"Alamak."
Suasana sekitar tiba-tiba menjadi sangat terang. Fenomena itu datang dari posisi Peri kecil sebelumnya.
[Bond Growth]. Azure tanpa sadar memberikan Peri kecil – Rinka, sebuah julukan sebagai [Anak Perempuan].
Azure sudah tak kaget pada fenomena [Bond Growth]. Tetapi proses yang terjadi dengan Rinka lebih lama dan energi yang keluar lebih kuat ketimbang yang terjadi dengan Perlyn.
"[Kelahiran]."
Perlyn tiba-tiba menggumamkan sesuatu.
"[Kelahiran]?"
Tak ada arti lain dari kata itu selain proses lahirnya seseorang. Tetapi anehnya, proses dari makna kata itu terlihat berbeda dari yang Azure ketahui.
[Jawaban: [Kelahiran], proses pembentukan tubuh yang terjadi pada [Elemental Spirit] setelah diberikan nama oleh Makhluk dengan Kekuasaan yang lebih tinggi]
Itu artinya, Azure yang memberikan nama ke Peri kecil adalah pemicu dari [Kelahiran] itu.
Azure bukannya kaget, hanya saja kejadian demi kejadian magis yang terjadi membuat kepalanya cukup pusing. Kalau bukan karena [Clarity] dia pasti sudah pingsan beberapa kali.
Proses [Kelahiran] berlangsung sekitar satu menit. Dalam waktu satu menit itu, semua peri mengitari Rinka. Menari-nari seolah festival sedang berlangsung.
Tak bisa dipungkiri, proses [Kelahiran] Rinka memunculkan efek seperti Azure sedang melakukan gacha. Proses itu memang alami, namun terlihat sangat mewah.
Ketika proses [Kelahiran] sudah selesai, dan cahayanya mulai memudar, sesosok gadis kecil setinggi satu meter tampak melayang di udara.
Seperti sebelumnya, Gadis kecil itu memiliki empat sayap capung bercahaya yang meninggalkan jejak serbuk cahaya. Pakaian yang sebelumnya hanya berupa kain terusan, saat itu berubah menjadi gaun one piece putih dengan celana pendek, dan berbagai aksesoris keemasan.
Satu hal lagi yang paling menonjol darinya, sebuah mahkota emas yang melayang di atas kepala.
Gadis peri itu memiliki wajah yang cantik jelita dan sangat cerah. Dia melihat ke Naga Agung dengan wajah terkagum.
Azure di sisi lain merasa tak percaya, "Aku dapet SSR nih ceritanya?"
Sang Naga Agung menggumamkan sesuatu. Lagi-lagi kata-kata yang Perlyn tak mengerti.
Rinka yang sudah sadar, melihat ke arah Sang Naga Agung. "Ayah?" gumam Rinka.
Rinka terbang ke Azure yang pikirannya masih tersesat. Lalu bertanya sekali lagi, "Apa aku boleh memanggil anda dengan sebutan 'ayah', Tuan?"
Dengan wajah naga yang tak memiliki otot, ekspresi apapun yang ditunjukkan Azure takkan berubah. Namun saat itu dia sedang menangis, walaupun tak mengeluarkan air mata.
"Kamu tak perlu menambahkan tuan kalau mau memanggilku dengan sebutan ayah."
Kata-kata itu terdengar cukup sulit untuk dimengerti. Tetapi, bagi Rinka yang terhubung langsung dengan Sang Tuan, dia bisa langsung mengerti maksudnya.
Dengan ekspresi yang sangat gembira, Rinka terbang ke arah Sang Tuan. "Ayah!"
Azure menerima pelukan penuh kasih sayang dari anak perempuannya.
Pelukan itu memberikan kontradiksi pada perasaan Azure. Di satu sisi, dia merasa sangat bahagia memiliki anak perempuan seperti Rinka. Di sisi lain, dia merasa sangat sedih karena dengan tubuh naganya, dia tak bisa merasakan kehangatan pelukan dari sang putri.
Perlyn sedang menyaksikan kejadian yang sangat membahagiakan. Sang Tuan, dengan anaknya yang baru lahir, saling membagi kasih dan cinta.
Perlyn ikut merasakan kehangatan hanya dengan melihat dua insan makhluk Primordial itu saling memadu kasih.
'Tunggu,' Perlyn mulai memikirkan sesuatu. 'Rinka adalah anak perempuan dari Yang Mulia Azure. Tapi sayang, Yang Mulia Azure adalah sosok yang berdiri sendiri. Itu artinya Rinka tak memiliki seseorang yang bisa dia panggil ibu. Kalau begitu, apakah aku boleh mengajukan diri untuk menjadi ibunya?'
Perlyn mulai berkhayal, dimana dia menjadi ibu dari Rinka, dan istri dari Azure, dan mereka hidup bahagia sebagai keluarga di Gunung Besar.
"Hngk!"
Perlyn mulai mimisan karena membayangkan khayalan yang sangat bahagia seperti itu.
