Azure sudah sampai diantarkan ke tujuan.
[Hutan Besar Tiada Akhir] adalah nama dari hutan di depannya.
[Elemental Spirit] yang mengantarkan Azure melambaikan tangan selagi terbang ke belakang. Mereka kembali ke tanah rerumputan di atas kaki gunung.
Azure dan Peri kecil membalas lambaian tangan mereka.
"Terima kasih~!"
Azure masih merasa cukup berat untuk berterima kasih dan melambaikan tangan. Karena dia adalah makhluk yang memiliki dua sayap, tetapi entah dia yang bego atau sayapnya yang tak berfungsi untuk membawanya terbang.
"Hm, kesampingkan hal itu, [Hutan Raksasa Tiada Akhir], benar-benar nama yang cocok untuk hutan ini."
Tinggi dari pohon-pohon di hutan itu sekitar 50 meter atau lebih. Dengan setiap pohon memiliki batang yang sangat gemuk. Akar-akar besar yang menjulang keluar dari tanah. Daun-daun lebar yang hampir menutupi hutan.
"Satu batang pohon mungkin aja bisa dijadikan tempat tinggal untuk satu keluarga besar," pikir Azure.
Sebelum berada di situ, Azure juga sudah puas melihat luasnya [Hutan Besar Tiada Akhir]. Seperti namanya, sejauh mata Azure memandang dia tak bisa melihat ujung dari hutan itu.
"Mungkin karena tempat ini belum terjajah jadi semua pohon ini masih terjaga."
Azure memang cuma melihat pemandangan-pemandangan pohon itu secara sekilas. Namun makhluk-makhluk yang bisa dia temukan lewat mata reptilnya hanya binatang-binatang raksasa, itu juga mereka hidup/terbang di atas langit.
"Paus itu benar-benar menakjubkan."
Semua hal baru yang Azure lihat di dunia itu benar-benar menakjubkan.
"Kegelapan di dalam goa gunung itu juga menakjubkan, menakjubkan gelapnya."
Setidaknya rasa sakit akibat terbunuh, bereinkarnasi, dan berakhir di tempat gelap dengan tubuh yang dia belum lihat seperti apa terobati oleh hal-hal menakjubkan itu.
"Oh iya, mumpung udah di luar aku harus cari kaca untuk bercermin."
Niat Azure seketika menghilang ketika dia melihat di mana dia sedang berdiri sekarang. Hutan belantara tanpa ada satu pun manusia yang hidup di dalamnya.
"Oh iya, aku hampir lupa, kan ada air."
Air memiliki fungsi yang sama dengan cermin. Sungai atau danau adalah sumber yang pas untuk mencari air. Tetapi masalahnya, apa Azure bisa menemukan sungai di hutan belantara itu?
"Argh, sejauh mataku memandang tadi yang kulihat juga cuma pohon-pohon yang gedenya minta ampun."
[Hutan Raksasa Tiada Ujung] juga hampir keseluruhan menutupi permukaan tanah yang ada di bawah mereka. Karena itu cukup sulit untuk berharap kalau di hutan itu ada sumber air atau tidak.
"Mmm~ bagaimana ini?"
Azure kehilangan ide.
Di saat sang tuan merasa kebingungan, di situ pula Peri kecil ada, atau Peri kecil memang ada di dekat Azure hanya saja Azure sering melupakan entiti kecil itu.
"Tuan~"
"Oh, ada apa, Peri kecil~?"
Wajah manis Peri kecil menghilangkan keresahan Azure dan membuat Azure seperti seorang ayah yang merespon pada anak kecil manisnya.
"Biarkan aku membantu untuk mencari sumber air untukmu, tuan~?"
"Hmm, tapi bagaimana kamu melakukannya? Jangan bilang kalau kamu akan terbang melintasi hutan lebat ini sendirian? Aku tak akan mengijinkan rencana yang ceroboh seperti itu, Peri kecil."
Terlalu berbahaya, bagaimana kalau ada monster yang bisa membahayakan Peri kecil nantinya, pikir Azure. Yah, walaupun dia juga tak tahu apa benar ada monster yang ada di dalam hutan raksasa itu?
"Tidak~ bukan begitu, tuan~"
"Terus, apa yang mau kamu lakukan?"
"Aku akan bertanya pada para Spirit di hutan ini dimana kita bisa menemukan sumber air~"
Azure lupa kalau putri kecilnya itu adalah salah satu entiti yang bisa berbicara menggunakan bahasa yang dia tak mengerti.
"Hmm, kalau begitu, baiklah. Lakukan itu!"
"Baik, tuan~" balas Peri kecil dengan menaikkan satu tangannya.
Awww, sooo kyooottt, teriak hati Azure.
Peri kecil lalu memulai proses untuk berbicara bahasa entiti alam yang tak bisa dimengerti Azure. Meskipun bisa mendengar, Azure hanya bisa mengerti suara bel berdering setiap kali Peri kecil berhenti berbicara.
Peri kecil hanya berbicara beberapa kata. Setelahnya angin berhembus dari dalam hutan menerpa Azure.
"Woh, apaan tuh, cok?!"
"Tuan~"
Peri kecil kembali ke Azure dengan wajah gembira.
"Mereka bilang ada sungai besar mengalir tak jauh dari sini~!"
"Hoo, itu kabar yang bagus. Lalu dimana sungai itu?"
