Azure masih belum bisa tidur. Ada sangat banyak hal yang terjadi dalam satu hari itu yang berakhir membuatnya tak tenang.
Dia bisa menyimpan urusan mengenai dirinya dan dunia. Tetapi kedatangan kelompok Manusia Serigala untuk yang kedua kalinya membuatnya sangat penasaran.
"Pedagang Inhuma."
Azure melirik ke gadis Avesterda yang sedang tidur.
Sebelumnya, gadis itu masih bisa tersenyum dalam tidurnya. Namun sekarang dia mulai tak tenang, bahkan beberapa kali merintih ketakutan
"Rumah yang menjual Makhluk setengah Manusia," gumam Azure pada angin.
Hal itu membuat Azure sangat penasaran. Dia ingin ke tempat itu. Tetapi beberapa hal membuat hatinya mengalami pertentangan.
"Gimana kalo Komandan Raja Iblis yang menjaga tempat itu?"
Halusinasi liar Azure mulai berjalan. Raja iblis menjadi hal yang harus dia waspadai setelah perempuan di dunia baru itu.
"Tapi aku penasaran banget."
Rumah itu pasti memiliki banyak Inhuma eksotis seperti dunia-dunia fantasi pada umumnya. Misal manusia setengah rusa, atau manusia setengah banteng seperti minotaurus, atau kalau rumah dagang itu besar, Azure bisa menemukan putri duyung.
"Walaupun aku cuma bakal ngeliat mereka dari jauh."
Setelah mengetahui ada banyak kehidupan yang fantastis di dunia baru, jiwa kreator Azure berkobar.
"Yang penting jangan banyak perempuan yang menempel padaku aja."
Impian Azure untuk menjadi karakter utama yang dikelilingi oleh perempuan-perempuan cantik sudah sirna. Setelah merasakan satu kali kematian yang mengesankan, dan juga menakutkan, yang diakibatkan oleh perempuan yang dia cintai.
"Semoga hal itu gak terjadi untuk kedua kalinya, amen."
Akan lebih baik kalau Azure dikelilingi oleh prajurit-prajurit kuat disisinya. Seperti kelompok Manusia Serigala yang dia usir barusan.
Kalau Azure memicu Bond Growth pada mereka, dan membuat mereka bersumpah setia pada Azure, mereka pasti akan menjadi pengikut yang kuat.
"Itu boleh juga!"
Azure langsung bangkit berdiri dengan gembira. Lalu dia sadar, kalau ada gadis yang sedang tidur di belakang.
"Fiuh, untung aja dia gak terbangun."
Siapa yang tahu apa yang bisa dilakukan gadis kecil polos di dunia lain?
"Pastinya gak bakal menusukku dari belakang, kan?"
Sedikit takut, Azure tertawa kecil sambil melirik Perlyn yang masih tidur.
Meskipun sudah berada dalam tubuh Naga Perkasa, takkan mudah untuk Azure menghilangkan trauma yang dia bawa dari dunia asal.
"Yang terpenting, apa aku harus kesana atau enggak?"
Azure masih belum bisa menentukan.
Tempat yang akan Azure kunjungi memang bukan wilayah musuh. Namun wilayah yang belum dia ketahui yang mungkin sangat berbahaya. Kalau dia datang kesitu, besar kemungkinan dia akan –
"Datang ke tempat itu?"
Azure menyadari sebuah kebodohan.
Dia menepuk dahi karena lambat menyadari sesuatu.
"Buat apa aku harus datang? Kalau aku bisa menyelinap kaya ninja hatori dan memanfaatkan [Grand Order]."
Setelah memutuskan, Azure langsung berjalan ke Hutan Besar.
"Sekarang, gimana aku harus membuka portal kalau Rinka sedang tidur?"
[Jawaban: Anda bisa memanggil [Elemental Spirit] yang ada di sekitar untuk anda [Summon] dan berikan perintah]
"Buset kgeat!"
Azure mudah dikagetkan kalau sedang berkonsentrasi.
"Ini [Grand Order] udah kaya emak di kampung yang suka masuk sembarangan ke kamar aja."
Azure bukan karakter yang punya masa lalu kelam. Ketika masih hidup sebagai manusia, dia masih punya kedua orang tua yang menyayanginya.
Namun dia sudah mati, dan sekarang bereinkarnasi ke dunia lain sebagai sosok Naga Primal.
"Kuharap mak mau melepaskan kepergianku."
