Chapter 50 - Seperti Badut

Pedang Mbeler menebas sosok pria berkulit pucat, tetapi anehnya dia tidak bisa merasakan sensasi memotong di tangannya, dia juga tidak melihat darah, tidak ada jeritan kesakitan yang paling dia nikmati.

Alih-alih runtuh, pria berkulit pucat itu berubah menjadi lebih tembus pandang seperti asap yang perlahan terurai oleh udara dan kemudian menghilang.

Terlalu aneh, Mbeler hampir terlambat untuk bereaksi, begitu dia tahu bahwa sosok yang baru saja dia potong bukanlah tubuh utama, Mbeler segera mundur beberapa langkah dan memasang sikap berhati-hati.

Pengetahuan sihirnya terlalu sedikit, membuatnya kesulitan untuk mengidentifikasi jenis sihir yang baru saja digunakan musuh, clonekah? Seperti doppleganger? Atau mungkin ilusi? Tapi itu juga bisa menjadi semacam tubuh yang berubah menjadi asap, milik penyihir angin tingkat tinggi.

Yang terakhir adalah kemungkinan terburuk, dan kemungkinan yang paling tidak ingin Mbeler inginkan.

Keringat ukuran biji kacang mengalir di pipi Mbeler.

"Apakah kamu ingin mencoba menyakitiku lagi?"

Suara menjengkelkan ini juga tidak mau diam, kali ini Mbeler mendengarnya dari lantai 2 dan bawah tanah secara bersamaan.

'Sebelum mengetahui kondisi sebenarnya dari musuh, jangan terintimidasi dan terlihat marah'. Mbeler terus mengingatkan dirinya.

"Kamu pikir kamu ini siapa, jangan main-main denganku, berhenti bertingkah seperti pengecut, cepat keluar dan hadapi aku"

Kraena terlalu gugup kata-kata yang Mbeler ucapkan sedikit berantakan.

Untuk saat ini walaupun Mbeler tidak mengerti secara spesifik, dia masih bisa tahu ini adalah trik sihir. Penyihir jenis ini selalu menyiapkan mantera mereka di tempat tertentu untuk membuat jebakan, menjadikan tempat itu medan perang.

Saat melawan mereka, cobalah untuk tidak membuat musuh memimpin inisiatif dan segera pindah dari 'arena' yang penyihir siapkan.

"Apakah kamu tahu bagaimana rasanya ditebas dengan pedang?"

Suara yang tidak mau berhenti ini membuat Mbeler semakin gugup, apalagi mengingat fakta dia sedang berada di 'arena' yang di persiapkan musuh, membuatnya semakin kesulitan untuk dapat berpikir jernih. 

Begitu banyak hal, jika situasinya seperti ini Mbeler tidak bisa melarikan diri dengan ceroboh, karena dia tidak yakin apakah musuh telah menyiapkan jebakan yang lain atau tidak di jalur pelarian.

Mbeler melirik pintu, pintu itu adalah tempat yang memiliki kemungkinan paling besar telah di pasang jebakan.

Ketika pemikiran ini berkembang, puluhan pedang tiba-tiba muncul di depan Mbeler, mengambang di udara dan berputar-putar di sekitarnya, setiap ujung pedang memandangnya seolah-olah dia ingin memotong dirinya menjadi bagian terkecil.

'nasib buruk'

Mbeler mulai berpikir bahwa musuh itu benar-benar penyihir angin, dan yang membuatnya semakin buruk, musuh juga menguasai sihir ruang.

Terlepas dari itu Mbeler tiba-tiba menjadi tenang, itu aneh, dalam menghadapi krisis seperti ini, Mbeler merasa pikirannya berakselerasi lebih cepat.

Dia bisa melihat pedang terbang menunjuk ke lehernya, pedang yang lain menunjuk ke punggung dan kaki belakangnya, masing-masing pedang memiliki arah yang berbeda, tetapi tujuan utama mereka adalah sama, yaitu untuk membunuhnya.

Ketika pedang pertama meluncur ke arahnya, Mbeler segera berguling ke depan, menggunakan dua langkahnya, dia melompat mundur, menghindari pedang demi pedang, melompat ke berbagai arah, berusaha agar tidak terluka dari setiap pedang yang menunjuk ke arahnya.

Sayangnya itu hampir mustahil, kemungkinan menghindari cedera dari serangkaian pedang seperti ini, sangatlah kecil sehingga bisa di abaikan.

Ketika Mbeler mengira pedang itu akan mengenai dia, ternyata pedang itu meleset, dia tidak terluka sama sekali.

Meskipun Mbeler tidak benar-benar mengerti, dia masih tidak bisa mengendurkan kewaspadaannya, sekali lagi Mbeler melakukan berbagai lompatan akrobatik untuk menghindari serangan pedang.

Untuk saat ini alur pertempuran terlihat baik-baik saja, tetapi Mbeler juga tahu bahwa jika kontes ketahanan ini berlanjut, orang yang akan kalah adalah Mbeler, selain itu pedang tidak memiliki konsep kelelahan, berbeda dengan dirinya.

Pertama dia perlu memikirkan cara untuk keluar dari loop ini terlebih dahulu, kemudian mengembangkan rencana singkat untuk mengidentifikasi musuh, mencari kelemahannya, dan kemudian mengalahkannya.

'Lantai dua adalah tempat yang paling cocok untuk menjadi tempat pengganti pertempuran, tidak-tunggu kenapa aku harus melawannya sendirian, aku bisa melarikan diri dan memanggil bawahan ku yang lainya di markas utama'

Itu mungkin benar, tapi Mbeler tahu sebenarnya itu hannyalah sebuah alasan, ia merasa sedikit takut, perasaan di mainkan seperti ini benar-benar tidak menyenangkan, seolah semua tindakannya sudah diperhitungkan oleh musuh.

