Meskipun berhati dingin dan berhati batu, Alex tetap lah pria yang menepati janjinya, apalagi janji dengan seorang gadis. Alex tidak mau di cap sebagai PHP (Pemberi Harapan Palsu). Sepulang sekolah Alex mengantarkan Laura pulang. Karena tidak mungkin membawa Laura dengan motornya, Alex terpaksa menukar motornya dengan mobil Fahmi, untung saja pria itu mau. Ya... Fahmi anggap aja itu untuk menembus kesalahannya karena barter nomer Alex dengan bolpoin satu pack dan permen lollipop..
Disinilah dirinya sekarang, didalam mobil berdua dengan Laura yang terus mengoceh. Membuatnya jadi tidak konsen menyetir.
"Alex, gue boleh tanya nggak?" tanya Laura.
"Nggak.." jawab Alex.
"Oke, Laura anggap boleh saja ya. Mm.. Alex pernah nganterin cewek pulang, nggak?"
"Nggak" jawab Alex dengan jujur, karena ia tak suka basa-basi dan berbohong untuk hal yang tidak penting. Karena jalan hidupnya itu sangatlah lurus.
Laura pun tersenyum riang.
"Berarti Laura yang pertama dong? Iya kan? Laura adalah cewek yang pertama, yang Alex anterin pulang?"
Alex pun terdiam seketika, ia berpikir sesaat. Ucapan Laura barusan memang benar, Alex menyadarinya sekarang. Karena ini untuk pertama kalinya ia berdua di dalam mobil bersama dengan seseorang PEREMPUAN, dan dia sedang mengantarkan perempuan itu pulang. Bagi Alex ini adalah hal yang paling sial, karena gadis yang bersamanya bukan gadis yang dia sukai.
"Alex jawab" ucap Laura lagi, karena melihat Alex yang terus terdiam.
"Apa" jawab Alex.
"Laura adalah gadis yang pertama kali yang Alex anterin pulang?" Laura mengulangi pertanyaannya tadi.
"Sepertinya" jawab singkat Alex.
"Ya Allah terima kasih atas karuniamu pada ku" teriak Laura kencang sekali, sampai membuat Alex harus menjauhkan telinganya itu yang berdengung akibat suara Laura yang seperti Mic.
Alex menggelengkan kepalanya, ia tak ingin mendengarkan suara gadis gila disampingnya itu. Ia ingin cepat-cepat sampai rumah dan tidur. Karena, tubuhnya sudah terasa lelah dan mati rasa.
"Alex, Laura boleh tanya lagi?" tanya Laura
"Nggakk" jawab Alex.
"Alex udah punya pacar? belum kan? Laura juga belum punya pacar soalnya. Hehehe.." ucap Laura.
"Laura nggak mau cari pacar yang lain, Laura maunya pacaran sama Alex" tegas Laura seperti sebuah janji.
Alex menghela nafas berat, mendengar pengakuan gila apa lagi yang akan diucapkan gadis gila ini. Seperti ingin mencekik lehernya Laura dengan tangannya sendiri.
"Tapi, kata Tiara teman Laura, Alex itu belum punya pacar. Dan Tiara nggak mungkin bohong sama Laura" kata Laura.
"Alex beneran belum punya pacar kan?" tanya Laura sedikit mendekatkan wajahnya ke Alex.
Tapi tak ada jawaban dari pria disebelahnya itu.
"Alex jawab!!"
Alex melirik tajam, sedikit risih dengan posisi wajah Laura yang begitu dekat.
"Nggak Laura.." jawab Alex tajam sembari mendorong kepala agar menjauh darinya. Alex pun menjadi tidak fokus ke depan, dan tiba-tiba??.
"ALEX AWAS..." teriak Laura, sambil berpaling mukanya itu ke depan, ia melihat mobilnya itu. Ingin tertabrak oleh sebuah bus besar.
Ia pun berbelok kin setirnya, supaya tidak tertabrak oleh bus di depannya itu.
Ngiiitt.
Alex pun kaget, karena bibirnya dan bibir Laura saling bertemu, Alex pun melihat matanya Laura itu dengan dekat. Ia baru menyadarinya, kalau Laura mempunyai mata dan mulut yang begitu indah, tapi Alex mendorong badannya sendiri, dan menjauh dari Laura. Kalau bukan karenanya, ia tak mungkin seperti ini didepannya.
