Kalau Azure menyelamatkan bocah yang dikejar oleh para Inhuma Serigala, dan membuat mereka kabur, kemungkinan besar para Inhuma Serigala nantinya pasti akan datang kembali dengan membawa bala bantuan.
Pemikiran itu tanpa sadar membuat Azure bergumam, "Apa aku habisi saja mereka semua?"
Seketika Azure merasakan kegelisahan yang sangat dari depan.
'Ah, kayaknya aku ga boleh ngomong begitu secara langsung', apa yang dipikirkan Azure.
Hanya dengan keberadaannya di tempat itu saja sudah membuat para Inhuma Serigala itu merinding. Apalagi kalau dia malah punya niatan untuk membunuh mereka semua.
"Mungkin itu yang terbaik."
"Hm?"
Ide itu berasal dari Pemimpin Kelompok Serigala. Dengan kepalanya yang masih menunduk dalam, keputusan besar sepertinya telah dia bulatkan.
Meskipun di belakang, anak-anak buahnya mempertanyakan keputusan si pemimpin.
"Leader, apa kau yakin?"
"Aku masih ingin hidup."
"Sebelum bisa membalaskan dendam, setidaknya aku masih ingin..."
'Oi-oi-oi, masalah mereka pada berat-berat banget kedengarannya!'
Azure pikir kalau mereka hanya keroco yang siap untuk dibuang oleh siapapun yang memerintah mereka. Tetapi sepertinya permasalahannya tak sesederhana yang seperti Azure pikirkan.
Tak seperti NPC monster di sebuah game, kelompok Inhuma Serigala itu memiliki background karakter mereka masing-masing, dan itu terdengar sangat serius sampai membuat Azure berpikir dua kali untuk meladeni mereka.
"Tidak! Dengan kondisi kita yang sekarang kita takkan bisa melakukan apa-apa selain dijadikan budak! Karena itu mati adalah jalan terbaik agar kita semua bisa bebas dari penderitaan ini!"
'Oi-oi-oi, kau yakin mau menyeret seluruh kelompokmu untuk bunuh diri seperti itu?!'
Pemimpin Kelompok memiliki tekad sekuat baja.
Seluruh anak buahnya menerima alasan logis dari pemimpin mereka. Meskipun begitu tetap saja,
"Tapi kalau kita terus hidup dan tak menyerah nantinya kesempatan yang kita tunggu akan datang. Itu yang kudengar dari Pak Tua Jemskin."
"Kita sudah hidup selama ini. Membunuh banyak orang. Lalu kapan kesempatan itu akan datang? Aku sudah muak dengan dosa yang terus kita lakukan."
'Dalem! Dalem banget, oi!'
Kelompok Inhuma Serigala itu memiliki masalah yang lebih dalam dari yang Azure bayangkan.
Setelah kata-kata terakhir dari si pemimpin, mereka semua jatuh ke dalam jurang kesunyian.
'Eh, ini giliranku untuk berdialog?!'
Sejak awal Azure-lah yang menciptakan suasana suram itu dengan ide dari karakter Villain yang tiba-tiba muncul di kepalanya.
'Gawat! Aku sama sekali gak siap dengan situasi ini!'
Kalau Azure masih berperan sebagai seorang kreator, dia mungkin saja bisa memikirkan banyak kemungkinan dalam situasi seperti itu.
Tetapi sekarang dia adalah pemain di dalam ceritanya, seorang tokoh utama kalau dia sadar. Tekanan yang diberikan sangat berbeda ketika dia masih menjadi seorang kreator.
'kreator. oh iya, berpikirlah seperti seorang kreator!'
Azure sadar kalau dia adalah makhluk supreme yang memiliki [Kekuasaan Tertinggi] di dunia. Walaupun dia masih belum tahu pasti apa artinya itu, yang terpenting, dia memiliki kekuatan untuk melakukan sesuatu.
Misalnya, kalau dia bertingkah sebagai seorang villain, dia bisa saja menghabisi semua musuh yang menghadang. Seperti satu kelompok Inhuma Serigala yang masuk dalam wilayahnya.
Walaupun dia belum pernah membunuh seseorang, dan tak yakin apa dia bisa menanggung dosa itu.
Tentu saja konsekuensi dari tindakannya bisa beragam. Yang paling mungkin terjadi adalah, pemilik dari kelompok pembunuh itu akan menyelidiki kematian mereka dengan datang ke hutan. Pastinya dia akan membawa pasukan yang mungkin lebih kuat dari pada serigala-serigala itu.
Hal itu cukup merepotkan kalau Azure bisa bilang. Lagipula dia terlahir ke dunia itu bukan untuk menjadi musuh seluruh dunia.
Hati kecil di tubuh reptilnya mengatakan kalau dia hanya mau kehidupan yang lebih damai dan bermakna dari kehidupannya sebelumnya.
Karena itu kemungkinan kedua muncul. Kalau dia bertingkah sebagai seorang yang berkuasa atas tanah ini, mungkin saja itu bisa memberikan gambaran yang lebih baik.
"Kalau dipikir-pikir lagi, aku takkan menghabisi kalian."
