Chereads / asam manis cinta remaja / Chapter 3 - Hari yang sial

Chapter 3 - Hari yang sial

"kan lu yang iya-in"

"Gimana kalau Alex mecat kita berdua jadi temannya?"

"Bagaimana ni..??" pasti nggak bakalan ada yang nyontekin kita lagi waktu ujian"

"Kagak tau gue, nilai kita taruhannya"

"Terpaksa, harus diri sendiri sekarang"

***

Lapangan SMA Arwana terbilang sangat luas dan setiap harinya akan ada 3 kelas yang menjalani pelajaran olahraga secara bersama dengan 3 guru berbeda. Mungkin ini yang disebut takdir bagi Laura dan malapetaka bagi Alex. Diantara 3 kelas itu, adalah kelas mereka 11-A dan 11-C, kelas Alex dan Laura.

Lebih buruknya lagi, guru olahraga Laura sedang sakit, dan mereka free class.

"Selamat pagi, pak Harto"

Semua anak 11-A yang lagi stretching, yang dipandu oleh pak Harto menghentikan aktivitas mereka. Menatap ke depan dengan bingung karena kedatangan sosok gadis yang sedang jadi trend di SMA ini. Siapa lagi kalau bukan, Laura..

"Pacar lu Lex.."

"Syukurin, dia lagi masuk ke kandang singa" bisik Fahmi dan Exsel yang berbaris di dekat Alex.

Pak Harto menurunkan kedua tangannya, dan menatapi Laura dengan tajam dan bingung. Alis tebalnya terlihat semakin panjang dan menebal.

Laura menelan ludahnya, mencoba tegar dan tidak takut.

"Ada apa?" tanya pak Harto tak suka basa basi. Beliau adalah salah satu member dari theree Musketeers sekolah ini yang dijuluki Bapak Porthos, beliau dulunya mantan kepala polisi Jakarta Timur yang entah karena apa berbelok menjadi guru olahraga, jadi jangan heran kalau kemana mana bawa pistol yang tersimpan fana di sabuk dekat perutnya itu.

"Bapak Harto yang Laura hormati, maaf jika Laura mengganggu bapak. Jadi..."

"Langsung saja!" sahut pak Harto dengan terus terang.

"Pelajaran olahraga dikelas Laura kosong, bapak Darmo sedang sakit. Sebagai murid yang berpegang teguh pada Tut Wuri Handayani, Laura tidak suka ada pelajaran kosong, pak.."

"oleh sebab itu, Laura boleh ikut pelajaran olahraga dikelas bapak ya" pinta Laura memohon sambil menangkupkan kedua tangannya.

"Saya sangat senang jika bisa ikut mata pelajaran bapak Harto" jawab Laura dengan semangat

Pak Harto menyipitkan kedua matanya, sedikit curiga dengan gadis dihadapannya ini, sebenarnya apa yang dia inginkan?

"Sebenarnya apa maksud terselubung kamu? Saya juga tidak pernah melihat kamu selama ini? Apa kamu benar murid SMA Arwana?" tanya pak Harto.

"Saya murid pindahan pak, baru 2 hari kemarin saya masuk ke sekolah ini" jawab Laura sifat tenang.

"Nama saya Laura Ramadani pak, panggilannya Laura, umur saya 16 tahun.."

Pak Harto manggut-manggut dengan bingung.

"Ya sudah, kamu boleh ikut. Tapi jangan malas.. karena saya tak suka orang malas" kata pak Harto dengan sifat tegas.

"Siap pakk.." teriak Laura sambil hormat dan bersemangat.

Pak Harto mengedikkan dagunya, memberi isyarat agar Laura segera masuk ke dalam barisan. Kedua mata Laura langsung mengedar ke seluruh barisan mencari seseorang yang sudah paling ia incar, dan alasan utama ia mau ikut mata pelajaran ini.

"Saya baris di sebelah Alex ya pak" ucap Laura meminta izin kepada Pak Harto.

"Terserah kamu"

"Okey, makasih bapak Harto yang paling baik. Kata Laura kepada Pak Harto dengan senang dan penuh semangat.

Laura melangkah dengan senyum kemenangan, ia berjalan mendekati Alex yang sedang tertunduk pasrah tak bersemangat. Apa lagi cobaan yang diberikan tuhan kepada Alex.

"Alex.." panggil Laura yang lagi mencolek lengan Alex.

Alex tak memperdulikannya, ia tak bergeming sedikitpun ataupun menolehkan kepalanya. Alex hanya fokus mendengarkan pelajaran Pak Harto yang sedang berkobar di depan sana.

"Alex jangan jutek jutek kek.." ucap Laura memohon kepada Alex.

"Alex jangan diemin gue" kata Laura sambil merengek rengek.

"Alex..." desis Laura pelan namun penuh penekanan.

Laura mengepalkan kedua tangannya dengan kuat, kedua matanya pun menyorot ke arah Alex dengan penuh kobaran api yang tertahan. Laura pun sudah kehabisan kesabarannya.

"Alex jangan cuekin Laura"

"LU TEGA LEX, BIKIN WANITA NANGIS" teriak perlahan Laura

Kepala Alex tertunduk dalam, kedua matanya terpejam kuat dan tangannya pun terkepal erat. Semua mata pun memutar dan semua tubuh pun berbalik ke arahnya. Tentu saja sekarang dirinya dan Laura telah menjadi pusat perhatian seluruh lapangan. Teriakan Laura pun sampai mengalahkan stereo SIMBADA. Dan satu lagi, mereka berdua sebentar lagi akan menjadi mangsa baru bapak Porthos, pasti itu..

"Alex!! Laura!! lari keliling lapangan 10 kali sekarang juga!! teriak Pak Harto murka.

"Apa??" Alex bilang barusan

"KENAPA ALEX? APA KAMU KEBERATAN ATAS PERINTAH BAPAK?" sahut pak Harto.

Alex mendecak kesal.

"Maaf pak. Saya akan melaksanakan perintah dari bapak" kata Alex dengan berat hati.

Alex segera keluar dari barisan dan mulai berlari. Laura pun mengikutinya. Dia senang bisa berdua bersama Alex. Walaupun di hukum pun sama sekali tak menjadi masalah baginya.

Dalam sejarah, ini pertama kalinya Alex mendapat hukuman.. Selama ia menginjakkan kaki di tempat bernamakan SEKOLAH, ini adalah pertama kalinya Alex kena hukum, sungguh sial nasibnya. Ia dihukum bukan karena kesalahannya

"Alex tunggu.." teriak Laura berusaha mengejar Alex.

Laura akhirnya bisa men-sejajarkan kedua kakinya dengan Alex.

"Alex kita romantis ya di hukum berdua seperti ini" kata Laura barusan

"Gue mah rela walau dihukum kaya gini, tiap hari juga nggak apa-apa yang penting dihukumnya bareng lu, Lex"

Laura menatap Alex yang hanya terdiam dan bersikap acuh tak acuh kepadanya.

"Alex jangan marah dong.."

"Alex tunggu Laura.."

Teriak Laura sekali lagi mencoba mengejar Alex yang meninggalkannya dibelakang. Laura tak pernah berlari secepat ini. Sebenarnya olahraga adalah hal yang paling dibenci Laura. Karena Laura menderita penyakit anemia kronis, jangankan olahraga, berdiri 15 menit waktu upacara bendera saja dia langsung pingsan.