Tapi disatu sisi Laura tak memikirkan itu semua, karena kecelakaan hari ini, membuat dirinya menang banyak untuk dekat dengan Alex.
Laura kembali ke topiknya tadi. Yaitu menjawab perkataan Alex. "Alhamdulillah, kalau lu beneran belum punya pacar, berarti kita jodoh dong. Hehehe"
"Lex, Laura boleh tanya lagi?" tanya Laura dengan hati deg-degan.
Alex pun menghentikan mobilnya, karena lampu merah di depan mata masih 85 detik. Masih banyak waktu sebelum lampu hijau. Alex pun memutar kepalanya 90 derajat, menatap ke arah Laura dengan kesal setengah mati.
"Lu bisa diem nggak?" tanya Alex.
"Nggak bisa Alex, maaf" serah Laura
"Gue pusing dengar lu ngoceh terus.." sahut Alex.
Laura menatap Alex, dengan raut wajah bersalah.
"Alex marah ya? Maafin Laura ya"
"Alex maafin dong.. jangan marah terus" rengek Laura.
Alex tidak ingin mengeluarkan satu kata apapun lagi. Ia memilih diam. Fokus ke depan tidak memperdulikan rengekan, kicauan dan segala hal apapun yang berhubungan dengan gadis disampingnya.
Setelah 1 jam akhirnya Alex sampai didepan rumah Laura. Alex tidak tahu harus bersabar bagaimana lagi, gadis model Laura sangat menyebalkan. Alex baru menyadari bahwa dari tadi Laura mengejarnya, Laura selalu menunjukkan arah jalan yang salah. Padahal jarak sekolahnya dan rumah Laura harusnya dapat ditempuh kurang lebih 20 menit. Kalau Laura tidak menunjukkan jalan yang salah, maka kecelakaan itu mungkin tidak akan terjadi.
Alex menatap ke arah Laura, gadis itu masih diam tak bergeming di dalam mobil.
"Lu nggak turun?" heran Alex.
"Bukain pintu mobilnya, baru Laura mau turun" gumam Laura dengan nada lembut.
"Gue bukan supir lu" tegas Alex, dengan nada tinggi.
"Laura nggak nganggep Alex supir kok. Laura cuma mau seperti kayak di drama-drama Korea gitu, yang di bukain pintu mobil sama pacarnya" ucap Laura, sambil menjelaskan semua yang ia mau ke Alex.
"Tapi, gue bukan pacar lu" sahut Alex.
"Sebentar lagi, Laura pastikan Alex bakal jadi pacarnya Laura" sahut Laura dengan keyakinan nya yang mencapai 100%.
Alex pun menghela nafas dengan lemas.
"Ya Allah, Ya Robbi. Cobaan apa lagi ini?" nyebut Alex membanting keras kepalanya pada sandaran kursi.
"Alex cepetan bukain pintunya" pinta Laura.
"Nggak" tolak Alex.
"Bukain Alex, tangan Laura masih lemas, nggak bertenaga, kan tadi Laura habis pingsan. Perut Laura juga lapar. Apa kita makan dulu diluar?"
"Nggak, Laura cepetan turun.." ucap Alex kesal.
"Nggak mau, Laura nggak mau turun" rengek Laura.
Ya Tuhan, ini anak dikasih makan apa sih sama emaknya? kok bisa kayak gini? Alex menghela nafas berat, ia pun keluar dari mobil, berjalan ke sisi pintu Laura.
Alex membukakan pintu untuk Laura, dengan raut jelek. Menunggu sang gadis gila itu keluar dari mobil dengan gerakan pelan kayak siput.
"CEPETAN!" teriak Alex yang sudah tidak sabar.
Laura mematung mendengarkan teriakan Alex yang mengejutkan.
"Alex marah? Maafin Laura ya.." ucap Laura sedikit takut.
Alex tak memperdulikan Laura, ia segera berjalan meninggalkan Laura, ia pun segera masuk kembali ke mobilnya. Namun, langkahnya berhenti, sebuah tangan mencekal lengannya. Alex pun menoleh.