Apalagi Azure sekarang memiliki seseorang yang sudah dia anggap sebagai anaknya sendiri. Sesosok entiti yang terlahir dari 'mana' yang dia berikan, Peri kecil.
Dia harus menjadi sosok yang hebat tanpa harus melakukan kejahatan di depan anaknya itu.
"Apa anda yakin, Wahai Sosok Yang Agung? Kalau anda tak menghabisi kami sekarang, mungkin saja kami akan kembali dengan membawa bala bantuan."
'Tuh, kan.'
Seperti dugaan Azure. Skenario seperti itu gampang dibaca kalau seseorang sudah memiliki pengetahuan mengenai skenario seperti itu sebelumnya.
"Baiklah, kalau kau bilang begitu."
Azure menaikkan telunjuknya ke atas, setinggi di atas kepalanya sedikit. Dia menunjuk ke satu pohon raksasa. Dengan niatan untuk melepaskan sebuah mantra kecil untuk memperingatkan kelompok serigala itu.
'Baiklah, hanya mantra dengan kekuatan kecil.'
Beberapa saat lalu, Azure sudah memerintahkan [Grand Order] untuk menyarankannya sebuah mantra serangan. Sekarang dia akan mencobanya.
"[Grand Order - ]"
Itu adalah mantra Grand Order kedua yang Azure pakai.
Di saat Azure tak tahu dampak yang akan terjadi, semua orang yang melihat Azure saat itu melongo karena tak percaya.
'Cuma mantra kecil, cuma mantra kecil.'
"[Scorching Sun: Tiny Explosion]!"
Sebuah bola kecil yang mengandung unsur panas yang padat keluar dari jari telunjuk Azure.'Oh, oke, ini kecil,' tetapi Azure tak tahu seberapa besar dampak yang akan dibuat oleh bola energi panas itu.
Bola energi panas kecil itu diterbangkan. Menembus sepuluh pohon raksasa sebelum meledak menjadi ukuran yang bisa menghancurkan sebuah stadium bola.
Gelombang angin yang diakibatkan dari ledakan itu bahkan bisa memporak-porandakan separuh dari Jakarta Selatan.
Namun karena pohon-pohon di [Hutan Besar Tiada Akhir] sangat kokoh, yang tak terkena bulatan dari ledakan energi panas tak terkena dampak yang buruk.
Beberapa saat berlalu setelah seluruh debu yang menutupi area yang berdampak dari ledakan menghilang.
'Apanya yang kecil?!'
Ledakan itu bahkan bisa dibandingkan dengan mantra Explosion dari seorang penyihir dari keluarga penyihir merah.
"Uhuk~uhuk~uhuk~"
Azure mendengar suara Peri kecil yang batuk tepat di sebelah telinganya.
Karena semua hal yang terjadi Azure sampai lupa kalau Peri kecil masih berpegangan di punggungnya.
"Halah, maaf, Peri kecil. Aku cuma mau menunjukkan mereka sedikit dari kekuatanku. Tapi sepertinya aku sedikit berlebihan."
Azure telah mendapatkan kemampuan baru, yaitu bertingkah seperti seorang ayah yang selalu mau memanjakan anak perempuannya yang lucu.
"Tidak apa-apa, tuan~ Kalau itu kehendak anda, tidak akan ada yang protes~"
"Ahh, kamu bertingkah terlalu dewasa untuk gadis seukuranmu, Peri kecil."
Karena terbawa suasana Azure jadi merasa berada di dunianya sendiri bersama anak perempuan imut mungilnya.
Tujuh orang yang berada di depannya sampai tak bisa berkata apa-apa untuk merespon. Apalagi setelah melihat kekuatan dahsyat yang dikeluarkan oleh sosok dalam tubuh Naga itu.
"Dia bilang dia sedikit berlebihan."
"Apanya yang sedikit dari itu?"
Kelompok Inhuma Serigala sampai lupa akan posisi mereka karena tingkah konyol sosok yang mencoba memberikan ancaman pada mereka.
"Hm?"
"Aswwsesekwksk!"
Semua kembali diam dan menunduk setelah perhatian Azure kembali mengarah ke mereka semua.
"Uhum-uhum, baiklah. Aku akan membuat ini jadi jelas. Aku tak menginginkan tanganku menjadi kotor karena darah kalian. Jadi aku memerintahkan kalian untuk pergi dari hutan ini."
Perintah itu jelas dan absolut. Tak ada yang bisa memberikan respon untuk membalas.
Meskipun begitu masih tak ada satupun yang bergerak untuk angkat kaki.
"Apa yang kalian tunggu? Pergi!"
Setelah Azure mengeluarkan teriakan yang sangat jarang dia lakukan, seluruh kelompok Inhuma Serigala mengangkat kaki mereka seperti anjing yang ketakutan.
'Waaaaahhhh, kok aku rasanya keren banget!'
Seluruh Inhuma Serigala itu kabur dalam kecepatan tinggi. Walaupun Azure masih bisa merasakan keberadaan energi mereka dalam tubuh reptilnya itu.
"Huft, oke, satu masalah kelar."