"Kau tidak apa-apa, Perlyn?"
Sang Tuan melihatnya yang sedang mimisan, dan mengkhawatirkan kondisinya.
"Maafkan saya, Yang Mulia. Tolong hiraukan saja saya."
Benar-benar sosok yang sangat baik hati.
Perlyn merasakan perasaan aneh lagi yang membuat dadanya merasa sesak.
Rinka melepaskan pelukannya dari Sang Ayah, lalu terbang ke Perlyn. Dengan wajah penasaran yang imut, peri kecil itu bertanya: "Kakak baik-baik saja?"
Perlyn sesaat tak percaya apa yang barusan Rinka tanyakan. "Bisa kamu bertanya pertanyaan tadi sekali lagi?"
Dengan wajah penasaran yang imut, Rinka sekali lagi mengulang pertanyaannya. "Kakak baik-baik saja?"
Perlyn tak bernafas selama satu detik. Ketika nafasnya sudah kembali, hidungnya sudah menyemburkan darah, dan dia terjatuh ke belakang.
Rinka yang ada di depan Perlyn yang jatuh tentu sangat terkejut. "Kakak!?"
Di sebelah, Azure sangat mengerti apa yang dirasakan Perlyn. "Rinka sangat imut sampai-sampai membuatmu mau pingsan." Azure mengangguk-angguk pada pernyataannya.
Kalau bukan karena [Clarity], Azure pasti merasakan hal yang sama seperti Perlyn.
Perlyn yang mengeluarkan banyak darah dari hidungnya jatuh pingsan. Azure membenarkan posisi Perlyn agar gadis itu bisa tidur dengan tenang.
Perlyn yang tidur menunjukkan ekspresi tersenyum yang sangat membahagiakan. Beberapa kali dia bahkan tertawa puas dalam tidurnya.
Rinka, penyebab dari Perlyn yang mimisan merasa khawatir. "Ayah, apa kakak ini akan baik-baik saja?"
Azure tak bisa. Setiap kali Rinka memanggilnya dengan sebutan ayah, Azure merasa sangat bahagia, dan membuatnya tak ingin kehilangan momen itu meskipun sedetik.
"Tenang saja, dia mungkin hanya kelelahan. Tidur satu malam pasti akan memulhkan tubuhnya."
"Begitu."
Sebagai permintaan maaf, Rinka mengelus-elus kepala Perlyn. "Semoga cepat sembuh," ucapnya manis seperti lagu tidur.
Perlyn merasakan kasih sayang Rinka, dan tersenyum senang dalam tidurnya. "Hehe."
Rinka terbang kembali ke Sang Tuan. Namun di tengah-tengah dia berubah menjadi cahaya yang lebih kecil.
"Rinka?"
Hal itu membuat Azure terkejut dan sedikit takut.
Rinka berubah ke bentuk asalnya, sebercak cahaya kecil seperti kunang-kunang. Lalu terbang ke pundak Azure.
"Maaf, Ayah, aku juga mengantuk."
Azure sedikit terkejut. Dia pikir [Elemental Spirit] yang terikat dengan kontrak seperti Rinka tak merasakan rasa lelah. Ternyata peri kecil itu sama seperti gadis kecil lainnya.
"Baiklah, kalau begitu kamu boleh tidur."
"Terima kasih, Ayah. Selamat tidur."
Rinka – sebercak cahaya yang menandakan keberadaannya tiba-tiba menghilang. Hal itu tentu membuat Azure terkejut, tetapi dia masih bisa merasakan keberadaan anak perempuannya di bawah jirah sisik pundaknya.
Azure bernafas lega. Melihat ke luar, dia juga tak melihat atau merasakan peri-peri lain berkeliaran. Yang ada di luar hanya [Elemental Spirit] dewasa yang terbang kesana kemari tanpa tujuan.
Azure melihat ke langit. Ada banyak hal yang berada di luar nalar yang baru dia lihat. Grand Order mungkin punya jawaban untuk semua pertanyaan itu. Namun Azure tak mau membebankan kepalanya lagi dengan semua informasi yang memusingkan.
Satu hal yang terus membuat Azure bertanya-tanya. "Apa yang terjadi ribuan tahun lalu di dunia ini? Dan apa yang sudah tubuh ini perbuat pada dunia?"
Grand Order tak merespon pada pertanyaan Azure.
"Itu artinya aku harus mencari jawabannya sendiri?" tanya Azure heran.
Dia bisa saja bertanya pada Perlyn, yang mengetahui kebesaran Naga Primal hanya dengan sekali lihat. Namun akan aneh rasanya, karena Azure adalah Naga Primal itu sendiri.
"Hmm, bodo ah. Entar aja itu. Sekarang istirahat dulu. Pusing pala bapak."
Azure memutuskan untuk tidur.
Saat itu dia baru sadar, dia punya tiga bagian tubuh yang tak biasa, ekor dan satu pasang sayap. Itu artinya dia tak bisa berbaring begitu saja.
"Terus, gimana aku mau tidur kalo begini caranya?��