Chereads / Reinkarnasi Naga Primal / Chapter 16 - Bond Growth

Chapter 16 - Bond Growth

Di depan Azure bersujud seorang gadis yang telanjang. Gadis itu mengatakan kalau dia menyerahkan jiwa dan raganya untuk melayani Azure.

Hal itu membuat perasaan Azure campur aduk. Di satu sisi dia merasa bergairah, di satu sisi dia merasa takut.

Bond Growth yang terjadi pada Perlyn juga berada di luar pengetahuan Azure. Azure juga tak lupa kalau Perlyn masih seorang perempuan. Seorang gadis remaja yang kemungkinan besar seumuran dengan pacar yang membunuhnya dulu.

[High Order – Control Self: Clarity]

Azure sudah tenang, sudah bisa berpikir jernih. Namun dia masih bingung, 'terus ini gimana?'

Karena sebelumnya dia masuk ke Mode Penghayal, Azure tak memikirkan kerjadiannya akan jadi seperti ini. Plot-hole, sekarang Azure bingung bagaimana harus mempertanggung jawabkan perkataannya.

Di depan, Perlyn masih bersujud di hadapannya, menunggu perintah dari Sang Tuan.

Namun sayangnya, Sang Tuan malah pusing bukan kepalang. Sampai tanpa sadar hari sudah menjadi malam.

Angin darat membuat suasana jadi lebih dingin. Sangat buruk untuk membiarkan seorang gadis dengan tubuh telanjang dalam cuaca seperti itu.

Perlyn masih menunggu Sang Tuan untuk merespon pada sumpahnya. Meskipun udara jadi semakin dingin, dan dia kehilangan bajunya karena Bond Growth, Perlyn tak mau kalah hanya karena udara dingin.

Tiba-tiba Sang Tuan berjalan ke arahnya. Perlyn tak tahu apa yang akan Sang Tuan lakukan. Apapun itu, Perlyn akan siap menerima semua yang akan diperintahkan.

"Angkat kepalamu, Perlyn." Perintah Sang Tuan.

Perlyn mengangkat kepalanya. Dia menangkap pemandangan Sang Tuan berlutut di hadapannya. Entah kenapa, Sang Tuan memberikannya sebuah daun dari Pohon Besar untuk menutupi tubuhnya.

"Udaranya dingin, pakai daun ini dulu sementara untuk menutupi tubuhmu," ucap Sang Tuan dengan gagah.

Azure berusaha menjadi laki-laki sejati dengan melindungi Perlyn dari udara dingin. Meskipun dia masih takut karena berada dekat dengan gadis yang mungkin saja bisa menyerangnya.

Perlyn merasakan kehangatan yang tak pernah dia rasakan. Ketakutan akan Sosok Agung yang sebelumnya dia rasakan, berubah menjadi perasaan rumit yang tak dia mengerti.

"Ayo pindah ke tempat yang lebih hangat."

Azure mengatakan itu seolah dia tahu tempat yang hangat. Padahal dia tak punya ide dimana mereka bisa menemukan tempat seperti itu di kaki gunung dan hutan besar.

[Jawaban: Menggunakan [Kehendak Tertinggi] untuk memerintah alam sekitar bisa menjadi opsi untuk menciptakan tempat yang hangat]

'Aku ga ngerti apa maksudnya, tapi ide itu boleh dicoba!'

Azure memimpin kelompok kecil mereka ke salah satu pohon besar.

Pohon dari Hutan Besar seperti pohon jati yang hidup selama ratusan tahun. Akar-akarnya bahkan ikut menonjol ke atas, sangat montok.

'Tunggu, kalau [Kehendak Tertinggi] itu seperti sihir terkuat yang bisa dikendalikan dengan perintah pikiran, mungkin.'

Azure ingin mencoba sesuatu yang entah akan berhasil atau tidak.

Sang Tuan berdiri di satu Pohon Besar. Entah apa yang mau dia lakukan. Perlyn penasaran, tetapi dia tak bisa mengikuti cara berpikir agung Sang Tuan.

Tiba-tiba, Pohon Besar yang disentuh Sang Tuan bergerak ke atas.

"Wooh, gilak!"

Sang Tuan mengucapkan sesuatu. Apa itu sebuah mantra dari sihir yang barusan dia pakai? Tetapi dia tak memakai [Order] dalam pengucapannya.

Perlyn hanya bisa percaya mungkin itu salah satu kekuatan Sang Tuan.

Azure padahal barusan hanya menyentuh akar pohon di depannya. Lalu dalam kepala dia berpikir, 'buatkan kami tempat untuk berlindung dari malam'.

Hanya dengan perintah sederhana itu, pohon besar yang disentuh menciptakan goa kecil yang terbuat dari dirinya sendiri.