Setelah merenungkan hidupnya yang dulu, Azure menatap ke depan dengan mantap.
"Baiklah. Sekarang waktunya untuk melakukan sebuah magic. [High Order – Summon Creation: - !"
Penglihatan Azure tiba-tiba berubah. Ada banyak titik cahaya dengan ukuran dan warna yang berbeda-beda.
"Eh, anjir, kenapa mendadak dunia berubah jadi klub disko begini?!"
[Jawaban: Ada banyak [Elemental Spirit] dalam radius 100 meter. Silahkan pilih salah satu untuk anda [Summon]]
"Oalah, mereka semua [Elemental Spirit], toh."
Ada banyak [Elemental Spirit] yang bisa dia panggil, itu artnya -
"Summon random aja dah. [High Order – Summon Creation: Fairy]!"
[Order] yang Azure gunakan memanggil seluruh [Elemental Spirit: Fairy] yang ada di sekitar, dan jumlah mereka ada ratusan.
"Wa de pak! Kenapa kau gak bilang ada sebanyak ini!?"
________________________
Dante, Branca, Gill, dan Ferrante dipukul mundur.
"Ayo, apa hanya itu kemampuan kalian?!"
Walaupun berbadan besar, Dorke bisa mengimbangi empat sekawan Wulfan, atau Dante dan rekan-rekannya yang masih belum setingkat dengan veteran seperti Dorke?
Dante tak mengerti. Dorke hanya seorang, dan senjata yang dia punya hanya kapak besar miliknya.
Namun hanya dengan kapak besar itu, Dorke dengan efektif bisa meladeni empat dari mereka.
Marq dan Beltram ada di belakang. Menunggu dengan bersiap kalau mereka bisa membantu dengan sesuatu.
"Apa yang kalian lakukan di belakang situ?!"
Dorke memprovokasi Marq dan Beltram. "Apa kalian jadi pengecut hanya karena kalian sedang terluka!?"
Marq dan Beltram tak bergerak. Sebagai gantinya, Branca melesat dari sisi belakang Dorke.
"Mati kau!" teriak Branca.
Dorke menyadari kedatangan Branca.
Dorke menarik kapak besarnya. Beban kapak itu membuatnya bergerak lambat. Branca bisa menyerang botak biadab itu.
Seperti itulah yang Branca pikir. Namun Dorke melepas tangan kirinya dari pegangan, lalu menghantam Branca dengan tinjunya.
Branca dihempaskan ke belakang. Gantian Gill yang maju ke tangan kanan Dorke yang masih memegang kapak besar.
Dorke menyadari kedatangan Gill. Dia langsung mengganti posisi pegangan tangannya, lalu menaikkan gagang kapak besar dan membuat Gill menghantam gagang kapak itu.
Ferrante tiba-tiba sudah ada di samping. Membuka mulutnya, Ferrante mengigit tangan kanan Dorke sangat kuat.
"Adoooooooohh!"
Gigitan Ferrante menembus tangan kanan Dorke. Namun Dorke masih bisa menahan rasa sakit itu.
Dorke mengangkat tangan kanannya – Ferrante masih bergantungan dengan giginya yang menancap – ke atas. Dengan kuat, dia menghantam Ferrante ke tanah.
Ferrante langsung melepaskan gigitannya karena hantaman telak di kepala dan punggung.
Dalam sekejap, Dante muncul dari depan. Tangan kanannya sudah siap untuk mengirim sabetan maut untuk Dorke.
Di saat itu juga –
"[Control Self: Heart Acceleration]!"
Dorke menghindari sabetan Dante yang barusan memotong udara di depannya.
Dante sangat terkejut dengan apa yang barusan Dorke lakukan.
"Tadi itu sangat tipis! Padahal kalau kena, seranganmu bisa saja membelah wajahku," klaim Dorke pada kemenangan sesaatnya.
Tak bisa dipercaya. Padahal Dante sudah mengeluarkan semua yang dia punya untuk melakukan serangan barusan, tetapi Dorke, dengan tubuh besarnya, bisa menghindari serangan super cepat Dante.
"Order."
Seseorang bergumam dari bawah. Itu adalah Ferrante yang mencoba bangkit.
"Order?" tanya Dante.
"Keparat itu menggunakan Order yang bisa membuatnya bereaksi sangat cepat dalam beberapa detik."
Dorke tersenyum puas pada tatapan tidak senang kelompok Dante.