Mbeler mengalihkan pandangannya ke jendela kaca tidak jauh darinya. Jendela ini mungkin memiliki jebakan, tetapi tidak untuk jendela di lantai 2, di sana ada juga balkon.

"Baiklah, ganti rencana, aku memilih untuk melarikan diri."

Sambil menghindari pedang yang terus menyerangnya, sedikit demi sedikit Mbeler mendekati ke arah tangga.

Ketika dia berhasil keluar dari area kendali pedang, Mbeler segera berlari ke lantai dua.

Meskipun dia harus melompat dari lantai dua, Mbeler tidak ragu sama sekali ketika mendorong tubuhnya melalui jendela.

Dia tidak akan terluka hanya pada ketinggian ini.

Seperti yang diharapkan, Mbeler berhasil mendarat dengan mantap dan langsung bisa segera melarikan diri ke hutan.

Sementara itu tepat setelah Mbeler pergi, di balik pintu kamar sebelah, Alan menatap Mbeler dengan tatapan kosong.

Alan tidak mengerti.

Skenarionya sedikit berbeda dari yang diharapkan Alan, dia tidak menyangka Elf berambut emas lebih memilih untuk melarikan diri.

Apa yang terjadi? Meskipun Alanlah yang merilia mantra sihir, itu tidak berarti Alan bisa melihat apa yang dibayangkan Elf berambut emas.

Yang berarti dalam pandangan Alan Elf berambut emas berjalan ke lantai 1, dia hanya melompat di sana-sini seperti orang bodoh.

Melihat bagaimana sihir 'Fear Hallucination' yang digunakan Alan tidak sepenuhnya berpengaruh, setidaknya pria berambut emas itu adalah seorang ksatria tingkat 1.

Ia memiliki kesadaran tinggi, bahkan mampu mendobrak ruang ilusi yang dihasilkan oleh 'Fear Hallucination' di benak target.

Tetapi melihat fakta sihir tidak sepenuhnya menghilang, tingkat pria itu tidak akan terlalu tinggi, setidaknya kekuatannya tidak melebihi ksatria level 2.

Kesadarannya memang tinggi, tetapi Elf berambut emas masih tidak bisa membedakan antara yang asli dan yang palsu. Jika efek 'Fear Hallucination' yang biasa adalah VR, efek yang terjadi pada Elf berambut emas adalah AR

Kontrol dan kurangnya pemahaman tentang kekuatan telah menjadi pengekang untuk Elf berambut emas, untuk alasan ini Alan berniat untuk melawannya, meskipun demikian Alan memilih untuk tidak bertarung secara langsung.

Lagi pula, dalam aspek tubuh apa pun, Alan tidak bisa dibandingkan dengan seorang ksatria, cara terbaik untuk melawan ksatria adalah membuatnya lelah, dan menghabisinya setelah itu.

Sayangnya skenario yang disiapkan Alan tidak berjalan mulus, bisa di bilang Elf berambut emas beruntung memilih melarikan diri, atau mungkin intuisi?

Ketika Elf berambut emas melarikan diri Alan hanya menatapnya tanpa bermaksud untuk mengejarnya.

Mengejar? Tindakan seperti itu tidak diperlukan.

Ketika Alan berpikir dan menganalisis, lemari kayu di belakang Alan mengeluarkan suara seperti seseorang menendang dari dalam.

Alan segera berbalik dan berteriak ke arah lemari.

"OI, ada apa? Kau baik-baik saja di sana, kan?"

"Uhm ... umm ... emn ..."

Alan hanya mendapat jawaban berupa erangan ringan yang begitu kabur.

Alan tersenyum, mengapa Alan membiarkan Elf berambut emas lari?

Alan tidak takut, jika dia mau, Alan sudah bisa mengalahkannya karena Mbeler sudah cukup lelah.

Tapi mengapa dia melakukan tindakan yang merepotkan seperti itu? dari awal apa yang dicari Alan bukanlah balas dendam, tetapi aset organisasi ini, tidak masalah jika Alan membiarkannya pergi, balas dendam? biarkan Ladur menyelesaikannya sendiri, itu bahkan akan lebih baik, karena Alan tahu balas dendam dengan tangannya sendiri akan terasa lebih manis.

Alan segera membuka lemari, di sana terdapat seorang gadis yang terlihat seper korban penculikan, tangan dan kakinya diikat, mulutnya telah di sumpal dengan kain untuk mencegahnya berbicara.

"Kamu terlihat agak berantakan Nona asisten"

Senyum kecil Alan berubah bahkan lebih lebar, selama ada gadis ini, tujuan Alan hampir berakhir.

"Nona asisten, aku bisa saja melepaskan ikatan mu sekarang, tetapi ada satu syarat yang harus kau penuhi, tunjukkan di mana semua harta dan benda berharga milik grup arkeolog bintang jatuh disimpan, setelah itu baru aku akan melepas mu. Jika kau setuju mengangguk lah"

Nona asisten segera mengangguk dengan keras.

Setelah mendapat konfirmasi, Alan melepaskan ikatan pada nona asisten.

Alan tidak takut bahwa asisten ini akan memberontak, karena selain Elf berambut emas, semua orang adalah orang biasa.

Jika ada sedikit beberapa gerakan mencurigakan, Alan dapat langsung membunuhnya, seperti yang dilakukan Alan kepada anggota kelompok bintang jatuh lainnya