"Sedikit mengarah timur laut dari sini~ Kita bisa sampai kesana kalau menyusuri pinggir hutan ini~"
"Kalau begitu mudah, dong!"
Peri kecil memosisikan sayapnya ke arah yang akan mereka tuju. Dengan ajakan 'ayo~!', Peri kecil terbang lebih dulu.
Azure sangat senang dengan hal itu, karena akhirnya dia bisa melihat bagaimana wajah Naganya berbentuk. Ditambah Peri kecil yang sangat manis berbicara begitu banyak padanya.
"Hm?"
Rasa senang Azure sampai membuatnya lupa kalau saat itu dia sedang terbang dengan kedua sayapnya.
Namun hal itu hanya bertahan sebentar. Setelah Azure menyadari dia sedang terbang, saat itu pula sayapnya berhenti mengepak.
"Wohajancok!"
Tubuh reptil yang berat itu pun terjatuh ke tanah dengan gelombang yang cukup besar.
"Tuan~!"
"Aku gak apa-apa, Peri kecil."
Peri kecil langsung terbang mendekat melihat kondisi tuannya.
"Asu lah, padahal tadi dah bisa."
Pertanyaannya, kenapa ketika Azure sadar dia tak bisa menggunakan sayapnya?
Hal itu membuat Azure berpikir.
. . .
"Gak ada ide."
Dia benar-benar tak mengerti dengan cara kerja tubuh barunya itu.
"Lagipula aku gak ditanya, 'apa kau mau hidup jadi naga di kehidupan keduamu?'."
Yang Azure dapatkan malah tanpa dia mengerti dia sudah berada di tempat gelap dengan berada di dalam tubuh makhluk raksasa.
"Hm, mengeluh terus gak bakal dapat apa-apa. Lagipula hidup begini gak buruk juga. Karena ada Peri kecil di sampingku."
Peri kecil sedikit terkejut di saat tiba-tiba sang tuan melihat dan tersenyum padanya. Meskipun begitu Peri kecil tetap merasa senang dan bahagia dengan energi positif yang diberikan sang tuan.
Melihat Peri kecil yang dengan mudahnya bisa menggunakan sayapnya membuat Azure bertanya, "Peri kecil, bagaimana caranya kamu terbang?"
Awalnya Peri kecil mengeluarkan tanda tanya dia atas kepala. Seperti bertanya, 'apa tuan tak bisa terbang?'. Namun dia menyimpan pertanyaan itu dan memberikan jawaban dengan senang hati.
"Aku cukup bingung bagaimana harus menjawabnya~ Hmm~ Tapi hal itu sangat mudah~ Aku hanya ingin terbang~ Begitu saja dan aku bisa terbang seperti~ Woooshh~ Wooo~ Wuuuooo~"
'Hm, yup, percuma. Sama sekali gak ngerti.'
Seseorang bisa memberikan penjelasan ketika dia sudah mempelajari hal yang ingin dijelaskan. Hal itu tentu saja masih mustahil untuk Peri kecil yang merupakan makhluk entiti sederhana.
"Tapi, pakai perasaan, ya. Memang semenjak hidup dengan tubuh ini aku belum pernah mencoba merasakan tiga bagian tubuh yang menempel ini."
Dua sayap dan satu ekor. Sebelumnya Azure hanya berpikir kalau tiga bagian tubuh barunya itu hanyalah bagian tempelan belaka, yang bisa dipasang dan dilepaskan.
Tetapi sekarang, setelah Azure menyadari, dia bisa merasakan energi kehidupannya juga mengalir di tiga bagian tubuhnya itu.
Apa yang mungkin adalah darah mengalir di setiap nadi di dua sayap dan satu buntutnya.
Azure berkonsentrasi merasakan energi itu sampai perlahan-lahan dia bisa menggerakkan ekornya sedikit.
"Woh! Bisa nih bisa!"
Sedikit demi sedikit Azure bisa merasakan dua sayap dan satu ekornya bergerak. Dia mulai bisa menggerakkan mereka.
Beberapa saat berlalu, walaupun belum benar-benar menguasai, Azure sudah bisa menggerakkan dua sayap dan ekornya.
"Wwwoooohhh! Nice nice nice nice nice nice nice nice nice nice nice nice!"
Azure sudah bisa menggerakkan ekornya ke segala arah. Dua sayapnya juga sudah bisa dia kepakkan dengan baik.
"Sekarang waktunya mencoba untuk terbang."
Di percobaan pertamanya, Azure mencoba untuk mengepakkan kedua sayapnya dengan kuat namun perlahan. Sedikit demi sedikit hal itu membuat Azure terbang di udara. Satu meter per satu meter. Sampai Azure sudah bisa mempertahankan ketinggiannya.
"Wooohhh! Waaaannjaaaayy!"
Di kehidupan sebelumnya Azure memang sudah merasakan terbang, melalui pesawat, dan hal itu cukup menakutkan baginya untuk melihat ke luar.
Namun ketika dia merasakan sendiri bagaimana terbang, kata 'menakjubkan' muncul dalam hatinya.
Perasaan sangat puas setelah berhasil melakukan sesuatu yang sangat ingin kau lakukan.
Meskipun sudah berhasil menguasai kedua sayap untuk membawanya terbang, pertanyaan lain muncul, "Terus, ini melajunya gimana?"