"Hei, jangan merasa kesal hanya karena aku menggunakan Order! Aku melakukannya untuk bisa mengimbangi kalian berempat!"
Dorke berkata seperti itu, padahal sejatinya; "Dia bisa saja menghabisi kita kalau dia mau. Tapi seperti biasa, dia hanya bermain-main dengan kita."
Ferrante bisa merasakan kalau Dorke belum mengeluarkan kekuatan yang sebenarnya.
Kelompok Dante seketika menjadi diam. Membuat Dorke sedikit heran.
"Kenapa kalian terdiam tiba-tiba?"
"Dante, sebaiknya kita mundur lebih dulu."
Ferrante yang paling tenang dalam situasi itu. Dia tak mau mengambil resiko akan kehilangan anggota kelompok dalam pertarungan melawan Dorke.
Dorke menyadari niat mereka, lalu berkata; "Alasan kalian pergi dari kampung halaman kalian yang sunyi itu karena kalian ingin mencari Verdil, bukan?"
Dante sekali lagi terpancing karena provokasi Dorke.
"Dante, jangan berhenti!"
Kelompok mereka sedang mundur secara perlahan, tetapi Dante malah memperlambat laju untuk mendengarkan provokasi Dorke.
"Kau mau tahu alasan kenapa pria itu menghilang? Tentu alasannya hanya ada satu, yaitu dia pengecut! Apa kau juga pengecut sepertinya, Dante?!"
Dante tiba-tiba terpaku.
Ferrante merasakan hal buruk pada Dante yang terdiam.
Benar saja, tiba-tiba aura kehitaman muncul di sekitar Dante.
"Dante, jangan!"
"[Inner Beast: Unleash]"
Woosh!
Angin di sekitar Dante bertiup kencang. Sampai-sampai membuat kelompoknya hampir terhempas.
Dorke tersenyum karena berhasil memicu amarah Dante. "Bagus, begitu, datanglah padaku."
Dante berbalik, mengarah ke Dorke. Kuku-kuku dan taringnya tumbuh lebih besar dari sebelumnya. Ditambah, matanya bersinar biru terang, meninggalkan jejak cahaya seraya dia bergerak.
"Dante!"
Ferrante terus mencoba menghentikan Dante. Namun adik sepupunya itu tak mau mendengarkan. Ditambah, gelombang angin di sekitar Dante yang terus menguat membuat siapapun tak bisa menghentikannya lagi.
Dante memasang kuda-kuda; tubuh membungkuk dengan tangan kiri menyentuh tanah.
Di depan, Dorke bersiap menerima kedatangan Dante dengan kapak besar di sisi kanan.
Dante akan melesat lurus ke depan dengan kecepatan dan kekuatan maksimal yang bisa dia kerahkan.
"Akan kuhabisi kau!" teriak Dante penuh amarah.
Kaki kanannya menekan tanah sampai hancur, lalu dengan dorongan sekuat tenaga, Dante melesat ke depan.
Sewaktu melesat, Dante menyiapkan tangan kanannya di sisi belakang. Dia akan melakukan sabetan maut sekali lagi.
Dorke sudah ada di depan mata. Tiba-tiba, Dante menyadari kalau Dorke mengeluarkan sebuah senjata dari dalam celananya.
"Dante!"
. . .
Dante tak tahu apa yang barusan terjadi. Tiba-tiba dia didorong oleh seseorang dan membuatnya berbelok dan terhempas.
"Ferrante!"
Gill memanggil Ferrante yang seharusnya bersama mereka.
Dante baru sadar, seseorang yang memanggil namanya barusan adalah abang sepupunya itu.
Takut untuk melihat, Dante dengan perlahan mengangkat kepalanya, menemukan pemandangan yang membuat seluruh tubuhnya tersetrum.
"Sayang sekali, Ferrante. Padahal kau lebih pintar dari anak itu. Tapi kau malah membuang nyawamu untuknya."
Dorke menusuk dada kiri Ferrante dengan pisau.
Ferrante masih bertahan dan mencoba melepaskan diri, tetapi Dorke tak mengijinkan hal itu, dan pada akhirnya mengakhiri nyawanya.
Dorke mencabut pisaunya dari Ferrante, lalu menendang mayat Inhuma muda itu jatuh.
Tubuh Dante terasa seperti tersetrum oleh listrik tegangan tinggi. Dia tak bsia berhenti bergetar. Amarahnya berada dalam puncak dan dia tak bisa kembali.
"Keparaaaaatt!"