Chereads / Reinkarnasi Naga Primal / Chapter 1 - Berakhir di Tangan Psikopat

Reinkarnasi Naga Primal

🇮🇩MasKara
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 82.2k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Berakhir di Tangan Psikopat

"Kau tahu, Dek Azure, kenapa penganut agama tertentu mengatakan kalau setelah mati kita bisa bereinkarnasi. Karena kemungkinan besar dunia seperti yang kita tinggali saat ini tak hanya satu. Dan hal itu tak menutup kemungkinan kalau ada dunia yang sangat berbeda dari dunia yang kita hidupi sekarang. Ngomong-ngomong teori itu disebut hyperspace."

Omong kosong editor dan topik pembahasannya yang membosankan lagi.

Editor selalu memberikan Azure Akasha (Nama Pena), sakit kepala setiap kali editornya mengajak Azure untuk meeting.

Meeting itu sebenarnya tak terlalu penting. Karena yang mereka lakukan setiap kali bertemu hanya, editor mengoceh dan Azure hanya diam mendengarkannya. Mereka sama sekali tak membicarakan mengenai pekerjaan.

Sesi itu berlangsung setidaknya selama satu jam kurang. Setelahnya mereka akan berpisah. Saat-saat yang paling Azure tunggu. Namun editor akan selalu menemukan topik untuk dibicarakan.

"Hei, Azure, kau sadar kalau kau itu tampan, bukan? Apa kau tak merasa kau harus mulai menjalin hubungan dengan seorang pasangan? Lagipula dengan wajahmu itu kau pasti takkan kesulitan untuk menemukan satu."

"Aku tak tertarik untuk mencari. Tapi, kalau ada yang datang padaku, entahlah, mungkin aku bisa memberikannya kesempatan."

Azure sedang dalam masa kejayaannya. Komik yang dia gambar laku keras. Fisik yang dia punya juga berada di atas rata-rata. Jadi wajar saja kalau mungkin ada satu atau dua perempuan yang tertarik padanya.

"Tapi aku gak mau kalau perempuan itu mengetahui mengenai pekerjaanku."

"Eh, kenapa, bukannya itu bisa lebih mempermudahkanmu? Kau mungkin saja bisa dengan mudah berganti-ganti pasangan dengan memanfaatkan para fansmu."

"Kau dan pikiran kotormu lagi."

Azure adalah pemuda yang hanya menginginkan hidup tenang dan bisa melanjutkan mimpinya. Karena itu ide untuk memanfaatkan kepopulerannya adalah hal yang terdengar bodoh.

Singkat cerita Azure akhirnya bisa terlepas dari celotehan editornya.

Pertemuan mereka mamakan tempat di salah satu kafe terkenal di kota. Karena itu dia harus berjalan pulang melewati keramaian yang dia cukup tak suka untuk kembali ke apartemennya.

Di saat itu pula kejadian tak terduga terjadi. Azure secara tak sengaja bertubrukan pelan dengan seorang perempuan. Tetapi hanya perempuan itu yang jatuh.

Azure dengan cepat menjulurkan tangannya ke si perempuan.

"H – hei, kau gak apa-apa?"

"Ah, iya, aku gak – "

Mata Azure dan gadis itu bertemu dan dunia serasa terhenti.

Gadis yang Azure tubruk adalah gadis yang cantik. Karena itu Azure cukup terpana. Gadis itu mungkin juga merasakan hal yang sama seperti Azure.

"Maaf, aku bengong tadi."

"Aku juga minta maaf."

Suasananya jadi cukup canggung. Apalagi Azure juga sangat jarang berkomunikasi dengan perempuan. Jadi jalan satu-satunya cuma satu, kabur.

"Kalau gitu, aku pergi."

Azure kabur meninggalkan tempat. Cukup sayang rasanya, dan dia mungkin takkan mendapat kesempatan seperti itu lagi.

"Tunggu! Maaf, tapi boleh aku minta nomor kontak kamu."

'Iniii dia coookk!' teriak hati Azure.

Padahal dia baru saja mengatakan dia akan menerima perempuan yang datang padanya, eh kesempatan langsung datang. Rezeki nomplok begitu tentu saja gak bakal Azure sia-siakan.

Singkat cerita, Azure dan gadis takdirnya mulai menjalin hubungan. Awalnya mereka hanya menerima pesan. Berkembang menjadi kencan. Sampai akhirnya Azure mengundang kekasihnya itu ke apartemen miliknya sendiri.

