Ibu Suri kaget melihat calon selir anaknya ini tiba-tiba menangis di hadapannya. Ia bertanya mengapa Dan Bi menangis? Dan Bi menggeleng, tapi ia terus menangis. Ibu Suri menggenggam tangan Dan Bi khawatir.
Merasakan kehangatan tangan ibunya, tangis Dan Bi semakin pecah.
Pertemuan itu sepertinya menjawab keraguannya. Malam itu ia memakai seragam dan tas ranselnya untuk menemui Raja. Kasim guru meninggalkan mereka berdua dan berjalan tertatih-tatih.
Sambil memandangi alat yang dibuat Ah Jin, Raja berkata kalau akhirnya Joseon memiliki alat astronomi sendiri. Dengan alat ini, Joseon akan memiliki sistem kalendar sendiri. "Kau membantuku lagi," ujar Raja menoleh pada Dan Bi.
Ia baru menyadari Dan Bi kembali memakai seragamnya. "Kau ini kenapa? Kau jadi jelek lagi. Kurasa kecantikan wanita itu tergantung dari apa yang ia pakai, ya?"
Dih.. pedes banget ucapannya. Melihat Dan Bi terdiam, Raja panik dan menghentikan ejekannya. "Apa kau menangis?" tanya Raja khawatir. Dan Bi menggeleng dan Raja menggenggam tangannya. Ada yang ia ingin tunjukkan pada Dan Bi. Ia membawa Dan Bi ke lorong rahasia.
Dan Bi terperangah melihat huruf-huruf hangul terpasang di sepanjang dinding. Ada 32 kertas di sana, termasuk huruf L.O.V.E. Raja berkata kalau ia sudah membuat 28 huruf, yang terdiri dari huruf hidup dan huruf mati.
"Sekarang, kau dan semua rakyat Joseon akan bisa membaca dan menulis. Semua yang ingin belajar akan mendapat kesempatan," ujarnya bangga.
Raja membuka ruangan yang sekarang penuh tulisan yang bisa dibaca Dan Bi. Dan Bi terkesima memandangi semua tulisan itu. Raja memintanya duduk di kursi dan menyelipkan tusuk konde ke cepol rambutnya.
Raja yang tak pernah berlutut di depan orang lain, kini berlutut di hadapan Dan Bi. "Tetaplah disisiku selama matahari terbit dan terbenam. Ini adalah titah raja." Raja mengambil sebuah gulungan. Ia sudah menuliskan beberapa kata, nama yang ia anugerahkan pada Dan Bi.
Dan Bi menerima surat gulungan itu dengan hati berat. Ia menjawab, "Aku benar-benar ingin pulang ke jamanku. Sebentar lagi akan turun hujan."
Dan Bi menunduk dan berkata kalau ia sendiri sebenarnya tak tahu apa ia harus kembali atau tidak. Tapi masih ada yang harus ia lakukan di sana. "Sama sepertimu, aku juga memiliki seseorang yang mempercayai dan menungguku. Aku sangat merindukan ibuku."
Raja tak menyangka akan jawaban Dan Bi. Ia mencoba menawar. Dan Bi bisa kembali ke masa depan dan kemudian kembali lagi. Ia bahkan mengusulkan untuk membawa ibu Dan Bi kemari dan mereka bisa hidup bersama. Dan Bi menggeleng karena ia tak mau terus melarikan diri.
Raja bingung, "Kalau begitu.. apa artinya aku bagimu?"
"Mimpi."
"Mimpi yang akan hilang setelah kau bangun?" tanya Raja tak percaya. Saat Dan Bi melepas tusuk kondenya, Raja berkata dengan mata berkaca-kaca. "Ini adalah titah Raja."
Dan Bi memejamkan mata dan menyerahkan tusuk konde itu. Air mata mengalir di pipi Raja, "Ini adalah permintaan Raja."
Dan Bi sekuat tenaga menahan tangis dan minta maaf. Raja berkata penuh kekecewaan, "Yah, kurasa masa depan jauh lebih baik daripada Joseon yang penuh penyakit dan kemarau panjang. Baiklah, lakukan sesukamu."
Raja berbalik pergi meninggalkan Dan Bi tanpa sekalipun menoleh lagi. Dan Bi hanya bisa memperhatikan kepergian Raja. "Orang pertama yang kusukai dan orang itu seperti mimpi," pikirnya dalam hati. Air matanya tak bisa berhenti mengalir.
Raja pergi ke lapangan bola dan termenung, patah hati.
Sementara Dan Bi mengambil gulungan nama yang dianugerahkan Raja padanya. Belum sempat ia membuka gulungan itu, seseorang memukul tengkuknya.
Ia terjatuh dan orang itu menghujamkan pedangnya ke punggung. Dan Bi tak sempat mengelak atapun melihat pembunuhnya.
Ia hanya sempat meraih tusuk konde pemberian Raja dan menggenggamnya erat.