Goa itu berdiameter 5x5. Azure dengan tubuh naganya bisa masuk di situ. Perlyn ikut masuk ke dalam .

Goa itu bisa mereka jadikan sebagai tempat berlindung dari malam. Namun, goa itu terasa kurang karna hanya berupa ruang kosong.

"Api unggun!"

Api yang bisa menghangatkan mereka dari udara malam.

"Kalau bisa dua balok kayu untuk dijadikan bantal juga bagus."

Azure memang jarang berkemah sewaktu masih hidup sebagai manusia dulu. Tetapi setidaknya dia tahu peralatan-peralatan dasar yang harus digunakan.

"Yang Mulia Azure!" Perlyn memanggil Sang Tuan. "Biarkan hamba yang mengemban tugas itu!"

Membiarkan seorang gadis telanjang untuk mencari kayu di malam hari? Azure tak bisa membiarkan hal itu.

"Jangan khawatir, Perlyn. Peri kecil~"

Peri kecil muncul di depan wajah Azure.

Seperti seorang prajurit tentara, Peri kecil memberi hormat. "Perintah anda, Tuan~"

"Aku ingin meminta tolong para peri hutan sekali lagi untuk mencarikan kayu-kayu yang bisa kujadikan api unggun. Kamu bisa menyampaikan permintaan itu?"

"Siap laksanakan~"

Sang Tuan menggunakan kekuasaannya sebagai penguasa tertinggi untuk memberikan perintah pada penduduk hutan. Benar-benar hebat dan bijaksana.

'Hutan itu sangat gelap dan lumayan serem di malam hari.'

Peri-peri hutan membawakan barang-barang permintaan Azure.

Ranting-ranting pohon berukuran tak biasa ditumpuk di tengah goa.

'Besar banget oy, ranting-rantingnya!'

Ranting-ranting kering dari pohon besar sudah seperti cabang kalau dibandingkan dengan pohon di bumi.

Ketika satu tumpuk rantingnya dirasa sudah cukup, banyak makhluk kecil, [Peri Tanah], masing-masing membawa satu batu di tangan mereka.

'Apaan tuh, lucu banget!'

Semua Peri Tanah itu menaruh batu yang mengelilingi tumpukan kayu.

Bahan untuk membuat api unggun sudah selesai. Setelah itu, dua Peri tanah muncul membawa batu yang lebih kecil. Dua Peri tanah itu secara mengejutkan memantik api dari batu dan menghidupkan api unggun.

"Wow!"

Azure menganga dalam kekaguman.

Semua peri yang bekerja bermain di luar karena tugas mereka sudah selesai.

Peri kecil kembali ke Azure. Sekali lagi, bersikap seperti seorang tentara, Peri kecil memberikan laporan. "Tugas sudah selesai, Tuan~"

Azure mengangguk bangga. "Kerja bagus. Sekarang kamu bisa bermain dengan peri yang lain kalau kamu mau."

"Eh, boleh tuan~? Asik~!"

Peri kecil terbang ke arah teman-temannya. Bermain bersama teman-temannya di bawah langit dunia lain.

Azure baru sadar, kalau malam di dunia itu tak begitu gelap. Malahan, suasana sekitar benar-benar terang, baik langit maupun daratannya.

Di langit, ada ratusan bintang dan beberapa planet lain yang menerangi angkasa. Di darat, semua peri yang ada di kaki gunung muncul, atau lebih tepatnya, tubuh mereka terlihat lebih jelas dan menerangi sekitar. Salah satunya adalah anak perempuan Azure, Peri kecil.

"Yang Mulia Azure."

"Ada apa, Perlyn?"

Perlyn memanggilnya, tetapi Azure tak mau melihat ke gadis itu. Karena kalau dia melihat, mungkin Azure akan mimisan.

"Kalau boleh tahu, siapa Peri kecil manis itu?"

Azure baru sadar. Karena satu harian itu Peri kecil terus bersamanya, hanya saja seperti Google asisten yang akan muncul kalau Azure panggil. Azure jadi lupa memberikan nama pada makhluk kecil penolong dalam kegelapan itu.

"Hmm." Azure mulai berpikir. Karena Peri kecil adalah karakter paling penting dalam hidupnya, Azure tak mau memberikan nama yang biasa saja ke Peri kecil.

Azure terus melihat ke arah Peri kecil yang sedang bermain dengan teman-temannya. Setiap kali Peri kecil bergerak, suara 'Ring!' yang khas akan terdengar, dan suara itu sangat menenangkan hati.

"Ring-ring, Rin, Rinka?" Azure telah memutuskan. "Namanya adalah Rinka, [Anak Perempuan]-ku."