Chereads / Reinkarnasi Naga Primal / Chapter 20 - Serangan Malam (2)

Chapter 20 - Serangan Malam (2)

'Mereka nangis, dong!?'

Padahal Azure cuma sok hebat dan tinggi karena dia punya kekuatan yang besar. Namun tanpa sadar, tindakan tanpa pikir panjangnya itu merupakan berkah untuk kelompok Inhuma muda yang merupakan budak itu.

____________________________________

Dante tak kuasa menahan tangis. Bukannya diberikan hukuman, mereka malah mendapatkan berkah langsung dari Sang Naga Primal.

"Angkat kepalamu," ucap Sang Naga Primal.

Dante berusaha menghentikan tangisnya, lalu mengangkat kepalanya yang sudah terbebas dari belenggu untuk mendongak. Anak-anak buahnya di belakang melakukan hal yang sama.

"Pergilah," Sang Naga Primal melanjutkan, "Rebutlah kembali apa yang menjadi milik kalian."

Dante sekali lagi menunduk merespon perintah Sang Naga Primal. "Kami sangat berterima kasih atas berkah yang engkau berikan, Wahai Sosok Yang Agung. Kami takkan pernah melupakan jasa yang engkau berikan."

"Kami takkan pernah melupakan jasa yang engkau berikan, Wahai Sosok Yang Agung!" ucap anak-anak buah Dante berbarengan.

Sang Naga Primal mengangguk puas. "Sekarang, pergi."

Dante dan kelompoknya menunduk sekali, lalu mulai berjalan ke portal tempat mereka masuk.

Mereka melewati pintu dimensi menuju halaman depan Hutan Besar. Di sisi sebelah, Sang Naga Primal melihat kepergian mereka.

Dante menunduk sekali lagi pada Sang Naga penyelamat. Setelahnya dia mulai memimpin kelompoknya pergi ke sebuah area terbuka di area halaman depan Hutan Besar.

Area itu dekat dengan pesisir pantai. Mereka yang berada di area itu bisa mendengar suara angin laut yang bergerumuh.

"Bagaimana, Dante?" tanya Gill.

Dalam kelompoknya, mereka punya enam kekuatan Wulfan muda yang sudah tak terbelenggu. Mereka adalah Dante, Gill, Beltram, Branca, Ferrante, dan Marq.

Musuh mereka hanya tiga orang manusia biasa yang bersenjatakan senjata ringan. Akan tetapi masalahnya, "Kapan Bovidane itu akan kembali?"

Bovidane adalah sebutan untuk Inhuma berkulit keras dan berbadan besar yang menjadi penjaga eksklusif di rumah dagang Inhuma itu.

Dante bukannya takut, hanya saja, kalau dalam kondisi seperti itu mereka bertemu dengan Bovidane itu, kecil kemungkinan mereka akan menang.

"Dari yang kudengar kemarin, botak biadab itu takkan kembali selama 2 hari. Karena itulah gadis Avesterda itu memberanikan diri untuk kabur."

Dante menerima laporan itu dari Branca.

Kalau memang begitu, mereka punya waktu untuk menghabisi para penjaga, membebaskan Inhuma lain, lalu kabur dari tempat itu.

Dante telah membulatkan keputusan. "Beltram, kau ikut denganku, kita akan menghabisi manusia-manusia sialan itu. Sisanya, kalian bebaskan Inhuma lain."

"Baik."

Lima anggotanya mengangguk. Mereka langsung menjalankan misi pembebasan kilat yang akan membebaskan mereka dari takdir yang kejam.

Gill, Branca, Ferrante, dan Marq membebaskan Inhuma lain dari kandang mereka dengan kekuatan sabetan cakar Wulfan.

Dante, ditemani oleh Beltram, menyelinap masuk ke dalam rumah.

Kamar tiga penjaga manusia ada di lantai 2. Kemungkinan besar mereka sedang tertidur pulas, karena waktu malam adalah waktu dimana manusia tak bisa beraktivitas banyak.

Sekilas, ide untuk menyerang mereka terdengar mudah. Namun Beltram merasakan ada bau busuk yang pasti akan dipersiapkan oleh manusia-manusia busuk itu.

Beltram menyuruh Dante untuk mundur lebih dulu. Dia yang akan menghancurkan pintu dan mendobrak masuk ke dalam kamar mereka.

Boom!

Sebuah ledakan kecil terjadi sewaktu Beltram melayangkan sabetan tangan kanan yang menghancurkan pintu kamar.

Beltram terlempar keluar dengan luka ledakan telak yang dia terima.

"Makan itu, dasar binatang!"

Dari dalam kamar, tiga manusia penjaga berteriak kegirangan karena musuh mereka terkena perangkap langsung.

"Kalian!"

Untung saja Dante menerima ide Beltram. Kalau tidak, dia juga akan terluka akibat ledakan barusan.

