kecil itu membuatnya menjadi bersemangat.
Di istana, Raja menaruh kembali jeruk itu ke dalam kotak. Aww.. jauh-jauh ia membawa jeruk itu hanya untuk menyalin gambarnya, ya?
Setetes darah jatuh ke kertas hitung, membuat Dan Bi kaget dan menengadahkan kepalanya. Ia mimisan karena belajar dengan keras? "Daebak," gumam Dan Bi sambil merobek ujung kertas untuk menyumbat hidungnya.
Di kamar, Ah Jin menemukan jaket Dan Bi yang dijadikan selimut oleh adiknya. Ia memperhatikan tulisan di depan jaket. L.O.V.E.
Dan Bi masih belum berhasil menemukan hitungan yang pas untuk jam airnya. Berkali-kali mencoba, berkali-kali itu pula ia gagal. Tapi ia tak menyerah dan terus mencoba.
Raja juga tak bisa tidur. Ia menyibukkan diri dengan mencoba memasukkan bola ke dalam gawang, yang btw, gagal terus. Ia terus memikirkan Dan Bi. Wajah manisnya yang diam-diam ia perhatikan di balik buku saat belajar bersama.
Malam itu, saat pertama kali ia berjanji untuk mengantar Dan Bi pulang, ia sebenarnya datang. Tapi saat itu, Dan Bi sudah berjalan pergi dengan Ah Jin.
Dan saat Dan Bi tertidur di kamarnya? Sebenarnya ia tak tidur semalaman. Ia tak ingin memejamkan mata sedikitpun karena ia senang dipeluk oleh Dan Bi. Ia baru pura-pura tidur saat Dan Bi terbangun.
Akhirnya ia berhasil menendang bola ke dalam gawang. Saat itu kita melihat apa yang diucapkan Raja pada Sarjana Choi setelah Dan Bi pergi. Waktu 2 minggu cukup bagi Dan Bi untuk berhasil melakukannya. Raja percaya dengan kemampuan Dan Bi.
Dan keyakinan Raja benar. Dan Bi akhirnya berhasil melakukannya. Hitungannya telah selesai. Benar-benar telah selesai.
Di saat yang bersamaan, Raja merasakan tetes air mengenai wajahnya. Hujan. Hujan turun! Ia pernah berkata kalau hujan turun, Dan Bi boleh pergi. Itu perjanjian mereka.
Hujan turun dengan derasnya. Aku akan pergi saat hujan turun. Raja berdiri. Sebuah lagu mengalun, menyuarakan suara hatinya.
Jangan pergi.. Aku tak mampu jika kau pergi. Janganlah pergi.
Dan ia pun berlari. Lari paling kencang seumur hidupnya, berharap masih bisa bertemu dengan Dan Bi.
Dan Bi sudah berganti baju, memakai seragam SMA-nya. Ada genangan di halaman dan ia menapakkan kakinya di sana. Genangan itu tidak dangkal, terasa dalam seperti yang dulu pernah ia rasakan.
Ia bisa pulang ke masa depan. Tapi siapkah? Dan Bi pun mundur untuk ambil ancang-ancang dan melangkahkan kakinya.
Raja tak menemukan siapapun di rumah Dan Bi. Benarkah Dan Bi sudah pergi? Ia melihat kertas hitung Dan Bi sekarang sudah lengkap jawabannya, tapi ia tak merasa bahagia.
Ternyata Dan Bi masih belum kembali ke masanya dan malah pergi ke tempat jam air yang ia buat. Dengan hitungan yang telah ia selesaikan, maka jam air itu bisa digunakan. Dan ia berhasil melakukannya. Ia sendiri merasa terkesima dengan pencapaiannya.
Ia mendengar langkah kaki dan menoleh. Raja datang dengan tubuh basah kuyup. Dan Bi berkata kalau ia telah selesai membuat jam air.
Masih ingat saat di kelas ia bisa menebak bel pulang dengan mengitung tetes air yang bocor di kelas? Ia merasa waktu bisa dihitung dengan air, karena saat itu jam 3 pas dengan ember air yang penuh.
"Seumur hidupku, aku tak pernah berbuat seolah-olah hidupku tergantung padanya. Selama ini aku tak pernah berhasil dalam apapun walau sudah berusaha keras dan itu membuktikan betapa tak bergunanya aku. Tapi kali ini aku benar-benar berusaha sebaik-baiknya, " mata Dan Bi berkaca-kaca saat mengakui, "Jujur, sebenarnya aku sangat bodoh dalam matematika."
Dan Bi pun menangis. Raja menghampirinya dan berkata, "Tidak apa-apa. Aku juga berusaha keras, tapi," Raja meraih tangan Dan Bi dan meletakkan ke dadanya yang berdebar keras. "Aku tak punya jawabannya."
Raja meraih Dan Bi ke dalam pelukannya. Dan Bi memandangi hujan yang perlahan mulai reda dan menangis. Ia akhirnya membalas pelukan Raja.
Jangalah pergi, aku benar-benar tak mampu jika tanpamu.
Jang Yeoung Shil adalah seorang ilmuwan, astronomis yang berasal dari kalangan bawah. Ia banyak membukukan ilmu yang ia kuasai. Di antara banyak penemuannya, alat ukur hujan dan jam air merupakan penemuannya juga.