"Ini dia – ini dia – ini dia, cooook! Wohoooo!'

Ketika dia akhirnya mendapatkan kesempatan untuk melepaskan keperjakaannya, tentu saja membuat Azure tak bisa tenang.

Waktu dan lokasi, aman. Legalisasi usia, aman. Kondisi perasaan, sempurna. Tinggal pengeksekusian yang akan dilakukan di waktu yang belum ditentukan.

Namun di saat itu pula sesuatu yang di luar dugaan terjadi.

"Sayang, aku boleh jujur ga?"

"Apa itu?"

"Sebenarnya, aku tahu mengenai pekerjaanmu."

'Ha?'

"Dan aku juga udah tahu sejak awal. Tapi karena itulah aku, aku gak mau ngebiarin kamu dipikat sama perempuan lain."

'Tunggu-tunggu. Kayanya aku tahu kemana arah alur ini.'

Kekasih Azure berada di depan pintu masuk. Azure juga sebelumnya seperti mendengar ada suara pintu yang terkunci.

"Tapi kamu perlu tahu, aku sayang banget sama kamu. Aku cinta mati sama kamu."

Dalam suasana yang tiba-tiba mencekam seperti itu, kekasih Azure datang dengan kedua tangan disembunyikan di belakang.

'Tuh, kan.'

Azure yang mulai mendapat tekanan tak bisa mempercayai apa yang ada dalam pikirannya. Jadi dia hanya bisa diam sambil bergerak ke belakang secara perlahan.

"Sayang, kita bisa bicarakan ini."

"Maaf, tapi keputusanku udah bulat untuk mencintaimu, dan untuk gak membiarkanmu berpaling ke perempuan lain."

"Memangnya kenapa kamu pikir aku bakal berpaling ke perempuan lain?!"

"Bukannya sebelum pertemuan kita, kamu membicarakan mengenai memanfaatkan fansmu untuk mendapatkan kesenangan."

'Ha?'

Ya, hal itu terjadi, tetapi Azure butuh waktu untuk mengingatnya kembali. Waktu dimana Azure melakukan meeting terakhir sebelum pertemuan mereka.

'Tapi tunggu dulu, kenapa dia bisa tahu pembicaraan kami?'

Jawaban dari pertanyaan Azure hanya satu, 'Ini anak, stalker?!'

Tak hanya itu, kekasih Azure bergerak cukup mencurigakan. Tangannya masih disembunyikan di belakang. Dia berjalan agak sempoyongan mendekati Azure yang sudah tak punya tempat untuk lari.

Punggung Azure sudah berhadapan dengan tembok. Suasananya mulai jadi sangat mencekam. Jantungnya tak berhenti berdetak kencang.

"Sayang, ayo kita bicarain dulu masalah ini, oke?"

"Oke, setelah ini kita bakal bicarain baik-baik, ya."

'Setelah ini? Apa maksudnya?!'

Detak jantung Azure mulai berdetak tak beraturan. Nafasnya juga mulai terengah-engah. Pikirannya tak bisa dia kendalikan.

Kekasihnya hanya diam di depannya. Menundukkan kepalanya tak bergerak.

Dalam hidupnya, itu kali pertama Azure merasakan horor yang sesungguhnya.

"Sayang, percaya, aku gak bakal khianatin kamu."

"Itu adalah kata-kata yang dia bilang kepadaku sebelum dia mencampakkanku."

'Dia!? Dia siapa?!'

Azure sama sekali tak mengerti kenapa dia harus melewati horor seperti itu.

Padahal yang dia inginkan hanya menghidupi kehidupan normal setelah bertemu dengan perempuan yang ditakdirkan bersamanya.

'Tapi kalau begini bukan ditakdirkan namanya!'

"Tapi tenang aja, setelah ini kamu akan selalu hidup dalam hatiku."

Hal selanjutnya yang bisa dia lihat hanya tangan kekasihnya yang memegang pisau yang di angkat ke sisi kepala kanan Azure.

"Ap - !"

<*><*><*><*><*><*>

[Kau Telah Terbunuh]

[Proses Transfer Jiwa Dilakukan][Status : Proses]

<*><*><*><*><*><*>

[Proses Transfer Jiwa][Status : Berhasil]

[Mengembalikan Kesadaran]

'Huh? Terbunuh? Tunggu, jadi perempuan itu beneran psikopat?! Terus, ini dimana?!'