"Kalian pikir kami tak memikirkan kemungkinan kalau kalian bisa melepaskan belenggu kalian?!"

"Kau mau macam-macam dengan kami, hah!? Makan nih!"

Salah satu manusia penjaga memegang sebuah pipa besi yang menyulutkan api kecil. Pipa besi itu tersambung oleh sebuah tas yang dia pegang.

Tiba-tiba, pipa besi itu menyemburkan api yang membara ke arah Dante.

"Ini namanya Penyembur Api! Hebat, kan!?"

Dante memutari ruangan untuk menghindari semburan api. Ketika dia sudah hampir berada di titik awal yang sudah terbakar, Dante melompat ke atas, melewati tiga manusia itu.

Dante sudah menghadap ke manusia yang tak bersenjata. Dia langsung saja menaikkan tangan kanannya ke atas, lalu melesat ke depan.

Berpikir sudah menghabisi satu, sabetan Dante ditangkis oleh penjaga manusia satu lagi.

"Dasar bodoh! Kemampuan bertarungmu yang hanya menggunakan tangan kosong itu sudah ketinggalan zaman!"

Penjaga manusia tak bersenjata mengalihkan pandangan Dante. Tanpa sadar, penjaga manusia penyembur api sudah ada di samping.

"Makan ini!"

Penjaga manusia penyembur api menembakkan senjatanya, dan membuat Dante terlempar ke luar dengan menghancurkan tembok.

"Hahaha! Kau pikir kau hebat hanya dengan cakar dan gigi bodohmu itu!"

Dante harus melemparkan tubuhnya ke luar secara paksa. Dia bahkan harus berguling-guling di tanah untuk memadamkan api yang membakar bulu tubuh di bagian kirinya.

Olokan manusia-manusia penjaga, dan temannya yang tumbang satu, membuat Dante menunjukkan taringnya, rasa kesalnya sudah memuncak.

"Hajar kami kalau bisa! Ulululululu!"

"Kau pikir kami tak bisa melawanmu tanpa belenggu itu!?"

Manusia-manusia brengsek itu mengejeknya lagi. Penjaga manusia penyembur api bahkan tanpa alasan jelas menyemburkan apinya ke atas langit, menerangi sekitar.

Dante sudah memutuskan. Dia akan membunuh mereka apapun yang terjadi.

"Ayo, naik lagi kesini, agar kami bisa menghajarmu!"

Dante berlari ke arah rumah. Penjaga-penjaga manusia pikir, Inhuma muda itu akan datang ke mereka lagi, tetapi mereka salah.

Tiba-tiba, rumah jadi bergetar. Seolah gempa sedang terjadi.

"Apa ini?!"

Gempa itu terus terjadi seiringan dengan suara kayu yang dihancurkan.

"Jangan bilang, binatang itu - !"

Dante menghancurkan pondasi rumah dan membuat rumah itu tumbang, menimpa manusia-manusia biadab yang ada di lantai 2.

"Dante!"

Empat anak buahnya sudah melakukan tugas mereka. Salah duanya melihat kondisi Beltram.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Dante mengenai Beltram.

"\Dia masih hidup!"

Luka ledakan tadi melukai setengah tubuh Beltram, untungnya dia masih bernafas.

"Baguslah – "

Boom!

Semburan api muncul dari titik tengah reruntuhan rumah dagang.

"Mereka masih hidup?"

Tiga – tidak, satu manusia penjaga, yang merupakan tuan rumah dari rumah dagang itu, keluar dari reruntuhan. Dengan kondisi yang sudah kacau, dan wajahnya mendapatkan beberapa luka memar.

"Kalian semua, binatang! Kalian takkan bisa lari dari semua ini! Kalian akan menerima akibat dari menentang [Grand Order] dari Sang Dewi Timur! Kalian - "

Dante membungkam mulut busuk manusia itu dengan tangan kanannya. Dia mengangkat manusia yang sudah tak bisa melawan itu, lalu dengan kejam, dia melemparkan manusia itu ke arah anak-anak buahnya.

"Awolblublukh! Kau... apa yang kau lak – aaaaaaaaaaaaaakkkk!"

Branca memijak kaki kanan manusia itu sampai hancur.

"Ayolah, rasa sakit itu masih belum sebanding dengan sengatan listrik dari belenggu yang kau pakaikan pada kami."

"Kau! Beraninya kau – aaaaaaaaaaakkkkk!"

Dante menyerahkan manusia bermulut busuk itu pada anak buahnya. Dia menemukan dua anak buah dari tuan tanah itu, mereka nampaknya masih hidup, tetapi dalam keadaan sekarat.

Dante akan membunuh mereka – tidak, dia membiarkan mereka merasakan takut akan datangnya kematian yang akan menjemput mereka.

"Jalan menuju surga berawal dari neraka. Tapi, kalian akan tetap berada di neraka selamanya."